Aku sms ke iparku:
“Kok aku disuruh ke Depok ya? Sabtu ada di rumah?”
Iparku ngga langsung balas. Aku bingung jangan-jangan dia kira aku disuruh kakakku. Padahal ngga. Aku hanya mengikuti dorongan hati. Seperti ada yang menyuruh ke Depok. Seminggu yang lalu sudah ada dorongan seperti ini, tapi tidak kulakukan karena dorongan itu tidak begitu kuat. Sampai akhirnya dia telpon barusan:
“Kamu disuruh siapa? Dan disuruh ngapain?”
Aku bilang dengan naifnya, aku disuruh Allah hehe.. Ini nih jeleknya aku. Kata-kata kayak gini nih yang bikin orang menuduhku sesat dan menuduhku mengaku-ngaku wali. Astaghfirullahal adzim.
Aku ralat, aku bilang ada dorongan di hati yang sangat kuat untuk ke Depok. Aku ngga tahu ada masalah apa dan harus ngapain di sana.
“Kenapa harus ke Depok?”
“Ya, karena sepertinya kamu butuh aku hehe..”
“Ha????”
Ternyata benar! Dia sedang sangat butuh aku saat itu, hanya saja dia ngga berani bilang ke aku karena takut mengganggu. Kok bisa kebetulan begini ya? Apakah ini yang dikatakan orang telepati itu?
Rabu, 29 November 2006
Sabtu, 25 November 2006
Siapa Penguasa Sesungguhnya?
“inna sholati wa nusuki wa makhiyaya wa mamaati lillahi robbil ‘alamin” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah rabb semesta alam.
Aku baru paham tentang kalimat di atas.
Suatu ketika pernah ada teman menegurku. Kamu harus begini harus begitu. Jangan begini jangan begitu. Kamu harus menjaga dirimu dengan dalil-dalil agar tidak dianggap sesat.
Dan apa yang dia katakan memang benar. Aku menyampaikan apa yang kualami selama berspiritual, mengikuti dorongan hati, ternyata ada orang yang menganggapku sesat. Meski hanya segelintir orang , terutama yang imannya hanya tergantung dalil. Selama ada dalil, maka akan percaya. Tapi jika tidak ada dalil, maka dianggap sesat dan bid’ah.
It’s ok, orang seperti ini bagus, penuh kehati-hatian, sehingga Insya Allah tidak akan sesat. Tapi bukan berarti dia berhak menilai aku sesat, hanya karena aku dan dia tidak tahu dalilnya. Aku mengalami perjalanan spiritual dulu, sedangkan dalilnya menyusul kemudian.
Anyway, kembali ke apa yang dikatakan temanku. Kok aku ngga merasa begitu ya? Kok aku ngga merasa harus begini harus begitu. Yang kurasakan aku sudah tidak punya kendali atas diriku. Aku tak bisa menyuruh diriku harus begini atau harus begitu. Aku hanya pengamat atas diriku. Aku hanya sebuah kesadaran. Seolah ada yang mengendalikanku. Itu terjadi karena aku selalu ikut dorongan hati nurani. Tidak berpikir panjang. Jika aku olah dulu di pikiranku, maka pasti banyak pertimbangan.
Aku mulai menyadari bahwa ada 2 penguasa atas tubuh kita. Yang pertama adalah diri kita sendiri. Yang kedua adalah Allah, tuhan semesta alam, yang menciptakan kita. DIA lah penguasa sesungguhnya. Sedangkan kita hanya penguasa sementara yang diberi mandat oleh Allah. Sebagian besar manusia berkuasa atas tubuhnya, hatinya, pikirannya. Bahkan berkuasa atas hidupnya. Dia bisa mengendalikan hidupnya sesuai dengan keinginannya, dan Allah menyetujui. Tapi kadang apa yang dia inginkan tidak menjadi kenyataan. Itu adalah saat dimana Dia menunjukkan bahwa Dialah penguasa sesungguhnya.
Contohnya begini, kita bisa menggerakkan tangan kita semau kita. Kita tuhan atas tangan kita. Tapi adakalanya Allah mengingatkan bahwa DIA lah penguasa sesungguhnya akan tangan kita dengan cara misalkan tangan kita dibikin lumpuh, tidak bisa kita gerakkan.
Nah, sekarang yang kualami adalah ketika aku sedang menapaki jalanNya, aku merasa sama sekali tidak berhak atas diriku. Allah berkuasa penuh atas diriku. Itu terjadi ketika aku mulai menyerahkan tubuhku, pikiranku, hatiku padaNya. Allah mendominasi diriku jika aku mengecil, mengurangi peranku, menyerahkan kembali kekuasaanku atas tubuh ini kepadaNya. Tapi jika aku mendominasi diriku, maka itu tidak terjadi. Karena telah kuserahkan semua padaNya.
Ya, itulah pemahaman yang kuperoleh dari doa:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanyalah untuk Allah.
Aku baru paham tentang kalimat di atas.
Suatu ketika pernah ada teman menegurku. Kamu harus begini harus begitu. Jangan begini jangan begitu. Kamu harus menjaga dirimu dengan dalil-dalil agar tidak dianggap sesat.
Dan apa yang dia katakan memang benar. Aku menyampaikan apa yang kualami selama berspiritual, mengikuti dorongan hati, ternyata ada orang yang menganggapku sesat. Meski hanya segelintir orang , terutama yang imannya hanya tergantung dalil. Selama ada dalil, maka akan percaya. Tapi jika tidak ada dalil, maka dianggap sesat dan bid’ah.
It’s ok, orang seperti ini bagus, penuh kehati-hatian, sehingga Insya Allah tidak akan sesat. Tapi bukan berarti dia berhak menilai aku sesat, hanya karena aku dan dia tidak tahu dalilnya. Aku mengalami perjalanan spiritual dulu, sedangkan dalilnya menyusul kemudian.
Anyway, kembali ke apa yang dikatakan temanku. Kok aku ngga merasa begitu ya? Kok aku ngga merasa harus begini harus begitu. Yang kurasakan aku sudah tidak punya kendali atas diriku. Aku tak bisa menyuruh diriku harus begini atau harus begitu. Aku hanya pengamat atas diriku. Aku hanya sebuah kesadaran. Seolah ada yang mengendalikanku. Itu terjadi karena aku selalu ikut dorongan hati nurani. Tidak berpikir panjang. Jika aku olah dulu di pikiranku, maka pasti banyak pertimbangan.
Aku mulai menyadari bahwa ada 2 penguasa atas tubuh kita. Yang pertama adalah diri kita sendiri. Yang kedua adalah Allah, tuhan semesta alam, yang menciptakan kita. DIA lah penguasa sesungguhnya. Sedangkan kita hanya penguasa sementara yang diberi mandat oleh Allah. Sebagian besar manusia berkuasa atas tubuhnya, hatinya, pikirannya. Bahkan berkuasa atas hidupnya. Dia bisa mengendalikan hidupnya sesuai dengan keinginannya, dan Allah menyetujui. Tapi kadang apa yang dia inginkan tidak menjadi kenyataan. Itu adalah saat dimana Dia menunjukkan bahwa Dialah penguasa sesungguhnya.
Contohnya begini, kita bisa menggerakkan tangan kita semau kita. Kita tuhan atas tangan kita. Tapi adakalanya Allah mengingatkan bahwa DIA lah penguasa sesungguhnya akan tangan kita dengan cara misalkan tangan kita dibikin lumpuh, tidak bisa kita gerakkan.
Nah, sekarang yang kualami adalah ketika aku sedang menapaki jalanNya, aku merasa sama sekali tidak berhak atas diriku. Allah berkuasa penuh atas diriku. Itu terjadi ketika aku mulai menyerahkan tubuhku, pikiranku, hatiku padaNya. Allah mendominasi diriku jika aku mengecil, mengurangi peranku, menyerahkan kembali kekuasaanku atas tubuh ini kepadaNya. Tapi jika aku mendominasi diriku, maka itu tidak terjadi. Karena telah kuserahkan semua padaNya.
Ya, itulah pemahaman yang kuperoleh dari doa:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanyalah untuk Allah.
Jumat, 24 November 2006
Hilangkan Keinginan, Jadilah KehendakNya
Perjalanan spiritual kita akan sangat cepat jika kita tahu kuncinya : HILANGKAN KEINGINAN. Ada 2 cara untuk menghilangkan keinginan. Pertama dengan obat atau pil pahit, cara Allah melatih kita menghilangkan keinginan kita. Dipaksa dengan keadaan, dihadapkan dengan kenyataan yang pahit, yang tidak sesuai dengan keinginan kita (seperti yang sudah kutulis sebelumnya).
Yang kedua dengan pil yang tidak terasa pahit. Kita tidak dipaksa keadaan, tapi kita dengan sukarela melatih menghilangkan keinginan. Ini semua atas kemauan sendiri. Misalkan setiap kali muncul keinginan duniawi, maka tidak dituruti. Begitu terus.
Mungkin banyak yang tidak setuju, masa orang disuruh ngga punya keinginan. Akhirnya dia nanti tidak berbuat apa-apa dong. Jika dia seorang spiritualis, maka ketika dia menghilangkan keinginan, maka yang terjadi adalah bukan tidak berbuat apa-apa. Tapi dia melatih kepekaan dalam diri, mengenali keinginan Allah. Hingga akhirnya dia bisa MENYELARASKAN keinginan diri dengan keinginan Allah.
Nah, disinilah kita bisa ikuti dorongan hati. Karena di situlah Allah memberitahu kita apa yang Dia perintahkan, apa yang Dia inginkan. Di sinilah kita akan menjadi rahmatan lilalamin. Kita berbuat baik bukan karena ingin mendapat balasan dari orang itu. Tapi memang ada dorongan di hati ingin melakukan itu. Kita beribadah bukan semata-mata karena ingin dilihat orang, tapi karena ada dorongan di hati ingin melakukan itu. Kita 'menjadi kehendakNya.'
Yang kedua dengan pil yang tidak terasa pahit. Kita tidak dipaksa keadaan, tapi kita dengan sukarela melatih menghilangkan keinginan. Ini semua atas kemauan sendiri. Misalkan setiap kali muncul keinginan duniawi, maka tidak dituruti. Begitu terus.
Mungkin banyak yang tidak setuju, masa orang disuruh ngga punya keinginan. Akhirnya dia nanti tidak berbuat apa-apa dong. Jika dia seorang spiritualis, maka ketika dia menghilangkan keinginan, maka yang terjadi adalah bukan tidak berbuat apa-apa. Tapi dia melatih kepekaan dalam diri, mengenali keinginan Allah. Hingga akhirnya dia bisa MENYELARASKAN keinginan diri dengan keinginan Allah.
Nah, disinilah kita bisa ikuti dorongan hati. Karena di situlah Allah memberitahu kita apa yang Dia perintahkan, apa yang Dia inginkan. Di sinilah kita akan menjadi rahmatan lilalamin. Kita berbuat baik bukan karena ingin mendapat balasan dari orang itu. Tapi memang ada dorongan di hati ingin melakukan itu. Kita beribadah bukan semata-mata karena ingin dilihat orang, tapi karena ada dorongan di hati ingin melakukan itu. Kita 'menjadi kehendakNya.'
Kamis, 23 November 2006
Mana Yang Lebih Dicintai Allah?
Orang yang berada di lingkungan yang baik, tidak banyak godaan. Dia sangat mudah berbuat baik dan mudah taat pada Allah karena didukung oleh lingkungan yang kondusif. Orang yang seperti ini dicintai Allah. Dia akan dibimbing menuju jalanNya. Allah memberinya ujian, godaan sedikit demi sedikit untuk menaikkan imannya.
Orang yang berada di lingkungan yang buruk, tapi berhasil menolak semua godaan sehingga dia juga bisa berbuat baik dan taat kepada Allah. Orang yang seperti ini lebih dicintai Allah. Dia tidak hanya dibimbing, tapi dia juga dikejar, ditarik mendekat kepada Nya. Karena dia sudah teruji keimanannya.
Tapi itu juga belum tentu. Tergantung bagaimana perjalanan selanjutnya. Yang jelas Allah akan melihat bagaimana kesungguhan keduanya untuk menapaki jalan Tuhan ini, baik ketika dia berada di lingkungan yang baik maupun di lingkungan yang buruk.
Aku memilih berada di lingkungan yang baik saja. Sebab imanku masih lemah. Masih mudah terpengaruh oleh lingkungan orang-orang di sekitarku. Tapi aku juga harus siap jika suatu saat nanti Allah berkehendak meletakkanku di lingkungan yang tidak kondusif.
Jadi kita harus terus menerus memupuk iman kita, menyirami dan merawatnya dengan baik. Agar tumbuh dengan subur dan akarnya menghujam kuat. Karena iman itu karunia Allah yang tidak ternilai harganya.
Orang yang berada di lingkungan yang buruk, tapi berhasil menolak semua godaan sehingga dia juga bisa berbuat baik dan taat kepada Allah. Orang yang seperti ini lebih dicintai Allah. Dia tidak hanya dibimbing, tapi dia juga dikejar, ditarik mendekat kepada Nya. Karena dia sudah teruji keimanannya.
Tapi itu juga belum tentu. Tergantung bagaimana perjalanan selanjutnya. Yang jelas Allah akan melihat bagaimana kesungguhan keduanya untuk menapaki jalan Tuhan ini, baik ketika dia berada di lingkungan yang baik maupun di lingkungan yang buruk.
Aku memilih berada di lingkungan yang baik saja. Sebab imanku masih lemah. Masih mudah terpengaruh oleh lingkungan orang-orang di sekitarku. Tapi aku juga harus siap jika suatu saat nanti Allah berkehendak meletakkanku di lingkungan yang tidak kondusif.
Jadi kita harus terus menerus memupuk iman kita, menyirami dan merawatnya dengan baik. Agar tumbuh dengan subur dan akarnya menghujam kuat. Karena iman itu karunia Allah yang tidak ternilai harganya.
Rabu, 22 November 2006
Cinta Mempercepat Proses Transfer Ilmu
Aku dapat pemahaman begini:
Dalam dunia spiritual, jika kita mencintai guru kita, maka proses transfer ilmu dari guru ke murid akan berlangsung dengan cepat. Tapi jika kita membenci guru maka proses transfer ilmu akan terhambat.
Tentu saja cinta yang kumaksud bukan cinta nafsu. Ini cinta hikmat kepatuhan seorang murid kepada guru. Jika ingin cepat mendapatkan ilmu, maka cintailah guru. Nah ketika kita mencintai Allah, Guru kita, maka otomatis proses transfer ilmu akan berjalan cepat. Tiba-tiba saja kita paham sesuatu. Tiba-tiba saja kita jadi pandai dalam suatu bidang ilmu tertentu. Orang bilang itu ilmu ladunni.
Ketika kita berguru kepada Allah, maka itu artinya siapapun bisa jadi media Allah untuk mengajari kita. Jika kita mencintai semua manusia, maka kita ini ibarat spons yang dapat menyerap ilmu hikmah dari siapa saja yang kita temui, dari setiap kejadian atau perbuatan orang terhadap kita.
Dalam dunia spiritual, jika kita mencintai guru kita, maka proses transfer ilmu dari guru ke murid akan berlangsung dengan cepat. Tapi jika kita membenci guru maka proses transfer ilmu akan terhambat.
Tentu saja cinta yang kumaksud bukan cinta nafsu. Ini cinta hikmat kepatuhan seorang murid kepada guru. Jika ingin cepat mendapatkan ilmu, maka cintailah guru. Nah ketika kita mencintai Allah, Guru kita, maka otomatis proses transfer ilmu akan berjalan cepat. Tiba-tiba saja kita paham sesuatu. Tiba-tiba saja kita jadi pandai dalam suatu bidang ilmu tertentu. Orang bilang itu ilmu ladunni.
Ketika kita berguru kepada Allah, maka itu artinya siapapun bisa jadi media Allah untuk mengajari kita. Jika kita mencintai semua manusia, maka kita ini ibarat spons yang dapat menyerap ilmu hikmah dari siapa saja yang kita temui, dari setiap kejadian atau perbuatan orang terhadap kita.
Selasa, 21 November 2006
Pil Pahit
Setelah aku amati perjalanan spiritualku, aku mulai menyadari begini:
Di awal perjalanan spiritual aku merasakan manisnya nikmat iman dan merasakan indahnya hidup dekat dengan Allah. Segalanya begitu indah. Yang ada hanya kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan. Tidak merasa sedih dan takut dalam hal duniawi. Semua lewat. Yang bikin sedih hanya ketika jauh dari Allah dan yang ditakuti hanya Allah.
Apapun yang diinginkan, semua dikabulkan oleh Allah. Minta apa saja Dia berikan. Benar-benar surga itu di sini, sekarang, saat ini. Namun anehnya, justru pada saat seperti itu aku jadi jarang meminta karena sibuk mensyukuri semua pemberianNya. Tapi itu bukan berarti sudah tidak ada keinginan duniawi di hatiku. Masih ada.
Tahap berikutnya adalah tiba-tiba semua keinginanku ditolak! Tidak satupun yang Dia kabulkan. Hingga aku suudzon, protes, desperate. Ya, aku memang manusia biasa. Bayangkan setelah sebelumnya dimanja, semua Dia berikan, kemudian tiba-tiba tidak satupun yang Dia kabulkan. Sangat menyakitkan hati, sangat bikin kecewa. Mungkin itu untuk menguji kesabaran dan kesungguhanku. Apakah aku akan terus berjalan menujuNya atau berhenti.
Selain itu Allah sedang mendidikku untuk menghilangkan keinginan duniawi. Allah memberikan PIL PAHIT untuk kesembuhanku, bukan minuman yang justru memperparah penyakit ku. Semua keinginanku ditolak! Tapi ternyata dengan begitu, aku jadi bisa membedakan mana keinginanku dan mana keinginan Dia. Keinginanku adalah apa yang aku harapkan. Sedang keinginan Allah adalah kenyataan yang terjadi.
Aku terus menerus dibenturkan dengan ketidaksesuaian antara kenyataan dengan apa yang kuharapkan. Aku sering protes dan akhirnya selalu kecewa. Itu sangat tidak mengenakkan hati. Akhirnya aku berusaha menerima semuanya. Lama kelamaan tanpa kusadari aku mulai mengabaikan keinginanku. Aku lebih memprioritaskan keinginanNya. Dan hasilnya adalah aku bisa menerima semua kenyataan yang terjadi. Tapi tentu saja kadang-kadang masih ada protesnya.
Kalau aku sudah tidak protes lagi, sudah bisa menerima apapun yang terjadi, maka pada saat itu sebenarnya aku sedang dalam proses menghilangkan keinginan. Sehingga yang ada adalah keinginan Allah. Orang bilang itu namanya PASRAH. Tapi bagi beberapa orang itu diartikan negatif. Jadi mungkin kata yang tepat adalah BERSERAH DIRI.
Kalau sudah bisa mengabaikan keinginan diri, maka yang dominan adalah keinginan Allah. DIA taruh kehendaknya di dalam hati. Sampai pada akhirnya keinginan Allah adalah keinginan kita juga. Dan tidak ada lagi pertentangan batin. Semuanya mengalir seperti air. Namun proses menuju hal itu ternyata sangat berat dan sangat sulit. Ntahlah apa aku bisa melaluinya. Aku hanya bisa berdoa pada Allah agar aku dituntun bisa melewati semua ini.
Mungkin para spiritualis pernah mengalami seperti aku. Tiba-tiba semua kesenangan dunia Dia ambil. Sampai-sampai aku tidak punya apapun. Seringkali aku mengalami tak punya uang sepeserpun! Bahkan kadang-kadang aku tidak makan karena tidak punya uang untuk beli. Bahkan aku harus bolos kuliah karena tidak punya ongkos untuk naik angkot. Ketika kutanyakan pada teman-temanku yang juga berspiritual, ternyata mereka mengalami hal yang sama. Tapi ada beberapa orang yang tidak mengalami hal ini.
Kisah-kisah para sufi yang hidup dalam kekurangan, bisa kurasakan. Sangat sengsara, hidup penuh keprihatinan. Sementara itu di dalam diri makin kuat perasaan sangat malu untuk meminta. Pantang meminta, tidak mau jadi beban siapapun. Jadilah kesengsaraan ditanggung sendiri tanpa ada orang lain yang tahu.
Ternyata dibalik semua kesengsaraan itu, ada nikmat yang sangat luar biasa. Sulit kukatakan, hanya bisa kurasakan. Dalam kesengsaraan itu, aku merasa makin dekat ke Allah. Dan pelan-pelan mulai terkikis keinginan duniawi. Dulu kebahagiaan itu datang jika punya uang banyak. Kini ternyata kebahagiaan itu tetap Dia berikan meskipun tidak punya uang.
Dan tahu ngga, justru ketika aku sudah tidak punya keinginan akan duniawi, anehnya sekarang justru semuanya datang begitu saja. Pas butuh ada! Semula kupikir itu cobaan, ngetes aku apakah aku tergelincir dengan semua kenikmatan duniawi ini. Ternyata selain cobaan, itu juga cara Allah menunjukkan bahwa Dia mencukupi semua kebutuhanku. Kalau di awal dia mengajari zuhud dengan dibikin jadi fakir miskin, tapi setelah itu Dia ajari zuhud dalam keberlimpahan.
Ya, mungkin ini cara Allah mengajariku zuhud, agar tidak menggantungkan kebahagiaan terhadap harta. Allah ingin mengajariku bahwa kaya miskin itu sama saja. Allah tidak memuliakan orang dengan kekayaan dan tidak menghinakan orang dengan kemiskinan.
QS Al Fajr 15-16:
Maka adapun manusia jika Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku memuliakanku.
Namun apabila Tuhan mengujinya alu membatasi rizkinya, maka dia berkata: Tuhanku telah menghinakanku.
Di awal perjalanan spiritual aku merasakan manisnya nikmat iman dan merasakan indahnya hidup dekat dengan Allah. Segalanya begitu indah. Yang ada hanya kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan. Tidak merasa sedih dan takut dalam hal duniawi. Semua lewat. Yang bikin sedih hanya ketika jauh dari Allah dan yang ditakuti hanya Allah.
Apapun yang diinginkan, semua dikabulkan oleh Allah. Minta apa saja Dia berikan. Benar-benar surga itu di sini, sekarang, saat ini. Namun anehnya, justru pada saat seperti itu aku jadi jarang meminta karena sibuk mensyukuri semua pemberianNya. Tapi itu bukan berarti sudah tidak ada keinginan duniawi di hatiku. Masih ada.
Tahap berikutnya adalah tiba-tiba semua keinginanku ditolak! Tidak satupun yang Dia kabulkan. Hingga aku suudzon, protes, desperate. Ya, aku memang manusia biasa. Bayangkan setelah sebelumnya dimanja, semua Dia berikan, kemudian tiba-tiba tidak satupun yang Dia kabulkan. Sangat menyakitkan hati, sangat bikin kecewa. Mungkin itu untuk menguji kesabaran dan kesungguhanku. Apakah aku akan terus berjalan menujuNya atau berhenti.
Selain itu Allah sedang mendidikku untuk menghilangkan keinginan duniawi. Allah memberikan PIL PAHIT untuk kesembuhanku, bukan minuman yang justru memperparah penyakit ku. Semua keinginanku ditolak! Tapi ternyata dengan begitu, aku jadi bisa membedakan mana keinginanku dan mana keinginan Dia. Keinginanku adalah apa yang aku harapkan. Sedang keinginan Allah adalah kenyataan yang terjadi.
Aku terus menerus dibenturkan dengan ketidaksesuaian antara kenyataan dengan apa yang kuharapkan. Aku sering protes dan akhirnya selalu kecewa. Itu sangat tidak mengenakkan hati. Akhirnya aku berusaha menerima semuanya. Lama kelamaan tanpa kusadari aku mulai mengabaikan keinginanku. Aku lebih memprioritaskan keinginanNya. Dan hasilnya adalah aku bisa menerima semua kenyataan yang terjadi. Tapi tentu saja kadang-kadang masih ada protesnya.
Kalau aku sudah tidak protes lagi, sudah bisa menerima apapun yang terjadi, maka pada saat itu sebenarnya aku sedang dalam proses menghilangkan keinginan. Sehingga yang ada adalah keinginan Allah. Orang bilang itu namanya PASRAH. Tapi bagi beberapa orang itu diartikan negatif. Jadi mungkin kata yang tepat adalah BERSERAH DIRI.
Kalau sudah bisa mengabaikan keinginan diri, maka yang dominan adalah keinginan Allah. DIA taruh kehendaknya di dalam hati. Sampai pada akhirnya keinginan Allah adalah keinginan kita juga. Dan tidak ada lagi pertentangan batin. Semuanya mengalir seperti air. Namun proses menuju hal itu ternyata sangat berat dan sangat sulit. Ntahlah apa aku bisa melaluinya. Aku hanya bisa berdoa pada Allah agar aku dituntun bisa melewati semua ini.
Mungkin para spiritualis pernah mengalami seperti aku. Tiba-tiba semua kesenangan dunia Dia ambil. Sampai-sampai aku tidak punya apapun. Seringkali aku mengalami tak punya uang sepeserpun! Bahkan kadang-kadang aku tidak makan karena tidak punya uang untuk beli. Bahkan aku harus bolos kuliah karena tidak punya ongkos untuk naik angkot. Ketika kutanyakan pada teman-temanku yang juga berspiritual, ternyata mereka mengalami hal yang sama. Tapi ada beberapa orang yang tidak mengalami hal ini.
Kisah-kisah para sufi yang hidup dalam kekurangan, bisa kurasakan. Sangat sengsara, hidup penuh keprihatinan. Sementara itu di dalam diri makin kuat perasaan sangat malu untuk meminta. Pantang meminta, tidak mau jadi beban siapapun. Jadilah kesengsaraan ditanggung sendiri tanpa ada orang lain yang tahu.
Ternyata dibalik semua kesengsaraan itu, ada nikmat yang sangat luar biasa. Sulit kukatakan, hanya bisa kurasakan. Dalam kesengsaraan itu, aku merasa makin dekat ke Allah. Dan pelan-pelan mulai terkikis keinginan duniawi. Dulu kebahagiaan itu datang jika punya uang banyak. Kini ternyata kebahagiaan itu tetap Dia berikan meskipun tidak punya uang.
Dan tahu ngga, justru ketika aku sudah tidak punya keinginan akan duniawi, anehnya sekarang justru semuanya datang begitu saja. Pas butuh ada! Semula kupikir itu cobaan, ngetes aku apakah aku tergelincir dengan semua kenikmatan duniawi ini. Ternyata selain cobaan, itu juga cara Allah menunjukkan bahwa Dia mencukupi semua kebutuhanku. Kalau di awal dia mengajari zuhud dengan dibikin jadi fakir miskin, tapi setelah itu Dia ajari zuhud dalam keberlimpahan.
Ya, mungkin ini cara Allah mengajariku zuhud, agar tidak menggantungkan kebahagiaan terhadap harta. Allah ingin mengajariku bahwa kaya miskin itu sama saja. Allah tidak memuliakan orang dengan kekayaan dan tidak menghinakan orang dengan kemiskinan.
QS Al Fajr 15-16:
Maka adapun manusia jika Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku memuliakanku.
Namun apabila Tuhan mengujinya alu membatasi rizkinya, maka dia berkata: Tuhanku telah menghinakanku.
Ilmu Itu Asalnya dari Allah
“Barangsiapa menyebarluaskan ilmu
dengan anggapan bahwa ilmunya itu adalah hasil jerih payahnya,
maka dia akan dibuat diam oleh perbuatan jeleknya.
Dan barangsiapa menyebarluaskan ilmu
dengan anggapan bahwa ilmunya timbul semata-mata dari karunia Allah yang diberikan pada dirinya,
maka dia tidak akan dibuat diam oleh perbuatan jeleknya.”
dengan anggapan bahwa ilmunya itu adalah hasil jerih payahnya,
maka dia akan dibuat diam oleh perbuatan jeleknya.
Dan barangsiapa menyebarluaskan ilmu
dengan anggapan bahwa ilmunya timbul semata-mata dari karunia Allah yang diberikan pada dirinya,
maka dia tidak akan dibuat diam oleh perbuatan jeleknya.”
Senin, 20 November 2006
Rumput, Matahari, dan Langit
Entah kenapa aku kok sekarang sepertinya jadi memperhatikan rumput terus. Aku dapat pemahaman seolah disuruh meneladani sifat taat rumput. Rumput sangat taat. Dia rela meski diinjak-injak untuk jalan kaki manusia. Dia tidak protes, karena dia tahu bahwa dia memang diciptakan untuk itu. Melindungi kaki manusia yang tidak memakai alas kaki dari kerikil tajam, menyejukkan pandangan mata di taman, menjadi alas untuk permainan olah raga di lapangan, menjadi makanan ternak, bahkan kadang menjadi pengganggu tanaman. Dia tahu apa perannya, dan dia jalani dengan taat, tanpa protes sedikitpun.
Aku juga jadi sangat menyukai matahari. Sejak aku merasakan matahari seolah diciptakan hanya untukku (ge-er banget hehe..), aku jadi sangat menyukai matahari. Dan aku dapat pemahaman tentang matahari. Aku harus meneladani sifat matahari yang selalu menyinari bumi. Matahari selalu memberi dan tidak pernah mengharap kembali. Matahari sangat ikhlas, tanpa pamrih. Aku juga merasakan bahwa dayaku bertambah ketika ada matahari. Semangatku bertambah, daya untuk berbuat sesuatu juga bertambah. Tambah energi, begitulah maksudku.
Satu lagi, langit. Entah sejak kapan kok aku jadi suka banget sama langit. Seolah aku ada ikatan batin dengan langit. Dan setiap kali melihat langit, aku langsung merasakan keluasan. Aku ke Yang Maha Luas tak terbatas. Aku merasa lega. Setiap kali garing, maka aku menatap langit, kukagumi kebesaranNYA, keindahan lukisanNYA. Ya, langit itu seperti kanvas yang dilukis Tuhan. Begitu indah. Itu langit di siang hari.
Berbeda dengan langit di malam hari. Jika melihat langit di malam hari terasa bahwa bumi ini begitu kecil, karena langit itu menunjukkan jagat raya yang begitu besar. Tampak bintang-bintang berkelip, yang jaraknya sangat jauh. Bintang yang kita lihat saat ini bisa jadi bintang 8 juta tahun yang lalu, karena saking jauhnya. Ya langit siang maupun malam hari sangat menakjubkan. Menatapnya berlama-lama, membuatku merasakan kedekatan denganNYA.
Aku juga jadi sangat menyukai matahari. Sejak aku merasakan matahari seolah diciptakan hanya untukku (ge-er banget hehe..), aku jadi sangat menyukai matahari. Dan aku dapat pemahaman tentang matahari. Aku harus meneladani sifat matahari yang selalu menyinari bumi. Matahari selalu memberi dan tidak pernah mengharap kembali. Matahari sangat ikhlas, tanpa pamrih. Aku juga merasakan bahwa dayaku bertambah ketika ada matahari. Semangatku bertambah, daya untuk berbuat sesuatu juga bertambah. Tambah energi, begitulah maksudku.
Satu lagi, langit. Entah sejak kapan kok aku jadi suka banget sama langit. Seolah aku ada ikatan batin dengan langit. Dan setiap kali melihat langit, aku langsung merasakan keluasan. Aku ke Yang Maha Luas tak terbatas. Aku merasa lega. Setiap kali garing, maka aku menatap langit, kukagumi kebesaranNYA, keindahan lukisanNYA. Ya, langit itu seperti kanvas yang dilukis Tuhan. Begitu indah. Itu langit di siang hari.
Berbeda dengan langit di malam hari. Jika melihat langit di malam hari terasa bahwa bumi ini begitu kecil, karena langit itu menunjukkan jagat raya yang begitu besar. Tampak bintang-bintang berkelip, yang jaraknya sangat jauh. Bintang yang kita lihat saat ini bisa jadi bintang 8 juta tahun yang lalu, karena saking jauhnya. Ya langit siang maupun malam hari sangat menakjubkan. Menatapnya berlama-lama, membuatku merasakan kedekatan denganNYA.
Minggu, 19 November 2006
Hilangkan Iri Hati Ini, Ya Allah
Shalat Dhuhur tadi aku curhat ke Allah. Kuadukan semua masalahku padaNYA. Aku menangis tersedu-sedu. Aku bilang bahwa aku iri pada temanku. Bahwa ternyata aku masih punya keinginan.
Ya Allah saya ingin Engkau cabut keinginan ini. Saya ingin lepas dari rasa iri ini. Tolonglah saya ya Allah, karena saya tak bisa menghilangkan iri ini tanpa pertolonganMU. Ya Allah ikhaskan saya. Saya tidak bisa ikhlas tanpa bantuanMU.
Lalu di sela isak tangis, tiba-tiba kurasakan pelan-pelan rasa iri itu dicabut dari hatiku. Lho kok aku sudah tidak merasakan iri lagi? Plong rasanya. Aku sudah bisa menerima semua karunia yang diberikan pada temanku. Aku sudah tidak iri lagi. Semua terserah Allah. Allah punya kehendak, dan Allah punya rencana yang terbaik.
Maghrib tadi, aku memohon ampunanNYA. Aku merasa sangat tidak tahu diri di hadapanNYA, karena telah berani meminta diperlakukan lebih. Padahal aku bukan siapa-siapa. Aku adalah hambaNYA yang berada dalam genggamanNYA. Tidak lebih. Terserah Allah mau berkehendak apa. Dia Maha Bijaksana. Dia tahu yang terbaik.
Perasaan malu ini, perasaan tidak tahu diri ini, begitu kuat. Aku menangis tersedu-sedu dalam shalat magribku. Aku mohon ampun, karena minta diperlakukan lebih.
Allah mau menyambutku itu saja sudah sangat berlebih bagiku yang hina ini. Betapa tidak tahu dirinya aku. Aku sudah diberi fasilitas dimudahkan dekat dengan Allah, setahun belakangan ini. Itu sudah sangat berlebih untukku. Kok aku masih menuntut diperlakukan lebih. Ampuni saya, ya Allah.
Pesan untuk diriku :
Jangan punya keinginan. Keinginan membuatku menuntut lebih dari yang seharusnya kuterima. Dan itu membuatku sengsara.
Ya Allah saya ingin Engkau cabut keinginan ini. Saya ingin lepas dari rasa iri ini. Tolonglah saya ya Allah, karena saya tak bisa menghilangkan iri ini tanpa pertolonganMU. Ya Allah ikhaskan saya. Saya tidak bisa ikhlas tanpa bantuanMU.
Lalu di sela isak tangis, tiba-tiba kurasakan pelan-pelan rasa iri itu dicabut dari hatiku. Lho kok aku sudah tidak merasakan iri lagi? Plong rasanya. Aku sudah bisa menerima semua karunia yang diberikan pada temanku. Aku sudah tidak iri lagi. Semua terserah Allah. Allah punya kehendak, dan Allah punya rencana yang terbaik.
Maghrib tadi, aku memohon ampunanNYA. Aku merasa sangat tidak tahu diri di hadapanNYA, karena telah berani meminta diperlakukan lebih. Padahal aku bukan siapa-siapa. Aku adalah hambaNYA yang berada dalam genggamanNYA. Tidak lebih. Terserah Allah mau berkehendak apa. Dia Maha Bijaksana. Dia tahu yang terbaik.
Perasaan malu ini, perasaan tidak tahu diri ini, begitu kuat. Aku menangis tersedu-sedu dalam shalat magribku. Aku mohon ampun, karena minta diperlakukan lebih.
Allah mau menyambutku itu saja sudah sangat berlebih bagiku yang hina ini. Betapa tidak tahu dirinya aku. Aku sudah diberi fasilitas dimudahkan dekat dengan Allah, setahun belakangan ini. Itu sudah sangat berlebih untukku. Kok aku masih menuntut diperlakukan lebih. Ampuni saya, ya Allah.
Pesan untuk diriku :
Jangan punya keinginan. Keinginan membuatku menuntut lebih dari yang seharusnya kuterima. Dan itu membuatku sengsara.
Kamis, 16 November 2006
Tunjukkan Ketaatanmu di hadapan-NYA
Shalat maghrib barusan aku menangis sejadi-jadinya. Aku sedih, sangat sedih. Kenapa aku masih suka protes? Sejauh ini aku melangkah dituntun Allah untuk lebih mengenalNYA, tahu apa kehendakNYA, tahu betapa baiknya DIA. Tapi kenapa masih juga protes?
Aku menangis, memohon padaNYA agar jangan lagi ada protes. Ya Allah, cukuplah ini protesku yang terakhir. Jadikan aku hambaMU yang paling taat di dunia.
Di hadapanNYA, kita harus taat, patuh padaNYA. Seperti taatnya rumput. Rumput rela diinjak-injak, karena itu memang salah satu perannya. Melindungi kaki manusia dari kerikil tajam dari tanah yang keras dan berbatu cadas.
Aku menangis, memohon padaNYA agar jangan lagi ada protes. Ya Allah, cukuplah ini protesku yang terakhir. Jadikan aku hambaMU yang paling taat di dunia.
Di hadapanNYA, kita harus taat, patuh padaNYA. Seperti taatnya rumput. Rumput rela diinjak-injak, karena itu memang salah satu perannya. Melindungi kaki manusia dari kerikil tajam dari tanah yang keras dan berbatu cadas.
Jumat, 20 Oktober 2006
Doa Lailatul Qadar Saat Itikaf Ramadhan
“Ya Allah, kalau lailatul qodar terlalu mulia buat kami yang hina ini, maka beri kami apa saja yang membuatMU ridlo. Beri kami apa saka asal Engkau ridlo pada kami.”
Itu doa Aa Gym semalam. Sangat berkesan bagiku. Begini ceritanya.
Aku sedang mengejar ingin dapat lailatul qadar. Jadi 10 hari terakhir aku berusaha itikaf di masjid dan memperbanyak ibadah. Terus terang aku juga tidak tahu tanda-tanda lailatul qadar itu bagaimana. Hanya saja sejak sore kemarin aku merasakan suasananya lain. Energi ruhaninya begitu kuat. Ketika kutanyakan pada temanku, dia juga merasakan hal yang sama. Begitu mudah nyambung. Lalu beberapa teman ku sms dan mengiyakan, bahwa malam itu berbeda. Jadi mungkin saja malam itu adalah malam lailatul qadar.
Dengan semangat pergi ke masjid itikaf dengan sungguh-sungguh. Tapi aku kok ngga nyambung-nyambung ya? Padahal dari sore nyambung terus. Ini kenapa ya? Lalu saat muhasabah Aa Gym aku masih juga belum bisa nyambung. Ketika sudah sekian lama muhasabah, aku masih juga merasa garing.
Tapi ketika beliau mengucapkan doa tersebut di atas, tiba-tiba aku merasakan sambutanNYA. Dan banyak peserta itikaf yang akhirnya menangis tersedu-sedu. Dahsyat sekali doa itu. Ada kepasrahan di situ.
Tidak memaksakan kehendak.
Diakui atau tidak, aku pengen banget dapat lailatul qadar. Sebab aku ingin ada perubahan, ingin mendapatkan lompatan spiritual dalam hidupku. Jadi ketika di 10 hari terakhir Ramadhan dikasih garing, bisa nyambung sedikit tapi ngga dalem dan sebentar, maka pengennya diganti harus dapat lailatul qadar. Agar setahun ke depan aku dituntun oleh Allah dalam beribadah dan menjalani kehidupan ini dalam ketaatan padaNYA. Aku gusar kenapa tidak diberi khusyu’. Bersungguh-sungguh itu bagus, tapi ini sudah kebablasan. Aku memaksakan kehendak. Justru ketika kita ngotot, memaksakan kehendak, Allah tidak suka.
Tapi alhamdulillah,.. akhirnya aku menyadari kesalahanku. Dan ketika diberi nyambung saat ini, rasanya luar biasa dahsyat. Terima kasih Aa Gym yang telah menjadi media Allah untuk memilih kata-kata yang begitu tepat, hingga bisa membuatku menyadari kesalahanku dan akhirnya bisa nyambung ke Allah lagi. Terima kasih, Allah.
Itu doa Aa Gym semalam. Sangat berkesan bagiku. Begini ceritanya.
Aku sedang mengejar ingin dapat lailatul qadar. Jadi 10 hari terakhir aku berusaha itikaf di masjid dan memperbanyak ibadah. Terus terang aku juga tidak tahu tanda-tanda lailatul qadar itu bagaimana. Hanya saja sejak sore kemarin aku merasakan suasananya lain. Energi ruhaninya begitu kuat. Ketika kutanyakan pada temanku, dia juga merasakan hal yang sama. Begitu mudah nyambung. Lalu beberapa teman ku sms dan mengiyakan, bahwa malam itu berbeda. Jadi mungkin saja malam itu adalah malam lailatul qadar.
Dengan semangat pergi ke masjid itikaf dengan sungguh-sungguh. Tapi aku kok ngga nyambung-nyambung ya? Padahal dari sore nyambung terus. Ini kenapa ya? Lalu saat muhasabah Aa Gym aku masih juga belum bisa nyambung. Ketika sudah sekian lama muhasabah, aku masih juga merasa garing.
Tapi ketika beliau mengucapkan doa tersebut di atas, tiba-tiba aku merasakan sambutanNYA. Dan banyak peserta itikaf yang akhirnya menangis tersedu-sedu. Dahsyat sekali doa itu. Ada kepasrahan di situ.
Tidak memaksakan kehendak.
Diakui atau tidak, aku pengen banget dapat lailatul qadar. Sebab aku ingin ada perubahan, ingin mendapatkan lompatan spiritual dalam hidupku. Jadi ketika di 10 hari terakhir Ramadhan dikasih garing, bisa nyambung sedikit tapi ngga dalem dan sebentar, maka pengennya diganti harus dapat lailatul qadar. Agar setahun ke depan aku dituntun oleh Allah dalam beribadah dan menjalani kehidupan ini dalam ketaatan padaNYA. Aku gusar kenapa tidak diberi khusyu’. Bersungguh-sungguh itu bagus, tapi ini sudah kebablasan. Aku memaksakan kehendak. Justru ketika kita ngotot, memaksakan kehendak, Allah tidak suka.
Tapi alhamdulillah,.. akhirnya aku menyadari kesalahanku. Dan ketika diberi nyambung saat ini, rasanya luar biasa dahsyat. Terima kasih Aa Gym yang telah menjadi media Allah untuk memilih kata-kata yang begitu tepat, hingga bisa membuatku menyadari kesalahanku dan akhirnya bisa nyambung ke Allah lagi. Terima kasih, Allah.
Kamis, 19 Oktober 2006
Dimanakah Allah?
Tadi ceramah Subuh di DT bagus sekali. Begini isinya :
Dimanakah Allah? Allah berfirman:
Wa huwa ma’akum aina maa kuntum. “Dan DIA bersamamu, dimanapun engkau berada”
“Jika ada yang bertanya kepadamu tentang AKU, maka katakanlah bahwa AKU menjawab panggilan hambaKU. AKU ini dekat, bahkan lebih dekat daripada urat leher.”
“Dia bersemayam di atas Arsy”
“Kemanapun engkau menghadap di situ wajah Allah”
”Dia tidak menyerupai apapun”
Jangan pakai persepsi.
Cukup lihat ciptaanNYA, kita sudah bisa tahu dimana DIA.
Kita bisa bertemu Allah melalui shalat.
QS Al Baqarah 45-46 :
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya itu sangat berat kecuali bagi orang yang khusyu’. Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa dia bertemu Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNYA.”
Dimanakah Allah? Allah berfirman:
Wa huwa ma’akum aina maa kuntum. “Dan DIA bersamamu, dimanapun engkau berada”
“Jika ada yang bertanya kepadamu tentang AKU, maka katakanlah bahwa AKU menjawab panggilan hambaKU. AKU ini dekat, bahkan lebih dekat daripada urat leher.”
“Dia bersemayam di atas Arsy”
“Kemanapun engkau menghadap di situ wajah Allah”
”Dia tidak menyerupai apapun”
Jangan pakai persepsi.
Cukup lihat ciptaanNYA, kita sudah bisa tahu dimana DIA.
Kita bisa bertemu Allah melalui shalat.
QS Al Baqarah 45-46 :
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya itu sangat berat kecuali bagi orang yang khusyu’. Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa dia bertemu Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNYA.”
Minggu, 08 Oktober 2006
Shalawat Untukmu, Ya Rosul
Di bulan Ramadhan ini aku dapat pemahaman tentang energi ruhani Rosulullah yang sangat tinggi. Dan barangsiapa mendekati energi ruhani yang sangat tinggi ini, maka dia akan berada di ruang spiritual yang sangat dekat dengan Allah.
Tiba-tiba ada forward sms dari teman :
“Ternyata HANYA orang yang berada di RUANGAN RUHANI ROSULULLAH sajalah yang akan mampu menangkap Lailatul Qodar, Malam Pencerahan yang Agung. Marilah kita segera merunduk-runduk ke sana, ke ruang kelanggengan dengan memperbanyak shalawat. Karena saat kita bershalawat, Allah akan segera menaruh ruhani kita ke ruangan ruhani Rosululloh.”
Subhanallah. Kok sama ya, dengan yang kudapat.
Lalu temanku yang lain lagi juga mendapat suatu pemahaman saat dia shalat tahajud. Dia dapat surat Al Ahzab 33 : 56. Pas kubuka isinya :
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-NYA bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanah kalam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Subhanallah… Kok bisa sama sih? Apa memang pengajaran Allah saat ini adalah tentang shalawat untuk Rosul?
Ya, aku akan berusaha memperbanyak shalawat untuk Rosulullah.
Tiba-tiba ada forward sms dari teman :
“Ternyata HANYA orang yang berada di RUANGAN RUHANI ROSULULLAH sajalah yang akan mampu menangkap Lailatul Qodar, Malam Pencerahan yang Agung. Marilah kita segera merunduk-runduk ke sana, ke ruang kelanggengan dengan memperbanyak shalawat. Karena saat kita bershalawat, Allah akan segera menaruh ruhani kita ke ruangan ruhani Rosululloh.”
Subhanallah. Kok sama ya, dengan yang kudapat.
Lalu temanku yang lain lagi juga mendapat suatu pemahaman saat dia shalat tahajud. Dia dapat surat Al Ahzab 33 : 56. Pas kubuka isinya :
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-NYA bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanah kalam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Subhanallah… Kok bisa sama sih? Apa memang pengajaran Allah saat ini adalah tentang shalawat untuk Rosul?
Ya, aku akan berusaha memperbanyak shalawat untuk Rosulullah.
Jumat, 06 Oktober 2006
I Miss You, So Much
Ya Allah saya rindu padaMU
I miss YOU, so much. Amat sangat.
Belum pernah aku merasakan kerinduan yang begitu menggelora.
Saya ngga kuat, ya Allah.
I need You. Jangan tinggalin saya, please..
Saya benar-benar tak bisa hidup tanpaMU.
I’m nothing without YOU.
La haula wala quwwata illa billah…
Saya ngga tahu bagaimana mengungkapkan perasaan ini.
Saya kangen padaMU.
Please, sayangi saya. Warhamni, ya Allah.
Cintai saya, maka saya tak akan perdulikan apapun.
Kenapa, ya Allah? Kenapa Kau buat aku begitu merana karena cintaMU?
Aku begitu mendambakan cintaMU.
Kenapa, ya Allah?
Padahal kemarin aku sudah bisa ‘nyambung’. Tadi juga bisa.
Tapi kenapa sekarang rindu ini begitu menyiksaku.
Seolah sudah begitu lama tidak berjumpa denganMU.
I miss YOU, so much. Amat sangat.
Belum pernah aku merasakan kerinduan yang begitu menggelora.
Saya ngga kuat, ya Allah.
I need You. Jangan tinggalin saya, please..
Saya benar-benar tak bisa hidup tanpaMU.
I’m nothing without YOU.
La haula wala quwwata illa billah…
Saya ngga tahu bagaimana mengungkapkan perasaan ini.
Saya kangen padaMU.
Please, sayangi saya. Warhamni, ya Allah.
Cintai saya, maka saya tak akan perdulikan apapun.
Kenapa, ya Allah? Kenapa Kau buat aku begitu merana karena cintaMU?
Aku begitu mendambakan cintaMU.
Kenapa, ya Allah?
Padahal kemarin aku sudah bisa ‘nyambung’. Tadi juga bisa.
Tapi kenapa sekarang rindu ini begitu menyiksaku.
Seolah sudah begitu lama tidak berjumpa denganMU.
Kamis, 05 Oktober 2006
Rumput yang Taat
Kemudian aku duduk merasakan keheningan malam. Suasana begitu syahdu, begitu sakral. Lalu tiba-tiba aku terpaku pada rumput di hadapanku.
Aku dapat pemahaman begini:
Lihatlah rumput itu. Rumput itu begitu taat pada perintahNYA. Dia tidak pernah protes meski diinjak-injak manusia, kadang dicabut karena mengganggu, kadang dirawat dengan baik untuk kemudian dijadikan padang golf yang indah atau untuk lapangan sepak bola. Dia tidak pernah protes.
Dia tahu bahwa dia diciptakan Allah memang untuk itu.
Contohlah rumput yang taat, yang tidak pernah protes pada perintahNYA.
Aku dapat pemahaman begini:
Lihatlah rumput itu. Rumput itu begitu taat pada perintahNYA. Dia tidak pernah protes meski diinjak-injak manusia, kadang dicabut karena mengganggu, kadang dirawat dengan baik untuk kemudian dijadikan padang golf yang indah atau untuk lapangan sepak bola. Dia tidak pernah protes.
Dia tahu bahwa dia diciptakan Allah memang untuk itu.
Contohlah rumput yang taat, yang tidak pernah protes pada perintahNYA.
Kemegahan Semesta
Ciater Spa Resort, 40 ha.
Dengan view yang sangat indah, gunung, tebing, gemericik air, bangunan yang indah, luas, bulan purnama, keheningan malam, suara jengkerik. Syahdu, dibalut teknologi terkini, jauh dari keramaian, ada sumber air panas, turis-turis asing, bungalow yang indah, bunga-bunga bermekaran, keramahan para pegawai, mushaf Al Qur’an di tiap pavilyun, seorang teman yang tawadhu, yang mengenalkan Allah pada teman-temannya yang lain, di tengah suasana malam yang hening dan dinginnya malam menusuk tulang.
Pemandangan yang sungguh indah. Tak habis-habisnya aku mengagumi keindahan alam di sana. Energi ruhani di sana malam itu kurasakan begitu kuat. Kemegahan semesta!
Seolah Allah mempertontonkan keindahan ciptaanNYA padaku. Subhanallah…..
Aku sangat mengagumi maha karyaNYA, begitu sempurna. Tanpa terasa menetes air mata kekaguman dan keharuan mengakui akan kebesaran NYA.
Dengan view yang sangat indah, gunung, tebing, gemericik air, bangunan yang indah, luas, bulan purnama, keheningan malam, suara jengkerik. Syahdu, dibalut teknologi terkini, jauh dari keramaian, ada sumber air panas, turis-turis asing, bungalow yang indah, bunga-bunga bermekaran, keramahan para pegawai, mushaf Al Qur’an di tiap pavilyun, seorang teman yang tawadhu, yang mengenalkan Allah pada teman-temannya yang lain, di tengah suasana malam yang hening dan dinginnya malam menusuk tulang.
Pemandangan yang sungguh indah. Tak habis-habisnya aku mengagumi keindahan alam di sana. Energi ruhani di sana malam itu kurasakan begitu kuat. Kemegahan semesta!
Seolah Allah mempertontonkan keindahan ciptaanNYA padaku. Subhanallah…..
Aku sangat mengagumi maha karyaNYA, begitu sempurna. Tanpa terasa menetes air mata kekaguman dan keharuan mengakui akan kebesaran NYA.
Senin, 02 Oktober 2006
Di Ujung Kehampaan
Tahu ngga, kemarin aku sedih banget, ngga punya semangat, ngga punya apa-apa, benar-benar down. Aku benar-benar terpuruk. Puncaknya pas lagi shalat.
Akhirnya kusampaikan semua kehampaan yang kurasakan.Tiba-tiba, entah ide dari mana, aku berdoa minta diambil rohku saat itu dan minta diisi sama Allah. Aku ngga mengerti apa maksud doaku itu. Aku heran kenapa bisa begitu?
Ternyata Allah mengajariku tentang gelas kosong itu. Memang saat itu, di ujung kehampaan itu, aku merasakan kondisiku saat itu benar-benar kosong. Mungkin Allah sedang mengosongkanku dari rasa bisa, dari rasa berdaya, dari rasa ke-aku-an. Aku sedang diajarkan tentang :
La haula wala quwwata illa billaah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah. Bahwa kita sebenarnya tidak berdaya, jika tanpa bantuanNya.
Ini untuk mengosongkanku, mengikis kesombonganku, dan selanjutnya mengisiku dengan ilmu-NYA. Ibarat gelas kosong, akan sangat banyak menampung ilmuNYA. Berbeda jika gelas itu penuh, maka akan tumpah. Tidak bisa menerima ilmu dariNYA.
Akhirnya kusampaikan semua kehampaan yang kurasakan.Tiba-tiba, entah ide dari mana, aku berdoa minta diambil rohku saat itu dan minta diisi sama Allah. Aku ngga mengerti apa maksud doaku itu. Aku heran kenapa bisa begitu?
Ternyata Allah mengajariku tentang gelas kosong itu. Memang saat itu, di ujung kehampaan itu, aku merasakan kondisiku saat itu benar-benar kosong. Mungkin Allah sedang mengosongkanku dari rasa bisa, dari rasa berdaya, dari rasa ke-aku-an. Aku sedang diajarkan tentang :
La haula wala quwwata illa billaah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah. Bahwa kita sebenarnya tidak berdaya, jika tanpa bantuanNya.
Ini untuk mengosongkanku, mengikis kesombonganku, dan selanjutnya mengisiku dengan ilmu-NYA. Ibarat gelas kosong, akan sangat banyak menampung ilmuNYA. Berbeda jika gelas itu penuh, maka akan tumpah. Tidak bisa menerima ilmu dariNYA.
Minggu, 01 Oktober 2006
Musibah atau Karunia?
Kita usahakan terus menerus mencari hikmah dari segala kejadian, baik kejadian yang menyenangkan maupun musibah yang sangat menyakitkan. Semakin sering kita berlatih dengan musibah, lama kelamaan kita tidak akan bisa membedakan mana musibah, mana karunia. Semua terasa nikmat. Baik kejadian menyenangkan maupun musibah, ada pengajaran dari Allah yang diberikan pada kita.
Misalkan kehilangan uang sekian ratus juta. Bila belum terlatih, maka akan merasa ini ujian yang sangat berat. Tapi bila sudah terlatih maka akan merasa ini adalah pelajaran yang diberikan oleh Allah agar tidak mengikatkan hati pada uang, agar lebih banyak bershodaqoh, dst…
Misalkan kehilangan uang sekian ratus juta. Bila belum terlatih, maka akan merasa ini ujian yang sangat berat. Tapi bila sudah terlatih maka akan merasa ini adalah pelajaran yang diberikan oleh Allah agar tidak mengikatkan hati pada uang, agar lebih banyak bershodaqoh, dst…
Latihan Khusyu' : Menyengaja Dalam Melakukan Sesuatu
Salah satu cara agar bisa nyambung ke Allah setiap saat adalah dengan MENYENGAJA dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Anything. Misalkan saat menyisir rambut, lakukan dengan sengaja. Saat makan, lakukan dengan sengaja dengan kesadaran penuh. Saat pakai baju lakukan dengan menyengaja. Jangan saat menyisir rambut, pikiran kita kemana-mana. Sadari bahwa saat itu kita sedang menyisir rambut, sadari bahwa saat itu kita sedang makan, sadari bahwa saat itu kita sedang ganti baju. Do anything dengan penuh kesadaran.
Itu salah satu cara yang kulakukan untuk menjaga kesadaran. Agar pikiran tidak kemana-mana. Salah satu efek yang langsung tampak adalah kita tidak akan mudah lupa menaruh barang, atau ketinggalan barang, dst. Biasanya itu terjadi karena saat melakukan sesuatu, pikirannya kemana-mana.
Nah, setelah pikiran tidak kemana-mana, kita akan lebih mudah untuk mengarahkan kesadaran ke Allah.
Itu salah satu cara yang kulakukan untuk menjaga kesadaran. Agar pikiran tidak kemana-mana. Salah satu efek yang langsung tampak adalah kita tidak akan mudah lupa menaruh barang, atau ketinggalan barang, dst. Biasanya itu terjadi karena saat melakukan sesuatu, pikirannya kemana-mana.
Nah, setelah pikiran tidak kemana-mana, kita akan lebih mudah untuk mengarahkan kesadaran ke Allah.
HURUF BESAR
BEGITU MUDAH
BEGITU SEDERHANA
UNTUK MENGHORMATI tuhan
KITA HANYA PERLU MENGGUNAKAN HURUF BESAR
UNTUK MENULIS NAMAnya.
Puisi yang indah. Aku ambil dari sebuah buku kumpulan puisi bersampul warna merah, karya mahasiswa ITB. Aku lupa judulnya. Aku sangat terkesan dengan puisi ini. Ringkas tapi mengandung arti yang sangat dalam.
Ya, ketika sedang menulis tentang Tuhan, selalu saja kugunakan huruf besar. Itu karena menurutku tidak sopan jika menggunakan huruf kecil ketika menuliskan namaNYA. Bahkan kata gantinya pun selalu pakai huruf besar (DIA , NYA, AKU, Engkau, dst). Itu juga untuk membedakan siapa yang sedang berbicara. Jika memakai kata ganti AKU, itu artinya Tuhan. Tapi jika pakai ‘aku’ itu artinya aku manusia yang lemah ini.
Ya, diakui atau tidak, kita menghormati Tuhan baru sebatas memakai huruf besar untuk menuliskan namaNya. Padahal seharusnya lebih dari itu.
BEGITU SEDERHANA
UNTUK MENGHORMATI tuhan
KITA HANYA PERLU MENGGUNAKAN HURUF BESAR
UNTUK MENULIS NAMAnya.
Puisi yang indah. Aku ambil dari sebuah buku kumpulan puisi bersampul warna merah, karya mahasiswa ITB. Aku lupa judulnya. Aku sangat terkesan dengan puisi ini. Ringkas tapi mengandung arti yang sangat dalam.
Ya, ketika sedang menulis tentang Tuhan, selalu saja kugunakan huruf besar. Itu karena menurutku tidak sopan jika menggunakan huruf kecil ketika menuliskan namaNYA. Bahkan kata gantinya pun selalu pakai huruf besar (DIA , NYA, AKU, Engkau, dst). Itu juga untuk membedakan siapa yang sedang berbicara. Jika memakai kata ganti AKU, itu artinya Tuhan. Tapi jika pakai ‘aku’ itu artinya aku manusia yang lemah ini.
Ya, diakui atau tidak, kita menghormati Tuhan baru sebatas memakai huruf besar untuk menuliskan namaNya. Padahal seharusnya lebih dari itu.
Allah Maha Sabar (As Shobur)
Sebagai manusia biasa aku juga berusaha berbuat baik ke teman dan berusaha dianggap baik. Ini adalah untuk memperbaiki citra diri. Berbeda dengan Allah. Allah yang sudah Maha Baik, masih terus berbuat baik walaupun banyak manusia termasuk aku yang kadang menganggap NYA jahat, tidak adil, tidak bisa mengerti kita, dst. Tapi lihatlah… It doesn’t matter for HIM ! Dia tidak terpengaruh dengan itu semua.
DIA selalu memberi dengan tulus, tidak pernah ada pamrih. Allah tidak butuh apa-apa dari kita. Berapa kali pun kita tidak tahu terima kasih, bahkan kadang menghujatNYA, tapi Dia tidak pernah kecewa. Dia terus memberi, terus berbuat baik pada manusia. Dia sangat penyabar. Dia Maha Sabar.
Dia tidak perduli apakah kita menganggapNYA baik atau buruk. Dia tetap baik pada manusia. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan anggapan manusia. Dia tetap sabar dan telaten mengurus kita meski kita terus menerus menghujatNYA, mengabaikanNYA, menganggapNYA tidak ada, dst. DIA benar-benar Maha Penyabar.
DIA selalu memberi dengan tulus, tidak pernah ada pamrih. Allah tidak butuh apa-apa dari kita. Berapa kali pun kita tidak tahu terima kasih, bahkan kadang menghujatNYA, tapi Dia tidak pernah kecewa. Dia terus memberi, terus berbuat baik pada manusia. Dia sangat penyabar. Dia Maha Sabar.
Dia tidak perduli apakah kita menganggapNYA baik atau buruk. Dia tetap baik pada manusia. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan anggapan manusia. Dia tetap sabar dan telaten mengurus kita meski kita terus menerus menghujatNYA, mengabaikanNYA, menganggapNYA tidak ada, dst. DIA benar-benar Maha Penyabar.
Ketika Dekat Dengan Allah
Jika kita dekat dengan Allah,
maka apapun permintaan kita akan DIA kabulkan.
Tapi tahukah kamu bahwa ketika kita dekat dengan Allah,
maka kita tidak akan sempat untuk meminta,
karena kita makin menyadari bahwa DIA telah memberikan segalanya pada kita. Kita terlalu sibuk bersyukur hingga tidak sempat meminta.
Begitu banyak hal yang belum kita syukuri.
Mulai dari nikmatnya udara, nikmatnya mata, nikmatnya bisa bergerak,
dan seterusnya hal-hal yang kita anggap remeh dan kita abaikan selama ini.
Ketika dekat dengan Allah, Dia membuka mata hati kita akan Rahman-RahimNYA yang begitu banyak, begitu melimpah dianugerahkan kepada kita makhluk ciptaanNYA.
Betapa seluruh alam semesta berikut isinya
DIA ciptakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Tapi kita seringkali lalai dengan itu semua.
maka apapun permintaan kita akan DIA kabulkan.
Tapi tahukah kamu bahwa ketika kita dekat dengan Allah,
maka kita tidak akan sempat untuk meminta,
karena kita makin menyadari bahwa DIA telah memberikan segalanya pada kita. Kita terlalu sibuk bersyukur hingga tidak sempat meminta.
Begitu banyak hal yang belum kita syukuri.
Mulai dari nikmatnya udara, nikmatnya mata, nikmatnya bisa bergerak,
dan seterusnya hal-hal yang kita anggap remeh dan kita abaikan selama ini.
Ketika dekat dengan Allah, Dia membuka mata hati kita akan Rahman-RahimNYA yang begitu banyak, begitu melimpah dianugerahkan kepada kita makhluk ciptaanNYA.
Betapa seluruh alam semesta berikut isinya
DIA ciptakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Tapi kita seringkali lalai dengan itu semua.
Rabu, 27 September 2006
Karena DIA Ingin Dikenal HambaNYA
Karena DIA ingin dikenal, maka jalan menuju Tuhan sangatlah banyak. Ya, banyak jalan menuju Allah. Apapun bisa jadi jalan menuju Allah. Kejadian apapun bisa menjadi jalan untuk mengenal-NYA. Itu hanya sebuah pilihan. Memilih jalan yang mana, silakan saja. Tiap orang memilih jalanNYA masing-masing. Tiap orang unik. Tiap orang memiliki kecenderungan masing-masing. Untuk itulah Allah menciptakan banyak jalan untuk mengenalNYA.
Karena DIA ingin dikenal oleh makhluk-NYA, setiap hari DIA menyapa kita. Namun kita tidak pernah menghiraukan-NYA. Setiap hari DIA mengurus kita tanpa merasa bosan. Namun kita bahkan tidak mengenal-NYA. Ke-RahmanRahiman-NYA lah yang membuat DIA begitu sabar, begitu telaten memperkenalkan Diri-NYA melalui pintu manapun.
Jadi bukan hal yang bijak jika kita masih menyalahkan orang lain ketika dia berusaha mengenal Tuhannya dengan menggunakan cara dia yang berbeda dengan cara kita. Ingat, semua tergantung niat. Jika memang niatnya adalah sungguh-sungguh ingin mengenal Allah, maka yakinlah bahwa Allah sendiri yang akan menuntun dia untuk mencapai itu. Karena bagaimanapun Allah adalah guru yang sesungguhnya.
Allah sudah berfirman: ‘Barangsiapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami” (Al Ankabut 69)
Tidak ada jalan yang lebih baik atau lebih cepat. Yang ada adalah jalan apapun yang kau tempuh, jika engkau bersungguh-sungguh ingin mengenalNYA, maka jalan itu otomatis akan menjadi jalan tol bagimu.
“Barangsiapa yang mendekat kepadaKU selangkah, maka AKU akan mendekat padanya sedepa. Barangsiapa yang mendekat padaKU dengan berjalan, maka AKu akan mendekat padanya dengan berlari. ” (Hadist Qudsi)
Karena DIA ingin dikenal oleh makhluk-NYA, setiap hari DIA menyapa kita. Namun kita tidak pernah menghiraukan-NYA. Setiap hari DIA mengurus kita tanpa merasa bosan. Namun kita bahkan tidak mengenal-NYA. Ke-RahmanRahiman-NYA lah yang membuat DIA begitu sabar, begitu telaten memperkenalkan Diri-NYA melalui pintu manapun.
Jadi bukan hal yang bijak jika kita masih menyalahkan orang lain ketika dia berusaha mengenal Tuhannya dengan menggunakan cara dia yang berbeda dengan cara kita. Ingat, semua tergantung niat. Jika memang niatnya adalah sungguh-sungguh ingin mengenal Allah, maka yakinlah bahwa Allah sendiri yang akan menuntun dia untuk mencapai itu. Karena bagaimanapun Allah adalah guru yang sesungguhnya.
Allah sudah berfirman: ‘Barangsiapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami” (Al Ankabut 69)
Tidak ada jalan yang lebih baik atau lebih cepat. Yang ada adalah jalan apapun yang kau tempuh, jika engkau bersungguh-sungguh ingin mengenalNYA, maka jalan itu otomatis akan menjadi jalan tol bagimu.
“Barangsiapa yang mendekat kepadaKU selangkah, maka AKU akan mendekat padanya sedepa. Barangsiapa yang mendekat padaKU dengan berjalan, maka AKu akan mendekat padanya dengan berlari. ” (Hadist Qudsi)
Selasa, 26 September 2006
Mengambil Pelajaran
“Mohon doanya, Dhafa sore ini diopname. Dia kena kelainan pembekuan darah. Terjadi pendarahan tertutup di seluruh tubu. Mudah-mudahan tidak sampai ke otak. Amin.” Demikian sms dari iparku.
Dzig! Kaget. Itulah reaksi pertamaku. Ngga nyangka. Keponakanku Dhafa, 3 th, yang periang, jarang sakit, ternyata mengalami hal seperti itu. Tiba-tiba muncul kekhawatiran yang teramat sangat. Aku takut Dia mengambil Dhafa! Itu ujian yang sangat berat.
Lalu ketika shalat Maghrib, aku berdoa dengan sungguh-sungguh. Mohon agar Dia menyembuhkannya.
Tahu ngga apa jawaban Tuhan? Kurasakan jawabannya adalah Dhafa tidak akan diambilNya. Dia akan menyembuhkannya, tapi tidak sekarang. Dia sengaja membuat Dhafa sakit, dalam rangka memberi satu pelajaran baru buat ibunya. Jika dia bisa mengambil hikmah dari kejadian ini, maka Dhafa akan disembuhkan.
Terima kasih, Rabb. Aku lega luar biasa. Plong rasanya. Tidak ada kekhawatiran lagi.
Ketika kusampaikan pada iparku, dia cerita bahwa dia memang kemarin ketika pertama kali ikut halaqoh, trainernya bilang: setelah ini ibu akan diuji dengan sesuatu. Ibu akan diberi pelajaran baru oleh Allah. Mungkin inilah ujian itu.
Amazing! Ternyata 2 hari kemudian Dhafa sudah boleh pulang. Padahal diagnosa dokter sebelumnya sangat menakutkan. Pasti iparku telah berhasil memetik hikmah, mengambil satu pelajaran dari ini semua, sehingga Allah berkenan menyembuhkan putranya.
Sekali lagi, aku baru sadar kalau mulai hafal dengan perilaku-Nya. Aku mulai mengenal-Nya. Karena Dia tiap hari mengenalkan diriNya padaku.
Seperti kepada sahabatku. Dulu ketika masih belum akrab, aku tidak mengerti kenapa dia berbuat begini atau begitu. Tapi setelah kami akrab, lama-lama aku hafal dengan kebiasaannya, sifat-sifatnya, dst. Hingga aku bisa tahu bagaimana harus bersikap menghadapi sahabatku itu.
Thank You so, much.
Terimakasih karena membuatku mengenal-Mu.
Dzig! Kaget. Itulah reaksi pertamaku. Ngga nyangka. Keponakanku Dhafa, 3 th, yang periang, jarang sakit, ternyata mengalami hal seperti itu. Tiba-tiba muncul kekhawatiran yang teramat sangat. Aku takut Dia mengambil Dhafa! Itu ujian yang sangat berat.
Lalu ketika shalat Maghrib, aku berdoa dengan sungguh-sungguh. Mohon agar Dia menyembuhkannya.
Tahu ngga apa jawaban Tuhan? Kurasakan jawabannya adalah Dhafa tidak akan diambilNya. Dia akan menyembuhkannya, tapi tidak sekarang. Dia sengaja membuat Dhafa sakit, dalam rangka memberi satu pelajaran baru buat ibunya. Jika dia bisa mengambil hikmah dari kejadian ini, maka Dhafa akan disembuhkan.
Terima kasih, Rabb. Aku lega luar biasa. Plong rasanya. Tidak ada kekhawatiran lagi.
Ketika kusampaikan pada iparku, dia cerita bahwa dia memang kemarin ketika pertama kali ikut halaqoh, trainernya bilang: setelah ini ibu akan diuji dengan sesuatu. Ibu akan diberi pelajaran baru oleh Allah. Mungkin inilah ujian itu.
Amazing! Ternyata 2 hari kemudian Dhafa sudah boleh pulang. Padahal diagnosa dokter sebelumnya sangat menakutkan. Pasti iparku telah berhasil memetik hikmah, mengambil satu pelajaran dari ini semua, sehingga Allah berkenan menyembuhkan putranya.
Sekali lagi, aku baru sadar kalau mulai hafal dengan perilaku-Nya. Aku mulai mengenal-Nya. Karena Dia tiap hari mengenalkan diriNya padaku.
Seperti kepada sahabatku. Dulu ketika masih belum akrab, aku tidak mengerti kenapa dia berbuat begini atau begitu. Tapi setelah kami akrab, lama-lama aku hafal dengan kebiasaannya, sifat-sifatnya, dst. Hingga aku bisa tahu bagaimana harus bersikap menghadapi sahabatku itu.
Thank You so, much.
Terimakasih karena membuatku mengenal-Mu.
Cara Allah Memaksa
“ Suci lagi sedih. Dia sudah hamil 2 bulan, tapi janinnya tidak berkembang. Jadi harus dikuret besok.”
Bunyi pesan singkat (sms) dari temanku. Dikirim larut malam tadi, tapi baru kubaca pagi ini ketika aku bangun tidur jam 03.30 pagi.
Tiba-tiba aku dapat pemahaman begini :
“Begitulah cara Allah, Sang Rahman Rahim, untuk memaksa Suci kembali pada-Nya. Ramadhan adalah moment yang sangat tepat untuk kembali pada-Nya.”
Dulu Suci sangat rajin mengikuti pengajian-pengajian dan ceramah. Dia yang cantik, ramah, supel, dan baik hati, yang mampu memikat hati siapa saja, ternyata diuji Allah dengan belum dipertemukan dengan jodohnya. Tapi dia tetap rajin berusaha dan berdoa, tidak larut dalam kesedihan. Tipe wanita tangguh dan tegar. Banyak wanita yang iri dibuatnya. She has everything.
Sampai akhirnya Allah berkenan mempertemukannya dengan seorang lelaki yang membuatnya bertekuk lutut, selalu ingin bersamanya all the time. Hingga akhirnya pelan-pelan dia mengurangi kegiatannya di pengajian karena sibuk menemani kekasih. Dan Allah pun mengingatkannya, bahwa lelaki itu bukan jodohnya. Jauh sebelum perpisahan terjadi, sudah bisa diprediksi bahwa mereka pasti akan berpisah. Jika mencintai kekasih berlebihan, maka dia akan merasa terikat. Sehingga akan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan itu.
Suci yang sejak berada dalam jeratan kekasih berubah jadi pemurung, tidak ceria lagi seperti dulu. Kecantikan mulai memudar dari wajahnya. Tapi begitu mereka putus, dia kembali ceria, ramah, supel, dan baik hati, dan tentu saja cantik. Dia bangkit dari keterpurukan.
Sekali lagi Allah mengabulkan permohonannya. Akhirnya dia dipertemukan dengan jodoh sejatinya. Hanya dalam hitungan minggu mereka pun memutuskan untuk menikah. Kali ini setiap kali diajak ikut pengajian dia tidak bisa ikut karena sibuk mengurus pernikahannya. Nanti saja kalau sudah menikah, aku akan ikut, katanya. Namun 3 bulan berlalu, dia masih sibuk dengan suami dan rumah tangga barunya.
Sampai akhirnya Allah memaksanya untuk kembali mendekat pada-Nya. Diambilnya sang janin. Ujian yang sangat berat bagi seorang wanita. Tetapi Allah yang Maha Rahman Rahim memilih waktu yang tepat yaitu di awal Ramadhan, agar Suci lebih mudah mendekat pada-Nya. Subhanallah! Begitulah cara Allah menyayangi hamba-Nya.
Sekarang bola ada di tangan Suci. Apakah dia mau kembali mendekat pada-Nya, dan dia temukan kebahagiaan, bahkan akan diganti-Nya dengan karunia yang berlipat ganda. Ataukah dia tetap seperti semula. Maka akan dia temukan kesedihan dan kekecewaan.
Dari peristiwa di atas baru kusadari bahwa ternyata aku mulai hafal dengan perilaku-Nya. Dulu setiap ada musibah, aku hanya menduga-duga saja, apa maksud Tuhan dengan musibah tersebut. Tapi kini, dengan sangat yakin, aku bisa tahu apa maksud Dia. Terima kasih ya Allah, Engkau mau mengenalkan Diri-Mu padaku.
Bunyi pesan singkat (sms) dari temanku. Dikirim larut malam tadi, tapi baru kubaca pagi ini ketika aku bangun tidur jam 03.30 pagi.
Tiba-tiba aku dapat pemahaman begini :
“Begitulah cara Allah, Sang Rahman Rahim, untuk memaksa Suci kembali pada-Nya. Ramadhan adalah moment yang sangat tepat untuk kembali pada-Nya.”
Dulu Suci sangat rajin mengikuti pengajian-pengajian dan ceramah. Dia yang cantik, ramah, supel, dan baik hati, yang mampu memikat hati siapa saja, ternyata diuji Allah dengan belum dipertemukan dengan jodohnya. Tapi dia tetap rajin berusaha dan berdoa, tidak larut dalam kesedihan. Tipe wanita tangguh dan tegar. Banyak wanita yang iri dibuatnya. She has everything.
Sampai akhirnya Allah berkenan mempertemukannya dengan seorang lelaki yang membuatnya bertekuk lutut, selalu ingin bersamanya all the time. Hingga akhirnya pelan-pelan dia mengurangi kegiatannya di pengajian karena sibuk menemani kekasih. Dan Allah pun mengingatkannya, bahwa lelaki itu bukan jodohnya. Jauh sebelum perpisahan terjadi, sudah bisa diprediksi bahwa mereka pasti akan berpisah. Jika mencintai kekasih berlebihan, maka dia akan merasa terikat. Sehingga akan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan itu.
Suci yang sejak berada dalam jeratan kekasih berubah jadi pemurung, tidak ceria lagi seperti dulu. Kecantikan mulai memudar dari wajahnya. Tapi begitu mereka putus, dia kembali ceria, ramah, supel, dan baik hati, dan tentu saja cantik. Dia bangkit dari keterpurukan.
Sekali lagi Allah mengabulkan permohonannya. Akhirnya dia dipertemukan dengan jodoh sejatinya. Hanya dalam hitungan minggu mereka pun memutuskan untuk menikah. Kali ini setiap kali diajak ikut pengajian dia tidak bisa ikut karena sibuk mengurus pernikahannya. Nanti saja kalau sudah menikah, aku akan ikut, katanya. Namun 3 bulan berlalu, dia masih sibuk dengan suami dan rumah tangga barunya.
Sampai akhirnya Allah memaksanya untuk kembali mendekat pada-Nya. Diambilnya sang janin. Ujian yang sangat berat bagi seorang wanita. Tetapi Allah yang Maha Rahman Rahim memilih waktu yang tepat yaitu di awal Ramadhan, agar Suci lebih mudah mendekat pada-Nya. Subhanallah! Begitulah cara Allah menyayangi hamba-Nya.
Sekarang bola ada di tangan Suci. Apakah dia mau kembali mendekat pada-Nya, dan dia temukan kebahagiaan, bahkan akan diganti-Nya dengan karunia yang berlipat ganda. Ataukah dia tetap seperti semula. Maka akan dia temukan kesedihan dan kekecewaan.
Dari peristiwa di atas baru kusadari bahwa ternyata aku mulai hafal dengan perilaku-Nya. Dulu setiap ada musibah, aku hanya menduga-duga saja, apa maksud Tuhan dengan musibah tersebut. Tapi kini, dengan sangat yakin, aku bisa tahu apa maksud Dia. Terima kasih ya Allah, Engkau mau mengenalkan Diri-Mu padaku.
Senin, 25 September 2006
Jalan Menuju Tuhan
Selama ini aku merenung, berpikir mengenai jalan menuju Tuhan. Mengapa jalan yang kutempuh bersama teman-teman begitu mudah dan cepat sampai ke Tuhan. Sementara beberapa orang harus berputar-putar dulu, melewati jalan yang sulit dan berliku , hingga akhirnya sampai juga ke Tuhan. Dari sebuah artikel dari orang yang sangat kuhormati, yang ruang spiritualnya sangat tinggi, aku memahami sesuatu.
Jalan menuju Tuhan sangat banyak, sejumlah nafas itu sendiri. Namun secara garis besar, ada 2 jalan yang ditempuh oleh para spiritualis. Pertama, adalah jalan yang berdasarkan dalil “Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” Jalan ini banyak ditempuh oleh sebagian ahli sufi, yang diadopsi dari para filosof Yunani. Cara ini banyak dipakai oleh para pencari murni, yang belum panduan sama sekali tentang Tuhan.
Tahapan yang dilalui mencari Tuhan adalah melalui tahapan mengenal diri dari segi wilayah-wilayah alam pada dirinya. Misalnya mengenali hatinya dan suasananya, pikiran, dan perasaannya, dan lain-lain sehingga dia bisa membedakan dari mana intuisi ini muncul. Apakah dari pikirannya, dari perasaannya, atau dari luar dirinya.
Namun cara ini terlalu lama, berputar-putar dulu untuk akhirnya ketemu Tuhan. Bahkan tak jarang ketika dalam perjalanan menuju Tuhan dia terlena ketika menemui alam-alam yang menakjubkan, dimana dia bisa melihat hal-hal yang kasyaf, hal-hal kesaktian, hingga dia lupa tujuan semula. Tapi jika dia kuat kepada Tuhannya, pastilah selamat sampai tujuan.
Jalan yang kedua adalah berdasar dalil : “Barang siapa yang mengenal Tuhannya maka ia akan mengenal dirinya”.
Jalan ini yang ditempuh oleh aku dan teman-teman dalam berspiritual. Yaitu dengan mengenal Tuhan langsung melalui apa yang dikatakan Allah sendiri dalam al Qur’an.
“Sesungguhnya Aku ini dekat, lebih dekat daripada urat leher.” “Sesungguhnya Aku meliputi alam semesta.”
“Akulah yang menurunkan hujan, Akulah yang menumbuhkan pohon, dst...”
Kita diperintahkan untuk memulai dengan dzikir (mengingat Allah), kemudian kita diperintahkan untuk mendekati-Nya. Allah sudah sangat dekat, sehingga kita tidak perlu mencarinya jauh-jauh melalui berbagai macam tingkatan alam-alam di luar sana. Tidak perlu memikirkannya, cukuplah jiwa ini mendekat secara langsung kepada Allah. Karena orang yang telah berjumpa alam-alam belum tentu tunduk kepada Allah, karena alam di sana tidak ada bedanya dengan alam dunia ini, semua adalah ciptaan-Nya.
Islam mengajarkan dalam mencari Tuhan, telah diberi jalan yang termudah. Hal ini telah ditunjukkan oleh-Nya bahwa Dia sangat dekat. Dan bahwa “Barangsiapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.” (QS Al Ankabut 69).
Ayat-ayat ini membuktikan dalam mendekatkan diri pada Allah tidak perlu melalui proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang ditemukan oleh kaum filsafat atau ahli spiritual di luar Islam, karena mereka dalam perjalanannya harus melalui tahapan-tahapan alam-alam. Islam dalam menemui Tuhannya haruslah memfanakan, maniadakan alam-alam selain Allah dengan konsep Laa ilaaha illallah. Tidak ada illah selain Allah. Laa haula wala quwwata illa billah. Tidak ada daya dan kekuatan selain Allah..
Jalan menuju Tuhan sangat banyak, sejumlah nafas itu sendiri. Namun secara garis besar, ada 2 jalan yang ditempuh oleh para spiritualis. Pertama, adalah jalan yang berdasarkan dalil “Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” Jalan ini banyak ditempuh oleh sebagian ahli sufi, yang diadopsi dari para filosof Yunani. Cara ini banyak dipakai oleh para pencari murni, yang belum panduan sama sekali tentang Tuhan.
Tahapan yang dilalui mencari Tuhan adalah melalui tahapan mengenal diri dari segi wilayah-wilayah alam pada dirinya. Misalnya mengenali hatinya dan suasananya, pikiran, dan perasaannya, dan lain-lain sehingga dia bisa membedakan dari mana intuisi ini muncul. Apakah dari pikirannya, dari perasaannya, atau dari luar dirinya.
Namun cara ini terlalu lama, berputar-putar dulu untuk akhirnya ketemu Tuhan. Bahkan tak jarang ketika dalam perjalanan menuju Tuhan dia terlena ketika menemui alam-alam yang menakjubkan, dimana dia bisa melihat hal-hal yang kasyaf, hal-hal kesaktian, hingga dia lupa tujuan semula. Tapi jika dia kuat kepada Tuhannya, pastilah selamat sampai tujuan.
Jalan yang kedua adalah berdasar dalil : “Barang siapa yang mengenal Tuhannya maka ia akan mengenal dirinya”.
Jalan ini yang ditempuh oleh aku dan teman-teman dalam berspiritual. Yaitu dengan mengenal Tuhan langsung melalui apa yang dikatakan Allah sendiri dalam al Qur’an.
“Sesungguhnya Aku ini dekat, lebih dekat daripada urat leher.” “Sesungguhnya Aku meliputi alam semesta.”
“Akulah yang menurunkan hujan, Akulah yang menumbuhkan pohon, dst...”
Kita diperintahkan untuk memulai dengan dzikir (mengingat Allah), kemudian kita diperintahkan untuk mendekati-Nya. Allah sudah sangat dekat, sehingga kita tidak perlu mencarinya jauh-jauh melalui berbagai macam tingkatan alam-alam di luar sana. Tidak perlu memikirkannya, cukuplah jiwa ini mendekat secara langsung kepada Allah. Karena orang yang telah berjumpa alam-alam belum tentu tunduk kepada Allah, karena alam di sana tidak ada bedanya dengan alam dunia ini, semua adalah ciptaan-Nya.
Islam mengajarkan dalam mencari Tuhan, telah diberi jalan yang termudah. Hal ini telah ditunjukkan oleh-Nya bahwa Dia sangat dekat. Dan bahwa “Barangsiapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.” (QS Al Ankabut 69).
Ayat-ayat ini membuktikan dalam mendekatkan diri pada Allah tidak perlu melalui proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang ditemukan oleh kaum filsafat atau ahli spiritual di luar Islam, karena mereka dalam perjalanannya harus melalui tahapan-tahapan alam-alam. Islam dalam menemui Tuhannya haruslah memfanakan, maniadakan alam-alam selain Allah dengan konsep Laa ilaaha illallah. Tidak ada illah selain Allah. Laa haula wala quwwata illa billah. Tidak ada daya dan kekuatan selain Allah..
Minggu, 24 September 2006
Para Pencari Tuhan
Ketika shalat Maghrib barusan, setelah sejak siang bergulat dengan tawar menawar kehendak dengan-Nya, betapa ngototnya aku minta agar teman-temanku dikasih rasa nyambung, akhirnya aku diberi pemahaman tentang syarat yang harus dipenuhi agar bisa ‘nyambung’ dengan Allah setiap saat.
Adapun syarat itu adalah sebagai berikut :
1. Dia haruslah seorang pencari Tuhan
Jika dia ikut hanya karena diajak teman, atau sekedar ingin tahu, maka dia tidak akan bisa nyambung dengan Allah. Boleh jadi dia sudah kenal Allah. Dalam kehidupan sehari-hari dia sudah merasakan kehadiran-Nya, tapi belum tahu bagaimana cara menghadap. Biasanya orang seperti ini lebih mudah ‘nyambung’.
Atau dia sudah sangat istiqamah dalam melakukan ritual ibadah, tapi dia belum bisa merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari kecuali ketika ditimpa musibah saja. Jika dia benar-benar pencari Tuhan, maka orang seperti ini pun akan mudah ‘nyambung’. Dia akan memperkenalkan Diri-Nya. Dan akan Dia buka hijab-Nya, sehingga para pencari Tuhan ini mampu ‘melihat-Nya’ dan merasakan kehadiran-Nya setiap saat.
2. Sungguh-sungguh.
Jika kita menunjukkan kesungguhan dan kegigihan kita, maka Allah akan memberikan rasa ‘nyambung’ itu. Kesungguhan itu ditunjukkan dengan memprioritaskan Allah di atas segalanya. Menomorsatukan pertemuan dengan-Nya dibandingkan dengan hal lainnya. “Barangsiapa mendekat padaku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya sedepa. Barangsiapa mendekat pada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekat padanya dengan berlari.”
3. Ikut maunya Allah
Samakan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Ikut maunya Allah, tanpa protes sedikitpun. Mau dikasih berapapun alhamdulillah. Dibikin sakit atau sehat, kaya atau miskin, naik atau turun, diangkat atau dijatuhkan, diberi musibah atau karunia, tidak masalah. Sama saja, semua adalah kehendak-Nya. Yakinlah bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Ikuti apapun kehendak-Nya.
Jika kita merasa kecewa, maka itu tanda bahwa kita belum mengikuti kehendak-Nya.Kecewa muncul ketika apa yang kita harapkan (kehendak kita) tidak sesuai dengan kenyataan (kehendak-Nya). Cara yang dianjurkan oleh banyak ulama adalah dengan mencari hikmah di balik semua kejadian, mencari 1001 alasan untuk menemukan hikmah dari kejadian yang menimpa kita. Atau memakai istilah orang Barat positif thinking.
4. Merasa nothing di hadapan-Nya.
Jika kita sudah sungguh-sungguh, tapi masih juga sulit nyambung, maka evaluasi diri lagi. Mungkin masih ada sedikit rasa ‘aku bisa’ di hadapan-Nya. Aku bisa, aku mampu, dengan usahaku sendiri. Sedikit saja kesombongan, walau hanya sebesar dzarrah pun mempunyai efek susah nyambung.
Dia minta kita membuktikan bahwa “La haula wa la quwwata illa bil laahil ‘aliyyil ‘adziim.” Bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan kekuatan dan dayaMu , ya Allah. Bahwa jika tanpa pertolonganMu, aku tidak bisa nyambung, aku tidak bisa khusyu’. Kita datang pada-Nya dengan kondisi nol. Tidak punya apa-apa. Semua adalah milik-Nya. Kembalikan pada-Nya. Kita hina di hadapan-Nya. We are nothing.
Makin menghinakan diri, makin menunjukkan kelemahan kita di hadapan Allah, maka makin diberi kemudahan untuk ‘nyambung’ pada-Nya. Sangat wajar bahkan merupakan keharusan untuk menghinakan diri kita di hadapan Sang Khaliq, Sang Pencipta kita. Tapi lain hal nya ketika berhadapan dengan makhluk, yang notabene sama-sama hina di hadapan Allah. Karena hanya Allahlah tempat segala kemuliaan itu.
Di antara ke empat syarat di atas, maka syarat paling utama adalah yang pertama yaitu: dia haruslah seorang pencari Tuhan. Karena dengan modal inilah, dia tidak akan bosan datang pada-Nya. Walaupun tidak dikasih nyambung, dia akan terus datang. Dia akan terus berusaha menemukan-Nya. Tidak perduli bagaimana Allah memperlakukan dia, apakah Allah mau menemui-Nya atau tidak, dia akan terus datang menghadap. Terus menerus mengetuk pintu-Nya, meski Dia belum berkenan membukakan pintu-Nya. Dia begitu rindu ingin bertemu dengan-Nya.
Biasanya orang seperti inilah yang diberi nyambung oleh-Nya, terus menerus. Mungkin di awal-awal Dia kan menguji kesungguhannya. Adakalanya Dia tidak membukakan pintu-Nya dengan mudah, Dia sengaja mempersulitnya. Dia ingin meng-nol-kan orang ini. Seolah Dia berkata :
‘Aku ingin melihat seberapa sungguh-sungguhnya engkau ingin menemuiku. Aku ingin engkau menyadari bahwa bukan karena usahamu, kamu bisa menemukan-Ku. Tapi karena rahmat-Ku lah, engkau bisa menemuiKu. Karena Aku kasihan padamu, Aku sayang padamu, dan karena Au berkehendak untuk memperkenalkan Diri-Ku padamu.”
Adapun syarat itu adalah sebagai berikut :
1. Dia haruslah seorang pencari Tuhan
Jika dia ikut hanya karena diajak teman, atau sekedar ingin tahu, maka dia tidak akan bisa nyambung dengan Allah. Boleh jadi dia sudah kenal Allah. Dalam kehidupan sehari-hari dia sudah merasakan kehadiran-Nya, tapi belum tahu bagaimana cara menghadap. Biasanya orang seperti ini lebih mudah ‘nyambung’.
Atau dia sudah sangat istiqamah dalam melakukan ritual ibadah, tapi dia belum bisa merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari kecuali ketika ditimpa musibah saja. Jika dia benar-benar pencari Tuhan, maka orang seperti ini pun akan mudah ‘nyambung’. Dia akan memperkenalkan Diri-Nya. Dan akan Dia buka hijab-Nya, sehingga para pencari Tuhan ini mampu ‘melihat-Nya’ dan merasakan kehadiran-Nya setiap saat.
2. Sungguh-sungguh.
Jika kita menunjukkan kesungguhan dan kegigihan kita, maka Allah akan memberikan rasa ‘nyambung’ itu. Kesungguhan itu ditunjukkan dengan memprioritaskan Allah di atas segalanya. Menomorsatukan pertemuan dengan-Nya dibandingkan dengan hal lainnya. “Barangsiapa mendekat padaku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya sedepa. Barangsiapa mendekat pada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekat padanya dengan berlari.”
3. Ikut maunya Allah
Samakan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Ikut maunya Allah, tanpa protes sedikitpun. Mau dikasih berapapun alhamdulillah. Dibikin sakit atau sehat, kaya atau miskin, naik atau turun, diangkat atau dijatuhkan, diberi musibah atau karunia, tidak masalah. Sama saja, semua adalah kehendak-Nya. Yakinlah bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Ikuti apapun kehendak-Nya.
Jika kita merasa kecewa, maka itu tanda bahwa kita belum mengikuti kehendak-Nya.Kecewa muncul ketika apa yang kita harapkan (kehendak kita) tidak sesuai dengan kenyataan (kehendak-Nya). Cara yang dianjurkan oleh banyak ulama adalah dengan mencari hikmah di balik semua kejadian, mencari 1001 alasan untuk menemukan hikmah dari kejadian yang menimpa kita. Atau memakai istilah orang Barat positif thinking.
4. Merasa nothing di hadapan-Nya.
Jika kita sudah sungguh-sungguh, tapi masih juga sulit nyambung, maka evaluasi diri lagi. Mungkin masih ada sedikit rasa ‘aku bisa’ di hadapan-Nya. Aku bisa, aku mampu, dengan usahaku sendiri. Sedikit saja kesombongan, walau hanya sebesar dzarrah pun mempunyai efek susah nyambung.
Dia minta kita membuktikan bahwa “La haula wa la quwwata illa bil laahil ‘aliyyil ‘adziim.” Bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan kekuatan dan dayaMu , ya Allah. Bahwa jika tanpa pertolonganMu, aku tidak bisa nyambung, aku tidak bisa khusyu’. Kita datang pada-Nya dengan kondisi nol. Tidak punya apa-apa. Semua adalah milik-Nya. Kembalikan pada-Nya. Kita hina di hadapan-Nya. We are nothing.
Makin menghinakan diri, makin menunjukkan kelemahan kita di hadapan Allah, maka makin diberi kemudahan untuk ‘nyambung’ pada-Nya. Sangat wajar bahkan merupakan keharusan untuk menghinakan diri kita di hadapan Sang Khaliq, Sang Pencipta kita. Tapi lain hal nya ketika berhadapan dengan makhluk, yang notabene sama-sama hina di hadapan Allah. Karena hanya Allahlah tempat segala kemuliaan itu.
Di antara ke empat syarat di atas, maka syarat paling utama adalah yang pertama yaitu: dia haruslah seorang pencari Tuhan. Karena dengan modal inilah, dia tidak akan bosan datang pada-Nya. Walaupun tidak dikasih nyambung, dia akan terus datang. Dia akan terus berusaha menemukan-Nya. Tidak perduli bagaimana Allah memperlakukan dia, apakah Allah mau menemui-Nya atau tidak, dia akan terus datang menghadap. Terus menerus mengetuk pintu-Nya, meski Dia belum berkenan membukakan pintu-Nya. Dia begitu rindu ingin bertemu dengan-Nya.
Biasanya orang seperti inilah yang diberi nyambung oleh-Nya, terus menerus. Mungkin di awal-awal Dia kan menguji kesungguhannya. Adakalanya Dia tidak membukakan pintu-Nya dengan mudah, Dia sengaja mempersulitnya. Dia ingin meng-nol-kan orang ini. Seolah Dia berkata :
‘Aku ingin melihat seberapa sungguh-sungguhnya engkau ingin menemuiku. Aku ingin engkau menyadari bahwa bukan karena usahamu, kamu bisa menemukan-Ku. Tapi karena rahmat-Ku lah, engkau bisa menemuiKu. Karena Aku kasihan padamu, Aku sayang padamu, dan karena Au berkehendak untuk memperkenalkan Diri-Ku padamu.”
Sabtu, 23 September 2006
Aa Gym Dan Gede Prama
Apa bedanya jalan yang ditempuh Aa Gym dengan jalan yang ditempuh Gede Prama? Keduanya sama-sama sangat dalam mengupas tentang kehidupan. Aa Gym muslim, tentu saja semua dia kaitkan dengan Allah. Gede Prama non muslim, dia kaitkan semua dengan Tuhan secara umum, lintas agama.
Keduanya sama-sama menebar kedamaian, ketentraman, kearifan. Keduanya memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Keduanya memberikan solusi bekal dalam mengarungi kehidupan. So, what differences between them?
Kalau dengan cara yang ditempuh Gede Prama kita sudah bisa mendapat ilmu tentang kehidupan, tentang kearifan, tentang kasih sayang, lalu mengapa kita mesti menjadi muslim?
Kenapa mesti menjadi muslim jika di luar sana pun kita temukan kedamaian dan ketentraman?
Lalu apakah tujuan kita jadi muslim hanya untuk mendapatkan kedamaian dan ketentraman saja?
Ntahlah.. aku tidak tahu. Aku kok bodoh banget, ya Allah.
'Allimnii....... Ajari aku, Ya Allah.
Keduanya sama-sama menebar kedamaian, ketentraman, kearifan. Keduanya memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Keduanya memberikan solusi bekal dalam mengarungi kehidupan. So, what differences between them?
Kalau dengan cara yang ditempuh Gede Prama kita sudah bisa mendapat ilmu tentang kehidupan, tentang kearifan, tentang kasih sayang, lalu mengapa kita mesti menjadi muslim?
Kenapa mesti menjadi muslim jika di luar sana pun kita temukan kedamaian dan ketentraman?
Lalu apakah tujuan kita jadi muslim hanya untuk mendapatkan kedamaian dan ketentraman saja?
Ntahlah.. aku tidak tahu. Aku kok bodoh banget, ya Allah.
'Allimnii....... Ajari aku, Ya Allah.
Jumat, 22 September 2006
We Are Nothing
Ketika sedang berada di hadapan-Nya,
Akuilah bahwa you are nothing.
Ketika sedang menghadap pada-Nya
Tunjukkan kelemahanmu.
Tunjukkan kehinaanmu.
Jangan ada setitik pun rasa bisa mu.
Jangan ada setitik pun ke-aku-an mu.
Maka Dia akan menyambut-Mu.
Akuilah bahwa you are nothing.
Ketika sedang menghadap pada-Nya
Tunjukkan kelemahanmu.
Tunjukkan kehinaanmu.
Jangan ada setitik pun rasa bisa mu.
Jangan ada setitik pun ke-aku-an mu.
Maka Dia akan menyambut-Mu.
Hakekat Doa
Ketika Allah berkehendak memberi kita mobil, maka Dia taruh keinginan di dada kita. Keinginan untuk memiliki mobil. Lalu kita pun berdoa.
Selanjutnya kita digerakkan-Nya untuk bekerja, menjemput rizki.
Hingga akhirnya terkumpul uang sehingga kita mampu membeli mobil.
Setelah mobil didapat, apa yang kita katakan?
“ Ini semua adalah hasil kerja keras dan doaku.”
Etiskah?
Bagaimana mungkin doa kita yang datang belakangan dapat menyebabkan datangnya pemberian Allah yang telah ditentukan jauh lebih dulu ?
Selanjutnya kita digerakkan-Nya untuk bekerja, menjemput rizki.
Hingga akhirnya terkumpul uang sehingga kita mampu membeli mobil.
Setelah mobil didapat, apa yang kita katakan?
“ Ini semua adalah hasil kerja keras dan doaku.”
Etiskah?
Bagaimana mungkin doa kita yang datang belakangan dapat menyebabkan datangnya pemberian Allah yang telah ditentukan jauh lebih dulu ?
Kamis, 21 September 2006
Gybraltar
Tadi waktu shalat Dhuha di masjid kampus, tiba-tiba saja aku merasakan semangat yang begitu menggelora pada pasukan muslim di Gybraltar.
Gybraltar adalah nama sebuah tempat yang sangat bersejarah, karena di tempat itulah pasukan muslim terdesak oleh pasukan musuh. Di depan musuh menghadang, sementara di belakang adalah lautan dengan kapal-kapal yang siap membawa para pasukan melarikan diri. Tapi apa yang dilakukan oleh Sang Komandan? Beliau justru membakar kapal-kapal tersebut dengan tujuan menghalangi keinginan pasukan untuk melarikan diri.
Hanya ada satu pilihan : BERJIHAD atau MATI !
Gybraltar adalah saksi bisu tentang keberanian manusia, tentang keyakinannya, tentang pengorbanannya, tentang kepahlawanan, tentang ‘bersedia melakukan apa saja untuk Allah.”.
HADAPI ! dan JANGAN PERNAH LARI !
Apapun resikonya, hadapi dengan berani ! Sebab sesungguhnya Innallaha ma’ana. Allah selalu bersama kita.
Ya Allah, sekarang aku mengerti bahwa sekarang adalah saat bagiku untuk berjuang di jalan-Mu. Mengajak sebanyak mungkin orang kembali ke fitrah, untuk mengembalikan ketaatan hanya pada-Mu. Untuk berjihad fi sabilillah, mengajak orang kembali ke peran masing-masing menjadi khalifah di muka bumi, berkarya untuk membangun peradaban manusia. Tidak ada kata mundur.
SEMANGAT !
Gybraltar adalah nama sebuah tempat yang sangat bersejarah, karena di tempat itulah pasukan muslim terdesak oleh pasukan musuh. Di depan musuh menghadang, sementara di belakang adalah lautan dengan kapal-kapal yang siap membawa para pasukan melarikan diri. Tapi apa yang dilakukan oleh Sang Komandan? Beliau justru membakar kapal-kapal tersebut dengan tujuan menghalangi keinginan pasukan untuk melarikan diri.
Hanya ada satu pilihan : BERJIHAD atau MATI !
Gybraltar adalah saksi bisu tentang keberanian manusia, tentang keyakinannya, tentang pengorbanannya, tentang kepahlawanan, tentang ‘bersedia melakukan apa saja untuk Allah.”.
HADAPI ! dan JANGAN PERNAH LARI !
Apapun resikonya, hadapi dengan berani ! Sebab sesungguhnya Innallaha ma’ana. Allah selalu bersama kita.
Ya Allah, sekarang aku mengerti bahwa sekarang adalah saat bagiku untuk berjuang di jalan-Mu. Mengajak sebanyak mungkin orang kembali ke fitrah, untuk mengembalikan ketaatan hanya pada-Mu. Untuk berjihad fi sabilillah, mengajak orang kembali ke peran masing-masing menjadi khalifah di muka bumi, berkarya untuk membangun peradaban manusia. Tidak ada kata mundur.
SEMANGAT !
Mengarahkan Kesadaran
Terus terang aku juga tidak 24 jam penuh ingat Dia. Tapi selalu berusaha mengarahkan kesadaranku kepada-Nya. Setiap kali kesadaranku didominasi oleh pikiran, maka sebisa mungkin aku arahkan lagi kesadaranku. Pikiranku ini sangat kuat mengusaiku. Dengan latihan patrap, sedikit demi sedikit, step by step aku mulai bisa menguasai pikiranku. Jadi bukan pikiran mengendalikan aku, tapi aku mengendalikan pikiranku.
Dilihat dari ritual ibadah dan keseharianku, sama sekali tidak tampak ikhtiarku. Seolah-olah aku ini termasuk kaum fatalis, kaum qadariyah yang semata-mata mengandalkan takdir Tuhan saja. Tapi tidak demikian. Ikhtiarku ada, yaitu selalu mengarahkan kesadaran agar terus menerus ingat kepada-Nya sambil berdoa minta didzikirkan.
Selanjutnya jika selalu ingat Allah, apalagi bisa 24 jam full dzikir (bukan membaca asma Allah doang), maka yang terjadi selanjutnya Dia menuntunku untuk melakukan ibadah dan menjalani kehidupan sehari-hari sesuai kehendak-Nya. Sehingga aku jadi senang ke masjid, tengah malam dibangunkan Allah lalu dengan senang hati tahajud, lalu dengan senang hati shalat fardlu ditambah shalat sunnah, lalu dengan senang hati shaum, dengan senangh hati baca Qur’an. Semua ibadah ritual dilakukan dengan senang hati, tanpa ada paksaan, tanpa ada rasa berat dan malas. Hingga aku bertanya-tanya dalam hati, setan pada kemana ya? Semua ibadah itu bukan karena usahaku, tapi Allahlah yang menggerakkan. Aku hanya wayang.
Jika ingat Dia terus menerus, maka dituntunNya aku, sehingga dengan senang hati aku bekerja, menjemput rizki-Nya, bermuammalah, bergaul dengan sesama manusia, kuliah mencari ilmu, mengajak ke arah kebaikan, makan minum menguatkan badan, memotivasi orang, berakhlaqul karimah, terus menebar manfaat, berkarya untuk membangun peradaban manusia.
Itu semua Dia yang menggerakkan. Aku hanya bersedia saja untuk dialiri gerak-Nya. Dia Maha Sibuk. Ketika aku menggantungkan diriku pada-Nya maka aku dibuat ikut sibuk sepanjang hari. Ketika aku protes, capek, maka Dia berikan rasa malas padaku. Sehingga aku tidak mau protes lagi.
Jika sadar penuh ke Allah, maka harusnya tidak ada rasa sombong, rasa bisa ibadah karena usaha sendiri. Jika itu masih ada, maka belum bisa dikatakan sudah ke Allah. Jadi kisah seorang abid yang ibadah selama 70 tahun istiqomah, protes ke Allah karena alasan dia dimasukkan ke surga karena rahmat Allah bukan karena ibadahnya, tidak akan terjadi. Karena jika dia menyadari bahwa sebenarnya kita ini hanya diam saja. Kita tidak akan bisa bergerak jika Dia tidak menggerakkan kita. Laa haula walaa quwwata illa billahi. Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah.
Sekali lagi ikhtiar kita adalah dengan selalu berusaha mengarahkan kesadaran penuh hanya kepada-Nya. Dan ini dilatih dengan shalat khusyu, dengan cara patrap (latihan menghadap). Terus lakukan jangan pernah putus asa. Usaha kita di sini. Meskipun kadang Allah seolah tidak menyambut kita, tapi jangan pernah menyerah. Kita sedang diuji kesungguhan hati kita. Teruslah berusaha hingga Dia berkenan men-dzikir-kan kita, sehingga bisa ingat Dia terus. Berdoalah gar tidak sedetikpun lupa pada-Nya.
Sedetik saja kita lupa, maka “akan Aku kirim setan ke dadamu, yang akan menuntunmu menjauh dari-Ku.” Ancaman-Nya tidak main-main. Maka ketika aku lupa pada-Nya, walau hanya sebentar, maka yang muncul ada rasa malas, enggan, capek, berat, dan seterusnya dalam menjalankan perintah-Nya. Lalu ada rasa mudah marah, sedih, gelisah, mudah kecewa jika tidak sesuai keinginan.
“Sesungguhnya Aku tidak pernah dholim pada hamba-Ku.”. Yang bikin sedih, kecewa, gelisah, marah, itu adalah ulah kita sendiri. Sesungguhnya saat itu kita sedang ‘diusir’ oleh Allah.
Dilihat dari ritual ibadah dan keseharianku, sama sekali tidak tampak ikhtiarku. Seolah-olah aku ini termasuk kaum fatalis, kaum qadariyah yang semata-mata mengandalkan takdir Tuhan saja. Tapi tidak demikian. Ikhtiarku ada, yaitu selalu mengarahkan kesadaran agar terus menerus ingat kepada-Nya sambil berdoa minta didzikirkan.
Selanjutnya jika selalu ingat Allah, apalagi bisa 24 jam full dzikir (bukan membaca asma Allah doang), maka yang terjadi selanjutnya Dia menuntunku untuk melakukan ibadah dan menjalani kehidupan sehari-hari sesuai kehendak-Nya. Sehingga aku jadi senang ke masjid, tengah malam dibangunkan Allah lalu dengan senang hati tahajud, lalu dengan senang hati shalat fardlu ditambah shalat sunnah, lalu dengan senang hati shaum, dengan senangh hati baca Qur’an. Semua ibadah ritual dilakukan dengan senang hati, tanpa ada paksaan, tanpa ada rasa berat dan malas. Hingga aku bertanya-tanya dalam hati, setan pada kemana ya? Semua ibadah itu bukan karena usahaku, tapi Allahlah yang menggerakkan. Aku hanya wayang.
Jika ingat Dia terus menerus, maka dituntunNya aku, sehingga dengan senang hati aku bekerja, menjemput rizki-Nya, bermuammalah, bergaul dengan sesama manusia, kuliah mencari ilmu, mengajak ke arah kebaikan, makan minum menguatkan badan, memotivasi orang, berakhlaqul karimah, terus menebar manfaat, berkarya untuk membangun peradaban manusia.
Itu semua Dia yang menggerakkan. Aku hanya bersedia saja untuk dialiri gerak-Nya. Dia Maha Sibuk. Ketika aku menggantungkan diriku pada-Nya maka aku dibuat ikut sibuk sepanjang hari. Ketika aku protes, capek, maka Dia berikan rasa malas padaku. Sehingga aku tidak mau protes lagi.
Jika sadar penuh ke Allah, maka harusnya tidak ada rasa sombong, rasa bisa ibadah karena usaha sendiri. Jika itu masih ada, maka belum bisa dikatakan sudah ke Allah. Jadi kisah seorang abid yang ibadah selama 70 tahun istiqomah, protes ke Allah karena alasan dia dimasukkan ke surga karena rahmat Allah bukan karena ibadahnya, tidak akan terjadi. Karena jika dia menyadari bahwa sebenarnya kita ini hanya diam saja. Kita tidak akan bisa bergerak jika Dia tidak menggerakkan kita. Laa haula walaa quwwata illa billahi. Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah.
Sekali lagi ikhtiar kita adalah dengan selalu berusaha mengarahkan kesadaran penuh hanya kepada-Nya. Dan ini dilatih dengan shalat khusyu, dengan cara patrap (latihan menghadap). Terus lakukan jangan pernah putus asa. Usaha kita di sini. Meskipun kadang Allah seolah tidak menyambut kita, tapi jangan pernah menyerah. Kita sedang diuji kesungguhan hati kita. Teruslah berusaha hingga Dia berkenan men-dzikir-kan kita, sehingga bisa ingat Dia terus. Berdoalah gar tidak sedetikpun lupa pada-Nya.
Sedetik saja kita lupa, maka “akan Aku kirim setan ke dadamu, yang akan menuntunmu menjauh dari-Ku.” Ancaman-Nya tidak main-main. Maka ketika aku lupa pada-Nya, walau hanya sebentar, maka yang muncul ada rasa malas, enggan, capek, berat, dan seterusnya dalam menjalankan perintah-Nya. Lalu ada rasa mudah marah, sedih, gelisah, mudah kecewa jika tidak sesuai keinginan.
“Sesungguhnya Aku tidak pernah dholim pada hamba-Ku.”. Yang bikin sedih, kecewa, gelisah, marah, itu adalah ulah kita sendiri. Sesungguhnya saat itu kita sedang ‘diusir’ oleh Allah.
Kuantitas Or Kualitas ?
Barusan dibangunkan Allah jam 03.00. Tiba-tiba saja ketika sedang wudhu, aku dapat pemahaman tentang keutamaan dzikir, sadar penuh. Sekarang aku tahu salah satu alasan kenapa jalanku menuju Tuhan sangat mudah. Kuncinya adalah di dzikir, sadar penuh.
Dalam hal ritual, ibadahku biasa saja. Shalat 5 waktu, qabliyah dan ba’diyah, tahajud meski hanya 2 rakaat, tapi tidak pernah kutinggalkan. Kadang2 shaum Senin-Kamis. Aku tidak punya amalan wirid 5000 kali seperti yang dilakukan orang-orang. Tapi setiap kali mau tidur aku selalu berusaha ‘nyambung’ ke Allah.
Ada seorang teman yang ingin melihat amalanku sehari-hari. Aku bilang ; “ Kamu tidak akan menemukan amalanku yang dahsyat, semua amalanku standard aja.”
“Masa’ sih. Tapi aku lihat kamu beda. Kalau diskusi sama kamu, dalem banget kajiannya tentang Allah.”
Amalanku biasa saja, tapi Allah memberi hasil nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kuncinya adalah di kesadaran penuh. Meskipun tahajudku hanya 2 rakaat, tapi ketika shalat tahajud itu aku berusaha mengarahkan kesadaaranku penuh menghadap pada-Nya, selalu berusaha khusyu’ di setiap shalat meski tidak selalu berhasil.
Beberapa orang melakukan banyak ritual ibadah, tapi kesadarannya tidak penuh ke Allah. Sebagian ingat Allah, sebagian lagi ingat kerjaan, ingat pasangan, ingat anak, ingat kehidupan sehari-hari. Mereka menekankan kuantitas, sedangkan aku menekankan kualitas. Ibadahku biasa saja, tidak banyak, tapi aku selalu berusaha sadar penuh ke Tuhan setiap waktu. Baik ketika makan, tidur, berjalan, di angkot, di kampus, di kost an, di masjid, lagi kuliah, lagi ngobrol, lagi kerja, lagi nonton teve, aku selalu berusaha mengarahkan kesadaran kepada-Nya. Berusaha ingat Allah 24 jam. Dengan demikian tidurpun bisa dianggap ibadah, makan pun juga dianggap ibadah dan seterusnya. Sementara beberapa orang meski melakukan ritual ibadah, tapi ingatannya ke Allah hanya sebentar. Masih didominasi oleh ingatan ke yang lain. Jadi jangan iri jika jalanku menuju Tuhan sangat mudah. Seperti jalan tol.
Dan itu semua bukan karena ibadahku, bukan karena usahaku. Semua itu semata-mata kehendak Allah saja. Aku hanya bersedia untuk digunakan oleh-Nya. Aku bersedia pikiranku, tubuhku, hatiku dialiri oleh-Nya. Hingga akhirnya aku bisa ingat Dia all the time, bisa semangat 45 dalam beribadah ritual, bisa full energi dalam bekerja dan kuliah dalam rangka mengemban amanat-Nya menjadi Khalifah untuk membangun peradaban. Aku bukan malaikat yang setiap hari harus ibadah ritual. Aku manusia biasa. Tidak akan kau temukan hal yang istimewa pada diriku.
Setiap kali ada setitik rasa sombong dalam diriku, maka Allah menegurku dengan menghalangiku untuk ‘nyambung’ pada-Nya. Terasa ‘garing’ dan sangat sulit untuk ingat Dia terus. Setiap kali aku lupa pada-Nya walau hanya sedetik, maka dikirim-Nya setan dalam dadaku sehingga aku jadi malas, aku mudah marah, mudah tersinggung, kecewa, sakit hati. Itulah cara Allah mengajariku untuk selalu dzikir, mengarahkan kesadaran penuh kepada-Nya.
Bisa ingat terus ke Allah al the time juga bukan karena usahaku. Yang kulakukan hanyalah minta pada-Nya agar di dzikirkan.
Dalam hal ritual, ibadahku biasa saja. Shalat 5 waktu, qabliyah dan ba’diyah, tahajud meski hanya 2 rakaat, tapi tidak pernah kutinggalkan. Kadang2 shaum Senin-Kamis. Aku tidak punya amalan wirid 5000 kali seperti yang dilakukan orang-orang. Tapi setiap kali mau tidur aku selalu berusaha ‘nyambung’ ke Allah.
Ada seorang teman yang ingin melihat amalanku sehari-hari. Aku bilang ; “ Kamu tidak akan menemukan amalanku yang dahsyat, semua amalanku standard aja.”
“Masa’ sih. Tapi aku lihat kamu beda. Kalau diskusi sama kamu, dalem banget kajiannya tentang Allah.”
Amalanku biasa saja, tapi Allah memberi hasil nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kuncinya adalah di kesadaran penuh. Meskipun tahajudku hanya 2 rakaat, tapi ketika shalat tahajud itu aku berusaha mengarahkan kesadaaranku penuh menghadap pada-Nya, selalu berusaha khusyu’ di setiap shalat meski tidak selalu berhasil.
Beberapa orang melakukan banyak ritual ibadah, tapi kesadarannya tidak penuh ke Allah. Sebagian ingat Allah, sebagian lagi ingat kerjaan, ingat pasangan, ingat anak, ingat kehidupan sehari-hari. Mereka menekankan kuantitas, sedangkan aku menekankan kualitas. Ibadahku biasa saja, tidak banyak, tapi aku selalu berusaha sadar penuh ke Tuhan setiap waktu. Baik ketika makan, tidur, berjalan, di angkot, di kampus, di kost an, di masjid, lagi kuliah, lagi ngobrol, lagi kerja, lagi nonton teve, aku selalu berusaha mengarahkan kesadaran kepada-Nya. Berusaha ingat Allah 24 jam. Dengan demikian tidurpun bisa dianggap ibadah, makan pun juga dianggap ibadah dan seterusnya. Sementara beberapa orang meski melakukan ritual ibadah, tapi ingatannya ke Allah hanya sebentar. Masih didominasi oleh ingatan ke yang lain. Jadi jangan iri jika jalanku menuju Tuhan sangat mudah. Seperti jalan tol.
Dan itu semua bukan karena ibadahku, bukan karena usahaku. Semua itu semata-mata kehendak Allah saja. Aku hanya bersedia untuk digunakan oleh-Nya. Aku bersedia pikiranku, tubuhku, hatiku dialiri oleh-Nya. Hingga akhirnya aku bisa ingat Dia all the time, bisa semangat 45 dalam beribadah ritual, bisa full energi dalam bekerja dan kuliah dalam rangka mengemban amanat-Nya menjadi Khalifah untuk membangun peradaban. Aku bukan malaikat yang setiap hari harus ibadah ritual. Aku manusia biasa. Tidak akan kau temukan hal yang istimewa pada diriku.
Setiap kali ada setitik rasa sombong dalam diriku, maka Allah menegurku dengan menghalangiku untuk ‘nyambung’ pada-Nya. Terasa ‘garing’ dan sangat sulit untuk ingat Dia terus. Setiap kali aku lupa pada-Nya walau hanya sedetik, maka dikirim-Nya setan dalam dadaku sehingga aku jadi malas, aku mudah marah, mudah tersinggung, kecewa, sakit hati. Itulah cara Allah mengajariku untuk selalu dzikir, mengarahkan kesadaran penuh kepada-Nya.
Bisa ingat terus ke Allah al the time juga bukan karena usahaku. Yang kulakukan hanyalah minta pada-Nya agar di dzikirkan.
Kamis, 14 September 2006
Kearifan Itu
Sekian lama aku dilanda kegalauan. Kenapa aku mulai merasa paling benar sendiri dengan adanya olah spiritual ini. Kupikir ini adalah jalan yang paling mudah dan paling cepat menuju Tuhan. Sehingga ini adalah jalan yang paling benar. Aku tidak suka punya pikiran seperti ini. Mana kearifan itu? Bukankah puncak orang berspiritual adalah kearifan?
Karena Allah Maha Arif, maka seharusnya sifat itu juga diturunkan. Maka akupun berdoa, meminta padaNya agar diberi kearifan itu.
Allah menjawab doaku. Malam ini di tengah pengajian yang membludak, kudapatkan itu. Sewaktu aku memposisikan diri sebagai gelas kosong. Allah memberiku pemahaman tentang kearifan.
Allah mengajarkan padaku bahwa banyak jalan menuju Tuhan. Masing-masing jalan spesifik, cocok dengan beberapa orang tertentu. Tiap orang berbeda. Ada yang cocok dengan Aa Gym, Arifin Ilham, UJ, Ary Ginanjar, NU, Muhammadiyah, Persis, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, MMI, FPI, dst. Masing-masing punya spesifikasi. Cara Allah mengenalkan diriNya berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan watak seseorang. Karena tiap manusia diciptakan unik. Tidak ada yang sama.
Ada yang melalui aliran garis keras dulu, baru kemudian Allah menuntunnya ke arah yang lebih bijak. Ada yang muter-muter dulu, baru ketemu Allah. Macam-macam jalan. Sah-sah saja selama menuju ke Tuhan.
Jalan menuju Tuhan melalui cara olah spiritual atau latihan sambung rasa dengan Tuhan, bagiku memang cara yang sangat mudah dan sangat cepat. Hampir tak ada rintangan berarti. Seperti jalan tol.
Tapi cara ini tidak semua orang cocok. Bagi sebagian orang cara ini belum bisa diterima, justru karena saking mudahnya. Kebanyakan orang berpendapat bahwa makin sulit jalannya, maka hasilnya makin luar biasa. Kalau caranya mudah, pasti hasilnya instan, ngga dalem. Ecek-ecek. Padahal berdasarkan pengalamanku, itu tidak benar. Tapi ya itu tadi, Allah mengajarkan padaku bahwa tiap manusia berbeda. Sehingga aku tidak boleh memaksakan kehendak.
Aku tidak boleh merasa paling benar, agar aku tidak gampang menyalahkan orang lain. Tapi aku harus merasa jalanku benar, agar aku mantap dalam melangkah.
Karena Allah Maha Arif, maka seharusnya sifat itu juga diturunkan. Maka akupun berdoa, meminta padaNya agar diberi kearifan itu.
Allah menjawab doaku. Malam ini di tengah pengajian yang membludak, kudapatkan itu. Sewaktu aku memposisikan diri sebagai gelas kosong. Allah memberiku pemahaman tentang kearifan.
Allah mengajarkan padaku bahwa banyak jalan menuju Tuhan. Masing-masing jalan spesifik, cocok dengan beberapa orang tertentu. Tiap orang berbeda. Ada yang cocok dengan Aa Gym, Arifin Ilham, UJ, Ary Ginanjar, NU, Muhammadiyah, Persis, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, MMI, FPI, dst. Masing-masing punya spesifikasi. Cara Allah mengenalkan diriNya berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan watak seseorang. Karena tiap manusia diciptakan unik. Tidak ada yang sama.
Ada yang melalui aliran garis keras dulu, baru kemudian Allah menuntunnya ke arah yang lebih bijak. Ada yang muter-muter dulu, baru ketemu Allah. Macam-macam jalan. Sah-sah saja selama menuju ke Tuhan.
Jalan menuju Tuhan melalui cara olah spiritual atau latihan sambung rasa dengan Tuhan, bagiku memang cara yang sangat mudah dan sangat cepat. Hampir tak ada rintangan berarti. Seperti jalan tol.
Tapi cara ini tidak semua orang cocok. Bagi sebagian orang cara ini belum bisa diterima, justru karena saking mudahnya. Kebanyakan orang berpendapat bahwa makin sulit jalannya, maka hasilnya makin luar biasa. Kalau caranya mudah, pasti hasilnya instan, ngga dalem. Ecek-ecek. Padahal berdasarkan pengalamanku, itu tidak benar. Tapi ya itu tadi, Allah mengajarkan padaku bahwa tiap manusia berbeda. Sehingga aku tidak boleh memaksakan kehendak.
Aku tidak boleh merasa paling benar, agar aku tidak gampang menyalahkan orang lain. Tapi aku harus merasa jalanku benar, agar aku mantap dalam melangkah.
Gelas Kosong
Kemarin temanku cerita tentang bahwa kita bisa berguru kepada Allah dengan cara nyambung dulu ke Allah, lalu memposisikan diri sebagai botol kosong. Dan kemudian biarkan Allah mengisinya dengan ilmu-ilmu yang sangat banyak. Benar-benar berguru pada Allah. Tidak melalui buku-buku literatur. Ilmu ladunni. Langsung dari Allah!
Guruku di Banyuwangi yang sangat tawadlu' (yang pertama kali mengajarkan cara nyambung jke Allah) juga mengatakan, bahwa jika ingin mendapat ilmu dari Allah, maka caranya : masukkan semua buku-buku ke dalam lemari. Lalu dikunci. Kuncinya buang ke laut. Sehingga di hadapan Allah, kita ngga membawa ilmu apapun. Benar-benar nol. Seperti kertas kosong, yang siap ditulisi olehNya. Ekstrem banget ya? Banyak orang yang tidak setuju dengan hal ini. Tapi aku ingin membuktikannya sendiri.
Malam ini di tengah acara pengajian umum, aku coba. Di acara majlis ilmu seperti inilah, energi ruhani begitu kuat, sehingga sangat mudah nyambung ke Allah. Meski aku tidak tahu caranya, aku ngawur saja, aku coba memposisikan diri sebagai gelas kosong. Entah kenapa aku menyebut gelas kosong, bukan botol kosong. Mungkin karena ada buku bagus judulnya ‘Setengah Isi Setengah Kosong”.
Selama ini entah darimana datangnya aku punya pikiran begini, bahwa alangkah lebih baiknya jika gelas itu kosong. Sehingga ketika diisi dengan air, maka akan banyak air yang masuk. Tapi jika ada isinya, maka air itu akan tumpah.
Maka aku posisikan diriku, nol. Kosong. Gelas kosong, siap diisi ilmuNya. Sementara aku terus menjaga kesadaranku tetap ‘nyambung’ ke Allah. Hasilnya? Luar biasa, aku diberiNya banyak pemahaman malam itu. Derr..! Derr...! Ada sekitar 5 atau 6 pemahaman tanpa melalui buku literatur, tanpa melalui ceramah ustad. Paham begitu saja.
Pertama tentang kearifan. Bahwa begitu banyak jalan menuju Tuhan sehingga tidak seharusnya kita sesama muslim saling menyalahkan.
Kedua tentang Allah menurunkan Rahman RahimNya melalui kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Ketiga tentang Allahlah yang menggenggam segala urusan mahklukNya. Dia mengurus mereka, per individu, setiap saat, tanpa berhenti.
Keempat tentang Allahlah sumber penggerak. Bahwa ada banyak gerak, tapi satu sumber yang menggerakkan. Allah.
Kelima tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim yang baik, yang mengemban amanah sebagai khalifah di bumi. Bukan hanya sibuk ibadah ritual, tapi meninggalkan kewajibannya di dunia. Begitupun sebaliknya. Proposional seperti apa yang diharapkan Allah.
Keenam tentang syahadat. Bahwa kita bersyahadat minimal 9 kali setiap hari, melalui bacaan ketika duduk tasyahud sewaktu shalat. Itu cara Allah memurnikan kembali syahadat kita, setelah berulangkali kita langgar.
Guruku di Banyuwangi yang sangat tawadlu' (yang pertama kali mengajarkan cara nyambung jke Allah) juga mengatakan, bahwa jika ingin mendapat ilmu dari Allah, maka caranya : masukkan semua buku-buku ke dalam lemari. Lalu dikunci. Kuncinya buang ke laut. Sehingga di hadapan Allah, kita ngga membawa ilmu apapun. Benar-benar nol. Seperti kertas kosong, yang siap ditulisi olehNya. Ekstrem banget ya? Banyak orang yang tidak setuju dengan hal ini. Tapi aku ingin membuktikannya sendiri.
Malam ini di tengah acara pengajian umum, aku coba. Di acara majlis ilmu seperti inilah, energi ruhani begitu kuat, sehingga sangat mudah nyambung ke Allah. Meski aku tidak tahu caranya, aku ngawur saja, aku coba memposisikan diri sebagai gelas kosong. Entah kenapa aku menyebut gelas kosong, bukan botol kosong. Mungkin karena ada buku bagus judulnya ‘Setengah Isi Setengah Kosong”.
Selama ini entah darimana datangnya aku punya pikiran begini, bahwa alangkah lebih baiknya jika gelas itu kosong. Sehingga ketika diisi dengan air, maka akan banyak air yang masuk. Tapi jika ada isinya, maka air itu akan tumpah.
Maka aku posisikan diriku, nol. Kosong. Gelas kosong, siap diisi ilmuNya. Sementara aku terus menjaga kesadaranku tetap ‘nyambung’ ke Allah. Hasilnya? Luar biasa, aku diberiNya banyak pemahaman malam itu. Derr..! Derr...! Ada sekitar 5 atau 6 pemahaman tanpa melalui buku literatur, tanpa melalui ceramah ustad. Paham begitu saja.
Pertama tentang kearifan. Bahwa begitu banyak jalan menuju Tuhan sehingga tidak seharusnya kita sesama muslim saling menyalahkan.
Kedua tentang Allah menurunkan Rahman RahimNya melalui kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Ketiga tentang Allahlah yang menggenggam segala urusan mahklukNya. Dia mengurus mereka, per individu, setiap saat, tanpa berhenti.
Keempat tentang Allahlah sumber penggerak. Bahwa ada banyak gerak, tapi satu sumber yang menggerakkan. Allah.
Kelima tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim yang baik, yang mengemban amanah sebagai khalifah di bumi. Bukan hanya sibuk ibadah ritual, tapi meninggalkan kewajibannya di dunia. Begitupun sebaliknya. Proposional seperti apa yang diharapkan Allah.
Keenam tentang syahadat. Bahwa kita bersyahadat minimal 9 kali setiap hari, melalui bacaan ketika duduk tasyahud sewaktu shalat. Itu cara Allah memurnikan kembali syahadat kita, setelah berulangkali kita langgar.
Sabtu, 26 Agustus 2006
Hakekat Ikhtiar
Melalui teman, aku dapat pemahaman tentang hakekat ikhtiar dengan sangat gamblang. Temanku cerita, dia sebagai event organizer untuk acara. Pada acara sebelumny, dia pasang iklan di radio, di koran. Sebar brosur, pasang spanduk. Instansi-instansi didatangi. Semua orang potensial yang ditelpon. Ternyata dari semua yang ditelpon dan yang didatangi, tidak ada satupun yang ikut. Tapi Allah mengirimkan banyak peserta, yang langsung daftar.
Berdasar pengalaman di atas, bahwa semua yang ditelpon dan didatangi ternyata tidak ada yang ikut, maka dia memutuskan untuk tidak melakukan itu lagi. Percuma, toh ntar Allah juga yang akan kirim peserta. Apa yang terjadi? Ternyata Allah tidak mengirimkan peserta! Kenapa ini? Ternyata Allah sedang mengajarkan tentang hakekat ikhtiar.
“Ikhtiarlah kamu semaksimal mungkin. Meski ikhtiarmu itu tidak akan ada hasilnya. Tapi justru karena kamu berikhtiar, maka Aku kasihan padamu. Kuberikan hasil seperti apa yang engkau inginkan.”
Akhirnya teman-teman melakukan lagi ikhtiar itu. Dan hasilnya? Seperti sudah diduga, dari usaha itu hanya sedikit yang ikut. Tapi ternyata berikutnya Allah mengirimkan peserta hingga mencapai target yang diharapkan.
Aku sekarang mengerti hakekat ikhtiar. Allah mengajarkan bahwa kita harus tetap ikhtiar, tapi jangan sampai kita mengira bahwa ikhtiar itulah yang menyebabkan kita berhasil. Tetap Allah saja yang memberi keberhasilan itu.
Maka ketika temanku selepas wisuda, bingung mencari pekerjaan, aku bilang begini :
“Kirim lamaran sebanyak mungkin. Bikin sebagus mungkin. Meski dari sekian banyak lamaran itu tidak akan kau dapatkan pekerjaan. Bisa jadi hanya sampai wawancara doang. Tapi dari usahamu kirim lamaran itulah Allah kasihan padamu. Hingga akhirnya dari arah yang tidak disangka-sangka, ada teman atau kenalan yang tiba-tiba nawarin kerja.
Tapi kalau kamu tidak mau kirim lamaran kerja, maka bisa dipastikan kamu benar-benar tidak dapat pekerjaan.”
Begitupun ketika teman resah taaruf berkali-kali gagal, aku bilang begini :
“Lakukan saja taaruf sebanyak mungkin. Meski terkadang dari taaruf itu tidak ada satu pun yang berhasil. Tapi justru karena kamu mau ikhtiar ta’aruf itulah, maka Allah berkenan mempertemukanmu dengan jodohmu. Bisa melalui taaruf itu, atau melalui arah yang tidak kau sangka-sangka.”
Berdasar pengalaman di atas, bahwa semua yang ditelpon dan didatangi ternyata tidak ada yang ikut, maka dia memutuskan untuk tidak melakukan itu lagi. Percuma, toh ntar Allah juga yang akan kirim peserta. Apa yang terjadi? Ternyata Allah tidak mengirimkan peserta! Kenapa ini? Ternyata Allah sedang mengajarkan tentang hakekat ikhtiar.
“Ikhtiarlah kamu semaksimal mungkin. Meski ikhtiarmu itu tidak akan ada hasilnya. Tapi justru karena kamu berikhtiar, maka Aku kasihan padamu. Kuberikan hasil seperti apa yang engkau inginkan.”
Akhirnya teman-teman melakukan lagi ikhtiar itu. Dan hasilnya? Seperti sudah diduga, dari usaha itu hanya sedikit yang ikut. Tapi ternyata berikutnya Allah mengirimkan peserta hingga mencapai target yang diharapkan.
Aku sekarang mengerti hakekat ikhtiar. Allah mengajarkan bahwa kita harus tetap ikhtiar, tapi jangan sampai kita mengira bahwa ikhtiar itulah yang menyebabkan kita berhasil. Tetap Allah saja yang memberi keberhasilan itu.
Maka ketika temanku selepas wisuda, bingung mencari pekerjaan, aku bilang begini :
“Kirim lamaran sebanyak mungkin. Bikin sebagus mungkin. Meski dari sekian banyak lamaran itu tidak akan kau dapatkan pekerjaan. Bisa jadi hanya sampai wawancara doang. Tapi dari usahamu kirim lamaran itulah Allah kasihan padamu. Hingga akhirnya dari arah yang tidak disangka-sangka, ada teman atau kenalan yang tiba-tiba nawarin kerja.
Tapi kalau kamu tidak mau kirim lamaran kerja, maka bisa dipastikan kamu benar-benar tidak dapat pekerjaan.”
Begitupun ketika teman resah taaruf berkali-kali gagal, aku bilang begini :
“Lakukan saja taaruf sebanyak mungkin. Meski terkadang dari taaruf itu tidak ada satu pun yang berhasil. Tapi justru karena kamu mau ikhtiar ta’aruf itulah, maka Allah berkenan mempertemukanmu dengan jodohmu. Bisa melalui taaruf itu, atau melalui arah yang tidak kau sangka-sangka.”
Jumat, 25 Agustus 2006
Energi Ruhani Rasulullah
Ketika shalat Subuh tadi terasa sekali energi ruhani Rasulullah yang sangat kuat. Begitu dekatnya beliau pada Allah, Sang Khaliq, dan begitu intensifnya pertemuan dengan-Nya, membuat energi ruhani beliau sangat kuat. Beliau adalah makhluk yang sangat dicintai Allah. Namanya disandingkan dengan nama Allah. Bahkan Dia mengatakan sesuatu yang membuat kita menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya dibanding beliau, yaitu:
“Jika bukan karena engkau Muhammad, tak akan AKU ciptakan dunia ini.”
Betapa tingginya kedudukan beliau di sisi Allah. Barang siapa mau mendekat kepada Rosulullah, maka dengan kekuatan energi ruhani beliau, akan ditarik untuk mencapai wilayah spiritual Rasulullah. Maka tidak mengherankan ketika para sahabat dalam waktu yang relatif singkat mampu mencapai pengalaman spiritual yang sangat menakjubkan.
Abu Bakar, sahabat yang selalu setia tanpa reserve, dan percaya penuh pada beliau, menjadi salah satu manusia yang sangat mulia. Bahkan Rasulullah memujinya:
“Jika iman seluruh umat manusia di dunia ditimbang, maka masih tetap lebih berat timbangan iman Abu bakar.”
Umar bin Khattab, dari yang sangat jahiliyyah dan sangat kejam, tiba-tiba saja berubah menjadi manusia yang sangat mulia. Syariatnya karena mendengar ayat-ayat Qur’an yang dibacakan oleh adiknya. Hakikatnya karena doa Rasulullah, dikabulkan oleh-Nya. Apa sih yang tidak Dia berikan kepada kekasih-Nya?
“Ya, Allah, masukkanlah ke dalam Islam di antara 2 orang Umar.” Dan Allah memilih Umar bin Khattab.
Usman bin Affan, orang dekat Rasulullah, menjadi orang yang sangat baik hati, yang tidak bisa bilang “tidak” jika orang meminta pertolongannya, yang justru karena kebaikan hatinya, membuat banyak orang salah paham, bahkan mencelakainya.
Ali bin Abi Thalib, orang yang paling dekat silsilahnya dengan Rasulullah, yang masuk Islam di usia yang sangat belia, mencapai tingkat ma’rifatullah yang sangat tinggi. Rasulullah sangat mencintainya, hingga berkeinginan menikahkannya dengan putri tercinta Fatimah Azzahra.
Dan masih banyak lagi para sahabat yang dengan berbagai karakter masing-masing, mampu mencapai wilayah ruhani yang sangat tinggi karena ditarik oleh energi ruhani Rasulullah. Dahsyat sekali pengaruhnya. Hanya dalam waktu 23 tahun mampu membangun dasar-dasar peradaban manusia yang tidak dapat dipungkiri kehebatannya hingga saat ini.
Sekarang aku mengerti kenapa ketika olah spiritual dimulai dengan membaca shalawat kepada Rasulullah. Sebab diharapkan dengan membaca shalawat, yang merupakan doa kepada Allah agar disambungkan dengan Rasulullah, diharapkan sama dengan mendekati energi ruhani beliau. Dengan mendekati energi ruhani yang sangat kuat ini akan mempercepat perjalanan ruhani kita menuju Tuhan. Bahkan ketika shalat wajib membaca shalawat ketika duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir. Karena shalat adalah cara yang paling cepat untuk ‘nyambung’ dengan Allah.
“Jika bukan karena engkau Muhammad, tak akan AKU ciptakan dunia ini.”
Betapa tingginya kedudukan beliau di sisi Allah. Barang siapa mau mendekat kepada Rosulullah, maka dengan kekuatan energi ruhani beliau, akan ditarik untuk mencapai wilayah spiritual Rasulullah. Maka tidak mengherankan ketika para sahabat dalam waktu yang relatif singkat mampu mencapai pengalaman spiritual yang sangat menakjubkan.
Abu Bakar, sahabat yang selalu setia tanpa reserve, dan percaya penuh pada beliau, menjadi salah satu manusia yang sangat mulia. Bahkan Rasulullah memujinya:
“Jika iman seluruh umat manusia di dunia ditimbang, maka masih tetap lebih berat timbangan iman Abu bakar.”
Umar bin Khattab, dari yang sangat jahiliyyah dan sangat kejam, tiba-tiba saja berubah menjadi manusia yang sangat mulia. Syariatnya karena mendengar ayat-ayat Qur’an yang dibacakan oleh adiknya. Hakikatnya karena doa Rasulullah, dikabulkan oleh-Nya. Apa sih yang tidak Dia berikan kepada kekasih-Nya?
“Ya, Allah, masukkanlah ke dalam Islam di antara 2 orang Umar.” Dan Allah memilih Umar bin Khattab.
Usman bin Affan, orang dekat Rasulullah, menjadi orang yang sangat baik hati, yang tidak bisa bilang “tidak” jika orang meminta pertolongannya, yang justru karena kebaikan hatinya, membuat banyak orang salah paham, bahkan mencelakainya.
Ali bin Abi Thalib, orang yang paling dekat silsilahnya dengan Rasulullah, yang masuk Islam di usia yang sangat belia, mencapai tingkat ma’rifatullah yang sangat tinggi. Rasulullah sangat mencintainya, hingga berkeinginan menikahkannya dengan putri tercinta Fatimah Azzahra.
Dan masih banyak lagi para sahabat yang dengan berbagai karakter masing-masing, mampu mencapai wilayah ruhani yang sangat tinggi karena ditarik oleh energi ruhani Rasulullah. Dahsyat sekali pengaruhnya. Hanya dalam waktu 23 tahun mampu membangun dasar-dasar peradaban manusia yang tidak dapat dipungkiri kehebatannya hingga saat ini.
Sekarang aku mengerti kenapa ketika olah spiritual dimulai dengan membaca shalawat kepada Rasulullah. Sebab diharapkan dengan membaca shalawat, yang merupakan doa kepada Allah agar disambungkan dengan Rasulullah, diharapkan sama dengan mendekati energi ruhani beliau. Dengan mendekati energi ruhani yang sangat kuat ini akan mempercepat perjalanan ruhani kita menuju Tuhan. Bahkan ketika shalat wajib membaca shalawat ketika duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir. Karena shalat adalah cara yang paling cepat untuk ‘nyambung’ dengan Allah.
Kamis, 03 Agustus 2006
Perkembangan Spiritual Manusia
Melalui temanku, Allah memberiku pemahaman tentang perkembangan manusia. Bahwa perkembangan manusia itu tidak hanya pada peradabannya, tetapi manusia juga mengalami perkembangan spiritual.
Perdaban manusia berkembang pesat. Dulu untuk bepergian jauh harus menempuh berhari-hari lamanya. Sekarang bisa ditempuh hanya dalam hitungan jam dengan menggunakan pesawat. Kemajuan teknologi membuat peristiwa di belahan bumi yang satu bisa dilihat saat itu juga di belahan bumi yang lain. Bayi tabung, hingga kloning pun sudah dilakukan. Peradaban manusia berkembang di seluruh bidang. Pendidikan, kesehatan, seni, olahraga, teknologi, komunikasi, psikologi, pertanian, kelautan, astronomi, dst.
Tapi ternyata tidak hanya itu. Perkembangan spiritual manusia pun berkembang dengan sangat cepat. Lompatan spiritual. Pengalaman ruhani yang dulu dialami oleh kaum salsfus shaleh, para sufi, para wali, ternyata bisa juga kita alami. Dulu untuk mencapai tingkat spiritual seperti itu dibutuhkan waktu puluhan tahun, dengan ibadah ritual yang sangat melelahkan dan harus kontinyu. Kini hanya dalam waktu yang relatif singkat, cukup beberapa tahun saja manusia bisa mencapainya.
Ibaratnya begini, untuk mendapatkan teori relativitas
E = mc2 , Einstein membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sekarang hanya dengan kuliah beberapa jam saja, kita bisa langsung paham. Jadi tinggal melanjutkan penemuan berikutnya.
Demikian halnya dengan berspiritual.
Kita tidak perlu mulai dari tangga 1, tapi kita langsung ke tangga 4, tinggal melanjutkan saja. Sejatinya, Allahlah yang memberi kepahaman kepada manusia, Allahlah yang mengajarkan kepada manusia, lompatan spiritual itu.
Walaupun kita tidak hidup di jaman Rasulullah, namun Allah memberi fasilitas shalawat. Dengan bershalawat, maka kita bisa berada di ruangan ruhani Rasulullah. Nah, di ruangan ruhani Rasulullah inilah, kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh para sahabat Nabi.
Itulah kasih sayang Allah. Allah sangat adil, walaupun kita dilahirkan jauh dari jaman Rasulullah, tapi Allah memberi jalan agar kita juga merasakan berada di dekat Rasulullah, kekasihNya, melalui shalawat. Sehingga kitapun bisa mengalami lompatan spiritual seperti yang dialami oleh para sahabat Nabi.
Dulu untuk bisa merasakan nyambung atau khusyu diperlukan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun untuk melakukan riyadhoh yang beratnya luar biasa. Namun sekarang ternyata banyak cara, asal satu hal syarat yang harus dipenuhi yaitu 'bersungguh-sungguh'. Jangan asal-asalan, prioritaskan. Jangan seenaknya ke Allah. Harus menundukkan hati, jangan sombong, harus bisa mengakui kelemahan kita. Memohon, memuja Dia.
Selanjutnya jika kita sudah nyambung maka kita bisa merasakan dekat dengan Allah. Jika dekat dengan Allah, apa saja mungkin. Kisah-kisah ulama terdahulu yang jalan dinaungi awanpun, bisa dialami. Yang setiap permintaan kita langsung dikabulkan, itu juga biasa. Pokoknya hal-hal menakjubkan yang dialami oleh para sahabat Nabi, bisa dialami manusia di jaman ini.
Namun jangan terlena, karena bukan fenomena itu yang kita cari. Kita hanya ingin lebih mengenal Sang Pencipta kita, ma’rifatullah. Sehingga kita bisa selalu berada dalam bimbinganNya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hidup terasa ringan karena ada Dia yang selalu siap menolong. Kita bisa menjalankan amanah mengemban tugas mulia sebagai kahlaifah fil ardl, yang memakmurkan bumi. Mengenai fenomena yang terjadi, itu hanya bonus.
Perdaban manusia berkembang pesat. Dulu untuk bepergian jauh harus menempuh berhari-hari lamanya. Sekarang bisa ditempuh hanya dalam hitungan jam dengan menggunakan pesawat. Kemajuan teknologi membuat peristiwa di belahan bumi yang satu bisa dilihat saat itu juga di belahan bumi yang lain. Bayi tabung, hingga kloning pun sudah dilakukan. Peradaban manusia berkembang di seluruh bidang. Pendidikan, kesehatan, seni, olahraga, teknologi, komunikasi, psikologi, pertanian, kelautan, astronomi, dst.
Tapi ternyata tidak hanya itu. Perkembangan spiritual manusia pun berkembang dengan sangat cepat. Lompatan spiritual. Pengalaman ruhani yang dulu dialami oleh kaum salsfus shaleh, para sufi, para wali, ternyata bisa juga kita alami. Dulu untuk mencapai tingkat spiritual seperti itu dibutuhkan waktu puluhan tahun, dengan ibadah ritual yang sangat melelahkan dan harus kontinyu. Kini hanya dalam waktu yang relatif singkat, cukup beberapa tahun saja manusia bisa mencapainya.
Ibaratnya begini, untuk mendapatkan teori relativitas
E = mc2 , Einstein membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sekarang hanya dengan kuliah beberapa jam saja, kita bisa langsung paham. Jadi tinggal melanjutkan penemuan berikutnya.
Demikian halnya dengan berspiritual.
Kita tidak perlu mulai dari tangga 1, tapi kita langsung ke tangga 4, tinggal melanjutkan saja. Sejatinya, Allahlah yang memberi kepahaman kepada manusia, Allahlah yang mengajarkan kepada manusia, lompatan spiritual itu.
Walaupun kita tidak hidup di jaman Rasulullah, namun Allah memberi fasilitas shalawat. Dengan bershalawat, maka kita bisa berada di ruangan ruhani Rasulullah. Nah, di ruangan ruhani Rasulullah inilah, kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh para sahabat Nabi.
Itulah kasih sayang Allah. Allah sangat adil, walaupun kita dilahirkan jauh dari jaman Rasulullah, tapi Allah memberi jalan agar kita juga merasakan berada di dekat Rasulullah, kekasihNya, melalui shalawat. Sehingga kitapun bisa mengalami lompatan spiritual seperti yang dialami oleh para sahabat Nabi.
Dulu untuk bisa merasakan nyambung atau khusyu diperlukan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun untuk melakukan riyadhoh yang beratnya luar biasa. Namun sekarang ternyata banyak cara, asal satu hal syarat yang harus dipenuhi yaitu 'bersungguh-sungguh'. Jangan asal-asalan, prioritaskan. Jangan seenaknya ke Allah. Harus menundukkan hati, jangan sombong, harus bisa mengakui kelemahan kita. Memohon, memuja Dia.
Selanjutnya jika kita sudah nyambung maka kita bisa merasakan dekat dengan Allah. Jika dekat dengan Allah, apa saja mungkin. Kisah-kisah ulama terdahulu yang jalan dinaungi awanpun, bisa dialami. Yang setiap permintaan kita langsung dikabulkan, itu juga biasa. Pokoknya hal-hal menakjubkan yang dialami oleh para sahabat Nabi, bisa dialami manusia di jaman ini.
Namun jangan terlena, karena bukan fenomena itu yang kita cari. Kita hanya ingin lebih mengenal Sang Pencipta kita, ma’rifatullah. Sehingga kita bisa selalu berada dalam bimbinganNya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hidup terasa ringan karena ada Dia yang selalu siap menolong. Kita bisa menjalankan amanah mengemban tugas mulia sebagai kahlaifah fil ardl, yang memakmurkan bumi. Mengenai fenomena yang terjadi, itu hanya bonus.
Rabu, 02 Agustus 2006
God Bless You !
Aku lagi dibikin senang duduk di shaf paling belakang. Shalat Maghribku kali ini garing. Tapi pas shalat ba’diyah Maghrib, tiba-tiba aku merasa Allah menyambutku. Aku merasakan kehadiranNya. Allah menyayangi semua orang yang ada di masjid saat itu. Aku berada di keluasan. Tubuhku bergetar. Allah meliputi orang-orang itu !
Allah sayang pada mereka semua. Kasih sayangNya meliputi seluruh jamaah yang ada di masjid saat itu. Air mataku menetes pelan. Kurasakan setiap orang yang ada di situ disayang Allah dengan sangat personal. Satu persatu. Dia sangat mengenal mereka.
Lalu aku amati tiap orang. Terasa betapa Allah memberi mereka nafas, makan, minum, dst. Tidak perduli mereka kenal Engkau atau tidak. Tidak perduli mereka dekat denganMu atau tidak. Kasih sayangMu terus mengalir. Kau gerakkan mereka menuju rumahMu untuk beribadah menyembahMu. Engkau tetap menyayangi manusia, tidak perduli mereka taat padaMu atau tidak. Terasa sekali Rahman RahimNya Allah.
Aku bertanya dalam hati, kenapa aku tidak pernah merasakan bahwa Allah itu Maha Menyiksa? Aku tidak pernah merasa takut padaNya. Aku hanya mencintaiNya, dan karena itu aku takut ditinggalkanNya. Dia begitu baik. Teramat sangat baik!
Allah sayang pada mereka semua. Kasih sayangNya meliputi seluruh jamaah yang ada di masjid saat itu. Air mataku menetes pelan. Kurasakan setiap orang yang ada di situ disayang Allah dengan sangat personal. Satu persatu. Dia sangat mengenal mereka.
Lalu aku amati tiap orang. Terasa betapa Allah memberi mereka nafas, makan, minum, dst. Tidak perduli mereka kenal Engkau atau tidak. Tidak perduli mereka dekat denganMu atau tidak. Kasih sayangMu terus mengalir. Kau gerakkan mereka menuju rumahMu untuk beribadah menyembahMu. Engkau tetap menyayangi manusia, tidak perduli mereka taat padaMu atau tidak. Terasa sekali Rahman RahimNya Allah.
Aku bertanya dalam hati, kenapa aku tidak pernah merasakan bahwa Allah itu Maha Menyiksa? Aku tidak pernah merasa takut padaNya. Aku hanya mencintaiNya, dan karena itu aku takut ditinggalkanNya. Dia begitu baik. Teramat sangat baik!
Selasa, 01 Agustus 2006
Allah ‘Menyapa’ !
Pagi ini di masjid, menjelang shalat Subuh, saat itu aku merasakan kehadiran-Nya. Lalu tiba-tiba Dia menyapaku ! Tentu saja la shoutun wa la kharfun.
Tapi kalau kuterjemahkan begini :
‘Selamat pagi...!’
Singkat, tapi ceria.
Allah menyapaku !
Bahagianya......
Sapaan itu masih terasa sepanjang hari. Aku senyum-senyum terus.
Temanku heran melihatku. Nih anak lagi error ‘kali.
He. He. He.
Senangnya.... disapa Tuhan.
Tapi kalau kuterjemahkan begini :
‘Selamat pagi...!’
Singkat, tapi ceria.
Allah menyapaku !
Bahagianya......
Sapaan itu masih terasa sepanjang hari. Aku senyum-senyum terus.
Temanku heran melihatku. Nih anak lagi error ‘kali.
He. He. He.
Senangnya.... disapa Tuhan.
Minggu, 30 Juli 2006
She Saw Me Smilling !
“Saat nyambung usai shalat tahajud, tampak olehku wajahmu dengan jelas. Kamu sedang rsenyum.” Demikian kata temanku.
“Oh ya? Kapan itu?”
“Kira-kira seminggu yang lalu”.
Saat itu aku sedang mengalami apa ya?
Kok aku bisa tampak dengan jelas di hadapannya padahal kami tidak sedang bertemu.
Belakangan aku baru tahu ketika trainerku bilang bahwa jika kita tidur dalam kondisi ‘nyambung’ ke Allah, jangan kaget jika esok harinya da yang telpon bahwa dia melihat kita sedang tersenyum. Padahal tidak saling bertemu.
“Oh ya? Kapan itu?”
“Kira-kira seminggu yang lalu”.
Saat itu aku sedang mengalami apa ya?
Kok aku bisa tampak dengan jelas di hadapannya padahal kami tidak sedang bertemu.
Belakangan aku baru tahu ketika trainerku bilang bahwa jika kita tidur dalam kondisi ‘nyambung’ ke Allah, jangan kaget jika esok harinya da yang telpon bahwa dia melihat kita sedang tersenyum. Padahal tidak saling bertemu.
Sabtu, 29 Juli 2006
aku dan AKU
Dulu aku bilang ada setan dan malaikat dalam diriku.
Kini aku tahu :
Ada ‘aku’ dan ‘AKU’ dalam diriku.
Ada kehendakku dan Kehendak-KU dalam diriku.
Sekarang tinggal menyelaraskan kehendakku dan Kehendak-KU.
Kehendakku harus melebur dalam Kehendak-KU.
‘aku’ bukan siapa-siapa, hanya sebuah kesadaran.
AKU lah yang ada.
AKU lah yang menggerakkan.
AKU lah yang lebih berhak atas tubuh, pikiran, dan hati
yang sebenarnya bukan milikku.
Tapi milik-KU. Milik ALLAH.
aku hilang.
Hanya ada AKU.
Maka tak ada lagi egoku.
Yang ada hanya EGO TUHAN.
SUPER EGO.
aku tidak berhak atas diriku.aku bahagia ketika AKU mulai memainkan peran atas tubuh, hati, dan pikiranku.
Kini aku tahu :
Ada ‘aku’ dan ‘AKU’ dalam diriku.
Ada kehendakku dan Kehendak-KU dalam diriku.
Sekarang tinggal menyelaraskan kehendakku dan Kehendak-KU.
Kehendakku harus melebur dalam Kehendak-KU.
‘aku’ bukan siapa-siapa, hanya sebuah kesadaran.
AKU lah yang ada.
AKU lah yang menggerakkan.
AKU lah yang lebih berhak atas tubuh, pikiran, dan hati
yang sebenarnya bukan milikku.
Tapi milik-KU. Milik ALLAH.
aku hilang.
Hanya ada AKU.
Maka tak ada lagi egoku.
Yang ada hanya EGO TUHAN.
SUPER EGO.
aku tidak berhak atas diriku.aku bahagia ketika AKU mulai memainkan peran atas tubuh, hati, dan pikiranku.
Jumat, 28 Juli 2006
Israel Memborbardir Lebanon
Kekejaman Israel makin menjadi-jadi. Demi 2 orang serdadu yang ditawan Hizbullah Lebanon, Israel menghujani membombardir Lebanon tanpa pandang bulu. Ratusan orang tewas. Mostly penduduk sipil. Bahkan pasukan PBB pun diserang. Dunia hanya diam menonton kebiadaban Yahudi. AS mendukung sepenuhnya. Hak vetonya digunakan untuk menggagalkan resolusi PBB. Padahal resolusi ini hanya sekedar “mengecam”. Tidak lebih. Masih adakah keadilan di dunia ini bagi umat Islam?
Mereka menghujani kaum muslimin dengan bom.
Kita hujani mereka dengan doa. Karena doa adalah senjata umat Islam. Demikian kata-kata bijak, menyejukkan hati dari Aa Gym.
Ya. Kenapa tidak?
Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita lemah dari segala segi. Maka ketika Allah memberi kita senjata DOA, gunakan sebaik mungkin.
Ya Allah. Tolonglah saudara-saudara kami di sana.
Bantulah mereka para tentara Hizbullah.
Cegahlah Yahudi berbuat kedholiman.
Perlihatkan kebesaranMu, kekuasaanMu.
Perlihatkan pada mereka campur tanganMu.
Gentarkan hati mereka.
Yahudi. Israel. Zionis. Bani Israil.
Kenapa Allah melaknat Bani Israil?
Semua jawaban ada di Al Qur ‘an. Aku mengerti.
Tapi bagaimana dengan anak-anak Yahudi?
Apakah mereka juga dilaknat?
Anak-anak yang lahir tanpa mereka minta lahir dari keluarga Yahudi.
Yang lahir tidak bisa memilih siapa orang tuanya.
Ketika Allah menakdirkan dia anak Bani Israil, ketika dia masih belum mengerti, kemudian orang tuanya memberikan doktrin begini dan begitu, apakah mereka juga dilaknat?
Bani Israil. (Bani = keturunan ?)
Adakah di antara mereka yang hanif, yang bijak?
Apakah laknat itu untuk semua kaum Yahudi ataukah hanya untuk yang jahat?
Mereka menghujani kaum muslimin dengan bom.
Kita hujani mereka dengan doa. Karena doa adalah senjata umat Islam. Demikian kata-kata bijak, menyejukkan hati dari Aa Gym.
Ya. Kenapa tidak?
Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita lemah dari segala segi. Maka ketika Allah memberi kita senjata DOA, gunakan sebaik mungkin.
Ya Allah. Tolonglah saudara-saudara kami di sana.
Bantulah mereka para tentara Hizbullah.
Cegahlah Yahudi berbuat kedholiman.
Perlihatkan kebesaranMu, kekuasaanMu.
Perlihatkan pada mereka campur tanganMu.
Gentarkan hati mereka.
Yahudi. Israel. Zionis. Bani Israil.
Kenapa Allah melaknat Bani Israil?
Semua jawaban ada di Al Qur ‘an. Aku mengerti.
Tapi bagaimana dengan anak-anak Yahudi?
Apakah mereka juga dilaknat?
Anak-anak yang lahir tanpa mereka minta lahir dari keluarga Yahudi.
Yang lahir tidak bisa memilih siapa orang tuanya.
Ketika Allah menakdirkan dia anak Bani Israil, ketika dia masih belum mengerti, kemudian orang tuanya memberikan doktrin begini dan begitu, apakah mereka juga dilaknat?
Bani Israil. (Bani = keturunan ?)
Adakah di antara mereka yang hanif, yang bijak?
Apakah laknat itu untuk semua kaum Yahudi ataukah hanya untuk yang jahat?
KehendakMu dan Kehendakku
Aku mulai bisa membedakan yang mana kehendakMu
dan yang mana kehendakku.
Yang mana Engkau dan yang mana aku.
Engkau Tuhan Semesta alam,
sedangkan aku hanya sebuah kesadaran
yang tidak ada artinya
bila dibandingkan dengan ke-Maha-an Mu.
Tapi aku yang hanya sebuah kesadaran ini
sangat berarti bagiMu
karena Engkau Maha Rahman rahim
karena Engkau mencintai makhlukMu.
Tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan
Semua berarti bagiMu
Aku berarti bagiMu
meski aku tak ada artinya
bila dibandingkan dengan Engkau
dan yang mana kehendakku.
Yang mana Engkau dan yang mana aku.
Engkau Tuhan Semesta alam,
sedangkan aku hanya sebuah kesadaran
yang tidak ada artinya
bila dibandingkan dengan ke-Maha-an Mu.
Tapi aku yang hanya sebuah kesadaran ini
sangat berarti bagiMu
karena Engkau Maha Rahman rahim
karena Engkau mencintai makhlukMu.
Tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan
Semua berarti bagiMu
Aku berarti bagiMu
meski aku tak ada artinya
bila dibandingkan dengan Engkau
Kamis, 27 Juli 2006
Rahman Rahim-Mu dalam Diriku
Siang ini aku lewat di depan Pasar Baru. Sambil jalan kurasakan masih ‘nyambung’ dengan Allah. Ada beberapa pengemis di sepanjang jalan. Lalu dengan refleks, tiba-tiba saja dengan sangat murah hati kubagi-bagikna uang yang ada di dompetku. Hampir seluruhnya. Seolah aku tidak takut kehabisan. Tadinya seluruh uangku mau kuberikan.
Tapi aku mulai berpikir ntar pulangnya bagaimana?
Akhirnya kusisakan sedikit sekedar buat naik angkot pulang. Aneh.
Begitu murah hati. Del.. de...l del...
Mengeluarkan uang dengan santainya. Sama sekali tidak takut kehabisan.
Padahal saat itu uangku hanya yang ada di dompet saja.
Ntahlah, siapa yang tadi dengan murah hati membagi-bagikan rejeki kepada para pengemis di jalan. It was not me!
Aku merasakan Rahman-Rahim Mu dalam diriku. Engkau membagi-bagikanrejeki dengan sangat mudahnya, dengan sangat ringannya. Tanpa beban, tanpa takut kehabisan.
Engkau meliputiku. Bukan aku yang dermawan.
Tapi Engkau yang dermawan.
Hikmahnya adalah, aku paham bagaimana murah hatinya Allah. Bagaimana Allah membagi-bagikan rejeki kepada semua mahlukNya, tanpa takut kehabisan. Sama sekali tidak butuh rejeki.
Tapi aku mulai berpikir ntar pulangnya bagaimana?
Akhirnya kusisakan sedikit sekedar buat naik angkot pulang. Aneh.
Begitu murah hati. Del.. de...l del...
Mengeluarkan uang dengan santainya. Sama sekali tidak takut kehabisan.
Padahal saat itu uangku hanya yang ada di dompet saja.
Ntahlah, siapa yang tadi dengan murah hati membagi-bagikan rejeki kepada para pengemis di jalan. It was not me!
Aku merasakan Rahman-Rahim Mu dalam diriku. Engkau membagi-bagikanrejeki dengan sangat mudahnya, dengan sangat ringannya. Tanpa beban, tanpa takut kehabisan.
Engkau meliputiku. Bukan aku yang dermawan.
Tapi Engkau yang dermawan.
Hikmahnya adalah, aku paham bagaimana murah hatinya Allah. Bagaimana Allah membagi-bagikan rejeki kepada semua mahlukNya, tanpa takut kehabisan. Sama sekali tidak butuh rejeki.
Rabu, 26 Juli 2006
Benarkah Allah Butuh Media?
Ketika Engkau hendak menyampaikan sesuatu kepada makhluk-Mu apakah Engkau butuh media?
Haruskah?
Engkau Maha Segala.
Ada maupun tidak ada media, bagi-Mu sama saja.
Tidak ada yang tidak mungkin.
Nothing impossible.
Kenapa aku masih ragu ketika itu terjadi?
Masihkan ragu jika hal itu terjadi berulang kali?
Sebenarnya Dia tidak butuh media, tapi Dia hanya ingin sunatullah tetap berlaku.
Haruskah?
Engkau Maha Segala.
Ada maupun tidak ada media, bagi-Mu sama saja.
Tidak ada yang tidak mungkin.
Nothing impossible.
Kenapa aku masih ragu ketika itu terjadi?
Masihkan ragu jika hal itu terjadi berulang kali?
Sebenarnya Dia tidak butuh media, tapi Dia hanya ingin sunatullah tetap berlaku.
Respon Erni
Hari berikutnya ke warnet lagi, berharap ada balasan dari Erni. Ternyata dia tidak membalasnya. Ada sedikit kecewa, mungkin aku terlalu banyak berharap. Menurut logikaku, karena tulisan imel dari benar-benar dituntun Allah, maka akan terasa ruhnya bagi si pembaca. Apalagi ada pesan khusus dari Allah untuk dia.
Tapi kemudian aku menyadari bahwa Al Qur’an saja yang jelas-jelas merupakan firman-Nya, yang diturunkan melalui kekasih-Nya, masih juga tidak terasa ruhnya bagi si pembacanya. Apalagi ini, imel yang disampaikan hanya melalui manusia yang hina ini. Akupun maklum.
Dua hari kemudian aku ke warnet lagi. Kali ini aku kaget sekali ternyata ada balasan dari Erni, dikirim dua hari yang lalu, beberapa saat setelah aku keluar dari warnet. Waktu itu aku kepagian, Erni belum sempat baca imelku. Dia akses internetnya dari kantor. Tapi begitu dia baca langsung dia balas imelku. Berikut ini balasannya (yang digaris miring) :
------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga rahmat dan keselamatan atasmu, wahai saudaraku yang sedang menapaki jalan untuk mengenal-Nya.
Saudaraku Erni yang dirahmati Allah,
E : Maha besar ALLAH, baru lagi nih saya merasakan begitu indahnya kalimat salam diatas, makasih untuk ngingetin saya.......
Allah menyayangimu. Sungguh !
DIA menyayangimu lebih dari siapapun di dunia ini.
Hanya DIA yang benar-benar dengan tulus, take care about you. DIA mencintaimu, menyayangimu, LEBIH dari rasa sayangmu pada-Nya.
karena DIA adalah Sang Maha Rahman Rahiim.
DIA tidak pernah mengharapkan balasmu.
DIA hanya ingin mencintaimu. Itu saja.
E : Berkali2 saya baca dan air mata saya ngga pernah kering kalo baca tulisan diatas. Saya jd malu dan ngga bisa berkata2. Paling terus ada mengingat ALLAH, dada saya berdegup kencang dan terkadang sesek, menahan tangis karena saya di kantor dan meja saya dengan teman2 sangat dekat sekali.....
Benar2 saya merasa malu dengan KEBESARAN ALLAH....., Begitu sayang dan cintanya ALLAH kepada saya, mungkin selama ini saya sering kufur nikmat dan kurang bersyukur.....Duh saya ngga tahan pengen nangis teriak nih. Tapi kan ngga mungkin di sini ...............
Jika sedang ditimpa kemalangan, sebenarnya saat itu Allah sedang rindu padamu. DIA ingin engkau mendekat pada-Nya. Sekian lama kita terlena dalam kenikmatan, maka diberi-Nya musibah agar kita mendekat lagi pada-Nya. DIA sangat bahagia ketika engkau memohon-mohon pada-Nya, menunjukkan bahwa engkau membutuhkan-Nya..
E : Ya ALLAH........................begitu tidak tahu diri nya hamba MU ini ...ampuni aku ya ALLAH...................
Maaf, saya belum bisa nerusin imel saya,
saya ngga tahan pengen nangis......................
Saya butuh orang yg bisa mengingatkan saya.
Tolong terus share ke saya ya........
wass......
Ernie
Derr...! Merinding aku membacanya. Ngga nyangka bahwa ternyata silatun via internet pun bisa dilakukan. Akhirnya aku balas imel dari Erni sebagai berikut :
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh
Subhanallah...
Alhamdulillahi rabbil 'alamiin...
Segala puji hanya bagi ALLAH saja, RABB semesta alam.
Erni yang baik,
saya belum kenal Erni, tapi ALLAH sangat mengenalmu.
Ketika mulai menulis imel tersebut, tadinya bukan itu yang ingin saya tulis. Tiba-tiba saja air mata mengalir deras, dan dengan lancar saya mengetik kalimat demi kalimat. Terasa begitu dahsyat terutama pada tulisan yang saya tebalin. It's really a message from Allah for you !
Bukan karangan saya. Boleh percaya, boleh tidak. It's up to you.
Tapi itulah yang saya rasakan. Saat mengetik itu, tiba-tiba saja saya merasakan bahwa Allah menyayangi Erni. Amat sangat. Begitu sayangnya Dia padamu, hingga saat ini DIA masih
menunggumu. DA menunggumu untuk datang pada-NYA.
DIA sangat rindu padamu, IA ingin engkau terus mendekati-NYA
DIA berjanji, jika engkau datang dengan berjalan, maka DIA akan berlari menghampirimu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Erni pun membalas lagi :
Waallaikum salam warahmatulahi wabarakatuh
Ya ALLAH.......
Berderet2 imel yang masuk ke inbox saya tapi mata saya langsung tertuju dan ngga tahan untuk baca imel darimu.....
SUBHANALLAH......
semoga ALLAH meridhoi kami untuk dapat bertemu denganmu
saya ingin terus berbagia dan terus menapaki jalan saya sedikit demi sedikit, saya ingin sekali mendekat kepada ALLAH
Saya ngga tau mesti bilang apa saya ngetik ini bergetar, dada saya sesak dan air mata saya terus mengalir, saya ngga tau daya tarik apa yang membuat saya seperti ini.....
ya ALLAH..........bimbing lah kami...........
Wassallamualaikum warahmatulahi wabarakatuh..........
Tapi kemudian aku menyadari bahwa Al Qur’an saja yang jelas-jelas merupakan firman-Nya, yang diturunkan melalui kekasih-Nya, masih juga tidak terasa ruhnya bagi si pembacanya. Apalagi ini, imel yang disampaikan hanya melalui manusia yang hina ini. Akupun maklum.
Dua hari kemudian aku ke warnet lagi. Kali ini aku kaget sekali ternyata ada balasan dari Erni, dikirim dua hari yang lalu, beberapa saat setelah aku keluar dari warnet. Waktu itu aku kepagian, Erni belum sempat baca imelku. Dia akses internetnya dari kantor. Tapi begitu dia baca langsung dia balas imelku. Berikut ini balasannya (yang digaris miring) :
------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga rahmat dan keselamatan atasmu, wahai saudaraku yang sedang menapaki jalan untuk mengenal-Nya.
Saudaraku Erni yang dirahmati Allah,
E : Maha besar ALLAH, baru lagi nih saya merasakan begitu indahnya kalimat salam diatas, makasih untuk ngingetin saya.......
Allah menyayangimu. Sungguh !
DIA menyayangimu lebih dari siapapun di dunia ini.
Hanya DIA yang benar-benar dengan tulus, take care about you. DIA mencintaimu, menyayangimu, LEBIH dari rasa sayangmu pada-Nya.
karena DIA adalah Sang Maha Rahman Rahiim.
DIA tidak pernah mengharapkan balasmu.
DIA hanya ingin mencintaimu. Itu saja.
E : Berkali2 saya baca dan air mata saya ngga pernah kering kalo baca tulisan diatas. Saya jd malu dan ngga bisa berkata2. Paling terus ada mengingat ALLAH, dada saya berdegup kencang dan terkadang sesek, menahan tangis karena saya di kantor dan meja saya dengan teman2 sangat dekat sekali.....
Benar2 saya merasa malu dengan KEBESARAN ALLAH....., Begitu sayang dan cintanya ALLAH kepada saya, mungkin selama ini saya sering kufur nikmat dan kurang bersyukur.....Duh saya ngga tahan pengen nangis teriak nih. Tapi kan ngga mungkin di sini ...............
Jika sedang ditimpa kemalangan, sebenarnya saat itu Allah sedang rindu padamu. DIA ingin engkau mendekat pada-Nya. Sekian lama kita terlena dalam kenikmatan, maka diberi-Nya musibah agar kita mendekat lagi pada-Nya. DIA sangat bahagia ketika engkau memohon-mohon pada-Nya, menunjukkan bahwa engkau membutuhkan-Nya..
E : Ya ALLAH........................begitu tidak tahu diri nya hamba MU ini ...ampuni aku ya ALLAH...................
Maaf, saya belum bisa nerusin imel saya,
saya ngga tahan pengen nangis......................
Saya butuh orang yg bisa mengingatkan saya.
Tolong terus share ke saya ya........
wass......
Ernie
Derr...! Merinding aku membacanya. Ngga nyangka bahwa ternyata silatun via internet pun bisa dilakukan. Akhirnya aku balas imel dari Erni sebagai berikut :
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh
Subhanallah...
Alhamdulillahi rabbil 'alamiin...
Segala puji hanya bagi ALLAH saja, RABB semesta alam.
Erni yang baik,
saya belum kenal Erni, tapi ALLAH sangat mengenalmu.
Ketika mulai menulis imel tersebut, tadinya bukan itu yang ingin saya tulis. Tiba-tiba saja air mata mengalir deras, dan dengan lancar saya mengetik kalimat demi kalimat. Terasa begitu dahsyat terutama pada tulisan yang saya tebalin. It's really a message from Allah for you !
Bukan karangan saya. Boleh percaya, boleh tidak. It's up to you.
Tapi itulah yang saya rasakan. Saat mengetik itu, tiba-tiba saja saya merasakan bahwa Allah menyayangi Erni. Amat sangat. Begitu sayangnya Dia padamu, hingga saat ini DIA masih
menunggumu. DA menunggumu untuk datang pada-NYA.
DIA sangat rindu padamu, IA ingin engkau terus mendekati-NYA
DIA berjanji, jika engkau datang dengan berjalan, maka DIA akan berlari menghampirimu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Erni pun membalas lagi :
Waallaikum salam warahmatulahi wabarakatuh
Ya ALLAH.......
Berderet2 imel yang masuk ke inbox saya tapi mata saya langsung tertuju dan ngga tahan untuk baca imel darimu.....
SUBHANALLAH......
semoga ALLAH meridhoi kami untuk dapat bertemu denganmu
saya ingin terus berbagia dan terus menapaki jalan saya sedikit demi sedikit, saya ingin sekali mendekat kepada ALLAH
Saya ngga tau mesti bilang apa saya ngetik ini bergetar, dada saya sesak dan air mata saya terus mengalir, saya ngga tau daya tarik apa yang membuat saya seperti ini.....
ya ALLAH..........bimbing lah kami...........
Wassallamualaikum warahmatulahi wabarakatuh..........
Selasa, 25 Juli 2006
Shilatun Via Imel
Selepas shalat Subuh di masjid, entah kenapa aku digerakkan oleh Allah ke warnet. Aku sama sekali tidak punya niat untuk sekedar searching atau buka imel. Dorongan itu begitu kuat. Ternyata Allah menunjukkan padaku bahwa ada imel dari seseorang yang begitu merindukan-Nya, namun tidak tahu harus bagaimana agar bisa berjumpa dengan-Nya. Kubuka imel dari seseorang yang namanya tidak kukenal. Berikut ini imelnya :
Assalamualaikum,
Perkenalkan saya Ernie. Beberapa kali ikut di pelatihan. Tapi saat membaca sharing waktu training, saya merinding banget. Sayang sekali saya saat itu tidak jadi berangkat.
Mohon share lagi. Saya latihan di rumah susah ‘nyambung’ nya. Tapi alhamdulillah setiap kali saya terbangun kalo lagi tidur walau hanya beberapa detik, saya selalu ingat ALLAH. Malah ada rasa ketakutan yg teramat sangat, seandainya saya tidak bergantung kepada ALLAH.....
Mohon pencerahannya.
Wassalam
Ernie
Rupanya imel ini adalah tanggapan dari imelku beberapa waktu lalu di milis. Waktu itu aku menulis tentang apa yang aku alami dan rasakan waktu mengikuti pelatihan. Lalu aku pun mencoba untuk memberikan beberapa saran ke Erni sesuai dengan pengalaman ruhaniku selama ini. Tapi apa yang terjadi? Aku sudah menuliskan beberapa kalimat, namun entah kenapa aku hapus. Ngga sreg aja. Lalu tiba-tiba aku ‘nyambung’ kepada-Nya. Terasa sekali sambutan-Nya. Tanpa bisa kubendung, air mataku menetes keluar. Aneh sekali. Di warnet gitu, loh!
Berikutnya tanganku mulai mengetik kalimat demi kalimat, yang aku yakin sekali bahwa itu bukan mauku. Padahal ake sedang dalam kondisi sadar penuh. Tapi terasa sekali bahwa tangan ini, pikiran ini dituntun untuk menuliskan kalimat demi kalimat untuk Erni. Hingga aku takjub ketika selesai membacanya. Tulisan itu bukan berisi ideku. Gaya bahasanya juga bukan gaya bahasaku. Bahkan pada tulisan yang pakai huruf tebal, itu sama sekali bukan kata-kataku. Seolah itu message dari Allah untuk Erni. I swear, itu yang kurasakan. Berikut ini imel balasan itu :
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga rahmat dan keselamatan atasmu, wahai saudaraku yang sedang menapaki jalan untuk mengenal-Nya.
(Would you please read these words with your heart.....)
Saudaraku Erni yang dirahmati Allah,
Allah menyayangimu. Sungguh !
DIA menyayangimu lebih dari siapapun di dunia ini.
Hanya DIA yang benar-benar dengan tulus, take care about you.
DIA mencintaimu, menyayangimu,
LEBIH dari rasa sayangmu pada-Nya.
karena DIA adalah Sang Maha Rahman Rahiim.
DIA tidak pernah mengharapkan balasmu.
DIA hanya ingin mencintaimu. Itu saja.
Saudariku Erni yang dicintai Allah,
Rasakan dalam kehidupanmu, betapa rahman rahimnya DIA.
Amati terus, day to day, apa saja yang terjadi padamu itu adalah kehendak-Nya. Itu adalah perwujudan cinta-Nya padamu. Baik yang kau anggap nikmat, maupun yang kau anggap musibah. Semua itu adalah cara Allah mencintaimu. Suatu saat nanti engkau akan merasakan bahwa tidak ada musibah, yang ada hanya nikmat kasih sayang-Nya.
Yang menganggap sesuatu itu musibah adalah diri kita sendiri, padahal sebenarnya saat itulah kita sedang diberi pelajaran baru oleh Allah. DIA sedang ingin menarik perhatianmu. Jika sedang ditimpa kemalangan, sebenarnya saat itu Allah sedang rindu padamu. DIA ingin engkau mendekat pada-Nya. Sekian lama kita terlena dalam kenikmatan, maka diberi-Nya musibah agar kita mendekat lagi pada-Nya. DIA sangat bahagia ketika engkau memohon-mohon pada-Nya, menunjukkan bahwa engkau membutuhkan-Nya. Tunjukkan bahwa you need HIM, so much.
Ketika engkau merasa garing padahal sudah berusaha patrap, saat itu sebenarnya Allah sedang memberi pelajaran baru untukmu. DIA ingin engkau lebih sungguh-sungguh lagi. DIA ingin engkau membuktikan kesungguhan dalam mendekati-Nya.
Bersabarlah. Sabar itu artinya terus bersungguh-sungguh mendekat pada-Nya walaupun DIA seolah tidak memberi sambutan-Nya, walaupun DIA seolah tidak perduli padamu. Padahal bukan begitu! Sesungguhnya dengan tidak menyambutmu, sebenarnya itu adalah sambutan dari DIA.
Bersyukurlah diberi rasa garing, hingga membuatmu dahaga untuk makin ingin mendekat. Bersyukurlah, itu tanda bahwa engkau akan segera sampai.
Erni selalu ingat Allah seperti yang engkau sampaikan di imel, itu sudah pertanda bahwa engkau mulai menapaki jalan ini.
Welcome! Selamat datang.
Selamat menapaki jalan menuju Allah. Engkau akan temukan kenikmatan yang tiada tara. Dunia ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nikmatnya ketika bisa dekat dengan-Nya, bisa mengenal-Nya, bisa berdialog dengan-Nya, bisa merasakan keberadaan-Nya 24 jam! Nikmat yang tidak mau digantikan dengan apapun!
Jika sudah berada di jalan ini, ibadah tidak akan terasa berat, semua mengalir begitu saja. Benar-benar tidak ada paksaan. Sukarela. Bahkan sulit untuk berbuat maksiat. Tiba-tiba berbuat baik itu sangat mudah, sedang berbuat jahat itu sulit sekali. Hidup penuh semangat, tidak ada kata malas, produktif, tidak ada wasting time. Semua mengalir begitu saja.
Dalam kitab Al Hikam, ada 2 jalan untuk menuju TUHAN :
1. melalui riyadhoh.
Ini yang biasa dilakukan kebanyakan orang, yaitu dengan menjalankan semua syariat, mulai dari ibadah wajib hingga semua ibadah sunnah dilakukan. Shaum Senin Kamis, tahajud, dst. Dengan cara riyadhoh, latihan, mendisiplinkan diri, dalam rangka mendekat pada-Nya.
Ini sungguh berat. Kebanyakan akhirnya hanya merasa capek, penat, dan akhirnya protes. Tapi beberapa orang yang memang benar-benar pantang menyerah, akhirnya juga yang berhasil melewatinya, dan bisa dekat dengan-Nya. Ibarat mau ke rumah si A, sedangkan kita belum tahu lokasinya. Kita diberi alamat dan peta. Lalu tanya sana sini, akhirnya sampai juga meski agak lama.
2. dituntun Allah.
Nah, ini adalah jalan pintas. Ini yang kita lakukan lewat patrap.
Ibarat mau ke rumah si A, karena kita belum tahu lokasinya, oleh si A kita dituntun menuju rumahnya. Cepat mana?
Inilah cara yang kita tempuh. Dengan cara yang sangat sederhana, hanya dengan memanggil namanya, lakukan patrap seperti yang engkau ketahui, setiap hari, minimal 30 menit. Luangkan waktu, Allah ingin diprioritaskan. Mungkin paling enak, sehabis shalat, atau menjelang tidur. Terserah Erni.
Dengan cara ini, kita tidak perlu riyadhoh. Kita lakukan saja aktifitas seperti biasa, shalat wajib seperti biasa, tidak usah memaksa untuk shalat sunah atau shaum. Patrap saja. Insya Allah, Erni akan takjub sendiri. Ketika tiba-tiba Erni jadi tidak mudah marah, Erni jadi lebih wise, Erni jadi suka ngomongin tentang Allah, mulai ngga suka ngerumpi. Lalu tiap malam Erni bangun dan secara otomatis shalat tahajud, lalu shalat sunah subuh, lalu shalat subuh. Lalu Al Qur'an jadi buku bacaan yang sangat menarik. Semua dilakukan dengan semangat, tanpa ada paksaan. Sukarela. Hari berikutnya, tiba-tiba pengen shaum sunah. Awalnya Senin Kamis, lama kelamaan berubah jadi shaum Daud. Begitu seterusnya, sedikit demi sedikit kita dituntun untuk melakukan semua aktifitas ibadah pada-Nya dengan sangat ringan.
Setelah itu terlampau, lalu kita dituntun untuk menjadi rahmatan lilalamin. Awalnya kita asyik sendiri dengan Allah. Saat itu hablum minallahnya lagi dikuatkan oleh-Nya. Setelah itu Allah akan menuntun hablum minannas.
Suatu saat nanti jika Allah menghendaki, mungkin kita bisa bertemu. Saya tiap bulan ke Jakarta, saya juga ikut yang di BI.
Semoga ini tulisan di atas bisa jadi iming-iming agar Erni makin tertarik menapaki jalan menuju-Nya. :)
Wassalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh.
NB: Tell me what do you feel when you read the bold.
It's not me. When I write it, I feel that is a message from Allah just for you, Erni.
Imel ini ku print dan kubaca berulang-ulang di kost an, tanpa bosan. Aku masih takjub, bagaiman mungkin aku bisa menuliskan begitu banyak kata-kata bijak. Dan dari gaya bahasanya, itu adalah gaya bahasa para ulama yang sudah sepuh. Wallahu alam. Aku hanya bersedia agar tubuhku, hatiku, pikiranku, digunakan oleh-Nya. Sekarang aku tinggal menunggu respon dari Erni.
Assalamualaikum,
Perkenalkan saya Ernie. Beberapa kali ikut di pelatihan. Tapi saat membaca sharing waktu training, saya merinding banget. Sayang sekali saya saat itu tidak jadi berangkat.
Mohon share lagi. Saya latihan di rumah susah ‘nyambung’ nya. Tapi alhamdulillah setiap kali saya terbangun kalo lagi tidur walau hanya beberapa detik, saya selalu ingat ALLAH. Malah ada rasa ketakutan yg teramat sangat, seandainya saya tidak bergantung kepada ALLAH.....
Mohon pencerahannya.
Wassalam
Ernie
Rupanya imel ini adalah tanggapan dari imelku beberapa waktu lalu di milis. Waktu itu aku menulis tentang apa yang aku alami dan rasakan waktu mengikuti pelatihan. Lalu aku pun mencoba untuk memberikan beberapa saran ke Erni sesuai dengan pengalaman ruhaniku selama ini. Tapi apa yang terjadi? Aku sudah menuliskan beberapa kalimat, namun entah kenapa aku hapus. Ngga sreg aja. Lalu tiba-tiba aku ‘nyambung’ kepada-Nya. Terasa sekali sambutan-Nya. Tanpa bisa kubendung, air mataku menetes keluar. Aneh sekali. Di warnet gitu, loh!
Berikutnya tanganku mulai mengetik kalimat demi kalimat, yang aku yakin sekali bahwa itu bukan mauku. Padahal ake sedang dalam kondisi sadar penuh. Tapi terasa sekali bahwa tangan ini, pikiran ini dituntun untuk menuliskan kalimat demi kalimat untuk Erni. Hingga aku takjub ketika selesai membacanya. Tulisan itu bukan berisi ideku. Gaya bahasanya juga bukan gaya bahasaku. Bahkan pada tulisan yang pakai huruf tebal, itu sama sekali bukan kata-kataku. Seolah itu message dari Allah untuk Erni. I swear, itu yang kurasakan. Berikut ini imel balasan itu :
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga rahmat dan keselamatan atasmu, wahai saudaraku yang sedang menapaki jalan untuk mengenal-Nya.
(Would you please read these words with your heart.....)
Saudaraku Erni yang dirahmati Allah,
Allah menyayangimu. Sungguh !
DIA menyayangimu lebih dari siapapun di dunia ini.
Hanya DIA yang benar-benar dengan tulus, take care about you.
DIA mencintaimu, menyayangimu,
LEBIH dari rasa sayangmu pada-Nya.
karena DIA adalah Sang Maha Rahman Rahiim.
DIA tidak pernah mengharapkan balasmu.
DIA hanya ingin mencintaimu. Itu saja.
Saudariku Erni yang dicintai Allah,
Rasakan dalam kehidupanmu, betapa rahman rahimnya DIA.
Amati terus, day to day, apa saja yang terjadi padamu itu adalah kehendak-Nya. Itu adalah perwujudan cinta-Nya padamu. Baik yang kau anggap nikmat, maupun yang kau anggap musibah. Semua itu adalah cara Allah mencintaimu. Suatu saat nanti engkau akan merasakan bahwa tidak ada musibah, yang ada hanya nikmat kasih sayang-Nya.
Yang menganggap sesuatu itu musibah adalah diri kita sendiri, padahal sebenarnya saat itulah kita sedang diberi pelajaran baru oleh Allah. DIA sedang ingin menarik perhatianmu. Jika sedang ditimpa kemalangan, sebenarnya saat itu Allah sedang rindu padamu. DIA ingin engkau mendekat pada-Nya. Sekian lama kita terlena dalam kenikmatan, maka diberi-Nya musibah agar kita mendekat lagi pada-Nya. DIA sangat bahagia ketika engkau memohon-mohon pada-Nya, menunjukkan bahwa engkau membutuhkan-Nya. Tunjukkan bahwa you need HIM, so much.
Ketika engkau merasa garing padahal sudah berusaha patrap, saat itu sebenarnya Allah sedang memberi pelajaran baru untukmu. DIA ingin engkau lebih sungguh-sungguh lagi. DIA ingin engkau membuktikan kesungguhan dalam mendekati-Nya.
Bersabarlah. Sabar itu artinya terus bersungguh-sungguh mendekat pada-Nya walaupun DIA seolah tidak memberi sambutan-Nya, walaupun DIA seolah tidak perduli padamu. Padahal bukan begitu! Sesungguhnya dengan tidak menyambutmu, sebenarnya itu adalah sambutan dari DIA.
Bersyukurlah diberi rasa garing, hingga membuatmu dahaga untuk makin ingin mendekat. Bersyukurlah, itu tanda bahwa engkau akan segera sampai.
Erni selalu ingat Allah seperti yang engkau sampaikan di imel, itu sudah pertanda bahwa engkau mulai menapaki jalan ini.
Welcome! Selamat datang.
Selamat menapaki jalan menuju Allah. Engkau akan temukan kenikmatan yang tiada tara. Dunia ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nikmatnya ketika bisa dekat dengan-Nya, bisa mengenal-Nya, bisa berdialog dengan-Nya, bisa merasakan keberadaan-Nya 24 jam! Nikmat yang tidak mau digantikan dengan apapun!
Jika sudah berada di jalan ini, ibadah tidak akan terasa berat, semua mengalir begitu saja. Benar-benar tidak ada paksaan. Sukarela. Bahkan sulit untuk berbuat maksiat. Tiba-tiba berbuat baik itu sangat mudah, sedang berbuat jahat itu sulit sekali. Hidup penuh semangat, tidak ada kata malas, produktif, tidak ada wasting time. Semua mengalir begitu saja.
Dalam kitab Al Hikam, ada 2 jalan untuk menuju TUHAN :
1. melalui riyadhoh.
Ini yang biasa dilakukan kebanyakan orang, yaitu dengan menjalankan semua syariat, mulai dari ibadah wajib hingga semua ibadah sunnah dilakukan. Shaum Senin Kamis, tahajud, dst. Dengan cara riyadhoh, latihan, mendisiplinkan diri, dalam rangka mendekat pada-Nya.
Ini sungguh berat. Kebanyakan akhirnya hanya merasa capek, penat, dan akhirnya protes. Tapi beberapa orang yang memang benar-benar pantang menyerah, akhirnya juga yang berhasil melewatinya, dan bisa dekat dengan-Nya. Ibarat mau ke rumah si A, sedangkan kita belum tahu lokasinya. Kita diberi alamat dan peta. Lalu tanya sana sini, akhirnya sampai juga meski agak lama.
2. dituntun Allah.
Nah, ini adalah jalan pintas. Ini yang kita lakukan lewat patrap.
Ibarat mau ke rumah si A, karena kita belum tahu lokasinya, oleh si A kita dituntun menuju rumahnya. Cepat mana?
Inilah cara yang kita tempuh. Dengan cara yang sangat sederhana, hanya dengan memanggil namanya, lakukan patrap seperti yang engkau ketahui, setiap hari, minimal 30 menit. Luangkan waktu, Allah ingin diprioritaskan. Mungkin paling enak, sehabis shalat, atau menjelang tidur. Terserah Erni.
Dengan cara ini, kita tidak perlu riyadhoh. Kita lakukan saja aktifitas seperti biasa, shalat wajib seperti biasa, tidak usah memaksa untuk shalat sunah atau shaum. Patrap saja. Insya Allah, Erni akan takjub sendiri. Ketika tiba-tiba Erni jadi tidak mudah marah, Erni jadi lebih wise, Erni jadi suka ngomongin tentang Allah, mulai ngga suka ngerumpi. Lalu tiap malam Erni bangun dan secara otomatis shalat tahajud, lalu shalat sunah subuh, lalu shalat subuh. Lalu Al Qur'an jadi buku bacaan yang sangat menarik. Semua dilakukan dengan semangat, tanpa ada paksaan. Sukarela. Hari berikutnya, tiba-tiba pengen shaum sunah. Awalnya Senin Kamis, lama kelamaan berubah jadi shaum Daud. Begitu seterusnya, sedikit demi sedikit kita dituntun untuk melakukan semua aktifitas ibadah pada-Nya dengan sangat ringan.
Setelah itu terlampau, lalu kita dituntun untuk menjadi rahmatan lilalamin. Awalnya kita asyik sendiri dengan Allah. Saat itu hablum minallahnya lagi dikuatkan oleh-Nya. Setelah itu Allah akan menuntun hablum minannas.
Suatu saat nanti jika Allah menghendaki, mungkin kita bisa bertemu. Saya tiap bulan ke Jakarta, saya juga ikut yang di BI.
Semoga ini tulisan di atas bisa jadi iming-iming agar Erni makin tertarik menapaki jalan menuju-Nya. :)
Wassalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh.
NB: Tell me what do you feel when you read the bold.
It's not me. When I write it, I feel that is a message from Allah just for you, Erni.
Imel ini ku print dan kubaca berulang-ulang di kost an, tanpa bosan. Aku masih takjub, bagaiman mungkin aku bisa menuliskan begitu banyak kata-kata bijak. Dan dari gaya bahasanya, itu adalah gaya bahasa para ulama yang sudah sepuh. Wallahu alam. Aku hanya bersedia agar tubuhku, hatiku, pikiranku, digunakan oleh-Nya. Sekarang aku tinggal menunggu respon dari Erni.
Allah Menyayangiku Melalui Ibuku
Setelah protes meminta tanggung jawab-Nya karena telah membuatku ketagihan, maka Dia menjawab protesku itu. Waktu itu shalat Dhuha, tiba-tiba saja terasa sambutan-Nya. Dia memberiku kepahaman bahwa Dia selama ini selalu mencintaiku, dan tidak pernah meninggalkanku. Bahkan ketika aku belum mengenal-Nya!
Allah menyayangiku, merawatku melalui ibuku. Allah menggunakan ibuku sebagai media untuk menyayangiku. Tiba-tiba saja aku menyadari bahwa Allah ada dalam diri ibuku. Aku merasakan kasih sayang-Nya, perhatian-Nya, semua begitu tulus. Aku menangis tanpa bisa kubendung.
Ya Allah, Engkau benar.
Maafkan saya yang telah tidak sopan pada-Mu.
Maafkan saya yang telah meminta tanggung jawab-Mu.
Maafkan saya...
Ampuni saya...
Allah menyayangiku, merawatku melalui ibuku. Allah menggunakan ibuku sebagai media untuk menyayangiku. Tiba-tiba saja aku menyadari bahwa Allah ada dalam diri ibuku. Aku merasakan kasih sayang-Nya, perhatian-Nya, semua begitu tulus. Aku menangis tanpa bisa kubendung.
Ya Allah, Engkau benar.
Maafkan saya yang telah tidak sopan pada-Mu.
Maafkan saya yang telah meminta tanggung jawab-Mu.
Maafkan saya...
Ampuni saya...
Senin, 24 Juli 2006
Engkau Harus Tanggung Jawab
Berhubung hari ini ingin buka puasa di kost an, biar ngga ribet, aku shalat Maghrib di kamar saja. Aku ngga ke masjid.
Tapi apa yang terjadi? Shalat Maghrib ngga khusyu’, garing banget. Lalu selepas shalat, aku merasakan kesepian yang sangat dalam. Padahal saat itu aku sedang bercengkerama dengan teman-teman. Mereka saling bercanda penuh ceria. Tapi entah kenapa aku jadi pendiam. Bete baget.
Ngga tahu kenapa.
Kemudian aku sadar, ternyata aku sedang kesepian. Aku merasa kesepian di tengah keramaian. Aku merasa jauh dari Allah. Aku baru menyadari bahwa selama ini aku selalu merasakan bahwa Allah selalu bersamaku, akrab denganku, mendampingiku setiap saat. Sekarang aku mulai ketagihan. Aku ngga bisa jauh dari-Nya.
Ya Allah, Engkau yang membuatku ketagihan seperti ini. Engkau harus tanggung jawab.
Engkau yang mendekatiku, akrab denganku, hingga akhirnya aku mulai terbiasa dengan-Mu.
Dan kini ketika aku mulai terbiasa dengan-Mu, aku ngga mau Kau tinggalkan walau hanya sedetikpun.
You must be responsible!
Tapi apa yang terjadi? Shalat Maghrib ngga khusyu’, garing banget. Lalu selepas shalat, aku merasakan kesepian yang sangat dalam. Padahal saat itu aku sedang bercengkerama dengan teman-teman. Mereka saling bercanda penuh ceria. Tapi entah kenapa aku jadi pendiam. Bete baget.
Ngga tahu kenapa.
Kemudian aku sadar, ternyata aku sedang kesepian. Aku merasa kesepian di tengah keramaian. Aku merasa jauh dari Allah. Aku baru menyadari bahwa selama ini aku selalu merasakan bahwa Allah selalu bersamaku, akrab denganku, mendampingiku setiap saat. Sekarang aku mulai ketagihan. Aku ngga bisa jauh dari-Nya.
Ya Allah, Engkau yang membuatku ketagihan seperti ini. Engkau harus tanggung jawab.
Engkau yang mendekatiku, akrab denganku, hingga akhirnya aku mulai terbiasa dengan-Mu.
Dan kini ketika aku mulai terbiasa dengan-Mu, aku ngga mau Kau tinggalkan walau hanya sedetikpun.
You must be responsible!
Sabtu, 22 Juli 2006
Aku “Melihat’ Sambutan-Nya !
Ketika olah spiritual malam ini aku mengalami hal baru. Aku bisa melihat bagaimana Allah menyambut seseorang. Pertama yang kulihat Allah menyambut Pak Nan. Aku lihat Allah menyambutnya. Benar-benar kelihatan bahwa Allah menyambutnya. Semula kukira karena aku melihat reaksi tubuhnya. Tapi ternyata Pak Ali yang berada di sampingnya juga bereaksi sama, tapi aku tidak bisa melihat Allah meresponnya.
Kemudian Allah menyambut trainerku. Kelihatan sekali bahwa Allah sangat menyayangi beliau. Di antara semua orang di sini, beliaulah yang paling disayang Allah. Seolah Allah memeluknya, menyelimutinya.
Aku hanya bisa memandang dari jauh dengan penuh iri. Saat itu aku masih belum ‘nyambung’.
“Ya Allah, kenapa hanya beliau yang Engkau sayang?
Ya Allah, sayangi saya juga please...”
Lalu tiba-tiba Allah menyambutku.
Akupun menangis, menyungkur dan akhirnya tersujud.
Sewaktu mau pulang, aku bilang ke trainer :
“ Tadi saya melihat betapa Allah sangat sayang pada bapak.”
Kemudian Allah menyambut trainerku. Kelihatan sekali bahwa Allah sangat menyayangi beliau. Di antara semua orang di sini, beliaulah yang paling disayang Allah. Seolah Allah memeluknya, menyelimutinya.
Aku hanya bisa memandang dari jauh dengan penuh iri. Saat itu aku masih belum ‘nyambung’.
“Ya Allah, kenapa hanya beliau yang Engkau sayang?
Ya Allah, sayangi saya juga please...”
Lalu tiba-tiba Allah menyambutku.
Akupun menangis, menyungkur dan akhirnya tersujud.
Sewaktu mau pulang, aku bilang ke trainer :
“ Tadi saya melihat betapa Allah sangat sayang pada bapak.”
Jumat, 21 Juli 2006
Tubuh Yang Patuh
Shalat tahajudku barusan hampa banget, sepertinya Dia tidak menyambutku. Aku berniat shalat Subuh di rumah saja, aku malas ke masjid, sebab aku pengen langsung tidur setelah shalat Subuh.
Tapi ajaib! Begitu terdengar adzan, entah mengapa langsung saja tubuh ini bangun, bergerak menuju masjid. Tidak ada rasa ngantuk sedikitpun!
Ya, tubuhku tunduk patuh pada-nya.
Tinggallah aku bengong, terhenyak, tanpa bisa protes, menyaksikan tubuhku yang penuh semangat menuju rumah Allah. Akhirnya aku shalat Subuh berjamaah di masjid.
Tapi ajaib! Begitu terdengar adzan, entah mengapa langsung saja tubuh ini bangun, bergerak menuju masjid. Tidak ada rasa ngantuk sedikitpun!
Ya, tubuhku tunduk patuh pada-nya.
Tinggallah aku bengong, terhenyak, tanpa bisa protes, menyaksikan tubuhku yang penuh semangat menuju rumah Allah. Akhirnya aku shalat Subuh berjamaah di masjid.
Merasakan Atom-Atom Pembentuk Tubuh
Aku belum bisa merasakanatom-atom pembentuk tubuh kita bergerak, berputar, mengikuti kehendak-Nya. Berkali-kali kucoba, belum juga berhasil. Meski tidak berhasil, tapi ada manfaatnya.
Dari latihan itu aku dapat pemahaman baru dalam kehidupan sehari-hari. Mulai kurasakan bahwa tubuhku ternyata selalu tunduk, patuh pada-Nya. Tapi “sang aku” ini kadang patuh, kadang suka protes.
Aku dapat pemahaman begini :
Tubuhku = tubuh + aku
Pikiranku = pikiran + aku
Hatiku = hati + aku
Tubuh + Pikiran + Hati :
Semua tunduk patuh pada-Nya. Ini semua adalah alam, menyatu dengan alam. Sama dengan tanaman, hewan, bumi, matahari, dan lain-lain alam semesta ini tunduk pada aturan-Nya, pada sunatullah-Nya.
Aku :
Adalah ruh, sebuah kesadaran. Ruh yang berasal dari Ilahi. Namun Dia memberinya kehendak. Ketika kehendakku berbeda dengan kehendak-Nya maka masih ada protes, masih ada ketidaktundukan pada-Nya.
Aku + Ruh = Ruh ku.
Ketika Aku + Ruh menyatu, “aku” masih ada.
“Aku” yang menghadap Tuhan. “Aku” yang diberi hidayah. “Aku” yang berusaha. “Aku” yang menangis, “aku” yang tunduk. “Aku” yang berserah diri pada-Nya. “Aku” yang mukhlis.
Tapi ketika “aku” lepas dari Ruh. Hanya ada Ruh saja, maka “bersatu dengan Tuhan”. Bersatu dengan Allah.
Jika sudah tidak ada “aku”, maka yang tinggal hanyalah sebuah kesadaran.
Hanya ada Allah yang menggerakkan. Allah yang melakukan semua hal. Allah yang berkehendak.
Aku hanya sebuah kesadaran, hanya sebagai penyaksi.
Aku hanya melihat tubuhku, pikiranku, hatiku, semua Allah yang menggerakkan. SekehendakNya !
Semau-Nya Dia! Dia pemilik tunggal. Pemilik sah atas hati, pikiran, tubuh, bahkan ruh ini. Aku bukan siapa-siapa. I’m nothing !
Dari latihan itu aku dapat pemahaman baru dalam kehidupan sehari-hari. Mulai kurasakan bahwa tubuhku ternyata selalu tunduk, patuh pada-Nya. Tapi “sang aku” ini kadang patuh, kadang suka protes.
Aku dapat pemahaman begini :
Tubuhku = tubuh + aku
Pikiranku = pikiran + aku
Hatiku = hati + aku
Tubuh + Pikiran + Hati :
Semua tunduk patuh pada-Nya. Ini semua adalah alam, menyatu dengan alam. Sama dengan tanaman, hewan, bumi, matahari, dan lain-lain alam semesta ini tunduk pada aturan-Nya, pada sunatullah-Nya.
Aku :
Adalah ruh, sebuah kesadaran. Ruh yang berasal dari Ilahi. Namun Dia memberinya kehendak. Ketika kehendakku berbeda dengan kehendak-Nya maka masih ada protes, masih ada ketidaktundukan pada-Nya.
Aku + Ruh = Ruh ku.
Ketika Aku + Ruh menyatu, “aku” masih ada.
“Aku” yang menghadap Tuhan. “Aku” yang diberi hidayah. “Aku” yang berusaha. “Aku” yang menangis, “aku” yang tunduk. “Aku” yang berserah diri pada-Nya. “Aku” yang mukhlis.
Tapi ketika “aku” lepas dari Ruh. Hanya ada Ruh saja, maka “bersatu dengan Tuhan”. Bersatu dengan Allah.
Jika sudah tidak ada “aku”, maka yang tinggal hanyalah sebuah kesadaran.
Hanya ada Allah yang menggerakkan. Allah yang melakukan semua hal. Allah yang berkehendak.
Aku hanya sebuah kesadaran, hanya sebagai penyaksi.
Aku hanya melihat tubuhku, pikiranku, hatiku, semua Allah yang menggerakkan. SekehendakNya !
Semau-Nya Dia! Dia pemilik tunggal. Pemilik sah atas hati, pikiran, tubuh, bahkan ruh ini. Aku bukan siapa-siapa. I’m nothing !
My Lord
I love You so much
You are my everything
Aku tak bisa memalingkan wajahku dari-Mu
Kemanapun aku menghadap
di situ kulihat Engkau.
Biasanya aku datang menghadap pada-Mu
lalu Engkau menyambutku, meresponku.
Tapi kini,
Engkau yang datang duluan padaku,
sebelum aku menghadap pada-Mu.
Aku tidak tahu bagaimana menyambut-Mu
Semua begitu tiba-tiba.
Aku hanya menangis.
Tangisan bahagia. That’s all.
Aku tidak menyangka bahwa Engkau mencintaiku.
Ya allah, aku ingin mencintai-Mu
seperti Engkau mencintaiku.
You are my everything
Aku tak bisa memalingkan wajahku dari-Mu
Kemanapun aku menghadap
di situ kulihat Engkau.
Biasanya aku datang menghadap pada-Mu
lalu Engkau menyambutku, meresponku.
Tapi kini,
Engkau yang datang duluan padaku,
sebelum aku menghadap pada-Mu.
Aku tidak tahu bagaimana menyambut-Mu
Semua begitu tiba-tiba.
Aku hanya menangis.
Tangisan bahagia. That’s all.
Aku tidak menyangka bahwa Engkau mencintaiku.
Ya allah, aku ingin mencintai-Mu
seperti Engkau mencintaiku.
Jumat, 14 Juli 2006
Allah Menyambutmu, Lin!
Hari ini aku ingin langsung pulang, tapi kakiku digerakkannya menuju kost an temanku Lin. Disana ngga tahu kenapa kok aku bawaannya ngomongin Allah melulu. Lalu Lin cerita bahwa sebenarnya saat itu dia memang sedang merasa rindu pada Allah, tapi ngga tahu bagaimana caranya.
Dulu waktu jadi panitia ospek, dia pemandu acara renungan suci. Ternyata sebelum para peserta bermuhasabah, mendekat pada Tuhan, Lin sudah pingsan duluan. Teman-teman bilang dia kerasukan. Tapi Lin membantah. Dia hanya merasa ada sesuatu dalam dirinya yang ingin keluar dari tubuhnya, ingin menuju ke Allah. Hingga dia ngga kuat, dan pingsan. Mungkin itu adalah ‘sang aku’.
Tiba-tiba di tengah-tengah cerita, airmatanya mengalir deras. Lalu kusuruh dia sujud. Mengadukan semua perasaan yang ada di hati padaNya. Berdialog denganNya. Makin kenceng tangisannya. Tapi kemudian mereda.
Aku benar-benar ngga nyangka, bahwa baru sebentar kami sharing tentang pengalaman ruhani masing-masing, ternyata Allah sudah menyambutnya!
Ternyata Lin sangat dekat dengan Allah.
Kemudian Allah pun menyambutku. Saat itu kurasakan betapa Allah sangat menyayangi Lin, seperti sayangnya seorang ayah kepada anaknya.
Tapi lebih dari itu.
Dulu waktu jadi panitia ospek, dia pemandu acara renungan suci. Ternyata sebelum para peserta bermuhasabah, mendekat pada Tuhan, Lin sudah pingsan duluan. Teman-teman bilang dia kerasukan. Tapi Lin membantah. Dia hanya merasa ada sesuatu dalam dirinya yang ingin keluar dari tubuhnya, ingin menuju ke Allah. Hingga dia ngga kuat, dan pingsan. Mungkin itu adalah ‘sang aku’.
Tiba-tiba di tengah-tengah cerita, airmatanya mengalir deras. Lalu kusuruh dia sujud. Mengadukan semua perasaan yang ada di hati padaNya. Berdialog denganNya. Makin kenceng tangisannya. Tapi kemudian mereda.
Aku benar-benar ngga nyangka, bahwa baru sebentar kami sharing tentang pengalaman ruhani masing-masing, ternyata Allah sudah menyambutnya!
Ternyata Lin sangat dekat dengan Allah.
Kemudian Allah pun menyambutku. Saat itu kurasakan betapa Allah sangat menyayangi Lin, seperti sayangnya seorang ayah kepada anaknya.
Tapi lebih dari itu.
Rabu, 12 Juli 2006
Something Weird
Makin hari Allah makin tampak nyata.
So real ! Begitu nyata. Dia benar-benar ada!
Bahkan Dia 'berdialog' langsung denganku melalui shalat.
So amazing, but so confusing.
Bisa-bisa aku dibilang gila.
Tapi memang Allah itu ada! Tampak nyata di hadapanku.
Dulu aku hanya merasakan Allah itu dekat. Bisa mendengar suara hatiku. Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa Allah itu juga bisa ‘kulihat’, bisa ‘kudengar’, bahkan berdialog langsung denganku. Tentu saja aku tidak bisa melihat dengan mata kepalaku. Gunung saja hancur ketika itu, dan Nabi Musa pun pingsan.
Tentu saja cara Allah berkomunikasi tidak sama dengan cara makhluk. Tapi jelas sekali bahwa aku bisa menangkap apa yang ‘dikatakan’ Allah padaku. La shoutun wa la harfun. Tidak berupa suara dan tidak berupa kata-kata. Tapi aku paham.
Dulu bahasa Tuhan aku tangkap berupa pemahaman. Tapi kini bisa diterjemahkan oleh hatiku dengan kalimat-kalimat yang bisa kuulangi lagi.
So real ! Begitu nyata. Dia benar-benar ada!
Bahkan Dia 'berdialog' langsung denganku melalui shalat.
So amazing, but so confusing.
Bisa-bisa aku dibilang gila.
Tapi memang Allah itu ada! Tampak nyata di hadapanku.
Dulu aku hanya merasakan Allah itu dekat. Bisa mendengar suara hatiku. Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa Allah itu juga bisa ‘kulihat’, bisa ‘kudengar’, bahkan berdialog langsung denganku. Tentu saja aku tidak bisa melihat dengan mata kepalaku. Gunung saja hancur ketika itu, dan Nabi Musa pun pingsan.
Tentu saja cara Allah berkomunikasi tidak sama dengan cara makhluk. Tapi jelas sekali bahwa aku bisa menangkap apa yang ‘dikatakan’ Allah padaku. La shoutun wa la harfun. Tidak berupa suara dan tidak berupa kata-kata. Tapi aku paham.
Dulu bahasa Tuhan aku tangkap berupa pemahaman. Tapi kini bisa diterjemahkan oleh hatiku dengan kalimat-kalimat yang bisa kuulangi lagi.
Minggu, 09 Juli 2006
Apa Aku Sudah Gila..?
Siang itu kami cari tempat shalat di Mall Margo City. Di mushola kulihat ada gadis cantik berjilbab funky sedang bersiap-siap shalat Dzuhur. Dia mengajakku shalat berjamaah. Kami pun berjamaah.
Sejak rakaat pertama Dia sudah menyambutku. Saat itu aku dapat pemahaman yang kuterjemahkan begini : “Anak ini sedang ada masalah. Bilang sama dia untuk minta tolong hanya pada-Ku saja. “
Ada diberi pemahaman bahwa masalah yang dia hadapi begitu berat, jika dia tidak kuat maka dia akan melepaskan jilbabnya. Aku ngga tahu masalahnya apa. Mungkin berhubungan dengan pekerjaan atau orang tuanya.
Ntahlah aku tidak tahu, itu tadi apa. Apa itu dari setan, atau itu kata hatiku. Aku tidak tahu.
Pada saat sujud terakhir, tiba-tiba jilbabnya lepas. Aneh sekali, padahal sudah pakai peniti. Lalu setelah selesai shalat dia minta peniti padaku. Kemudian dirapikannya jilbabnya. Aku bilang padanya : “ Mbak, lagi punya masalah ya? “ “Ngga tuh.”
“Tadi disuruh Allah kalau ada masalah minta tolong ke Allah saja.”
Dengan wajah heran, mengira-ngira aku ini orang gila atau tidak, dia berkata “Thanks”
Setelah dia pergi, akupun terpingkal-pingkal dengan perilakuku tadi. Kok aku jadi paranormal begini? Apa aku ini sudah gila?
Kata temanku, lain kali kalau menyampaikan suatu pemahaman dari Allah, harus dengan cara yang cantik agar tidak dikira aneh. Dan agar tidak dikira mengaku-ngaku wali yang bisa mendengar suara Tuhan. Padahal sudah jelas sekali bahwa aku ini orang biasa, yang agamanya biasa saja, jauh dari sholeh dan sangat banyak kekurangannya.
Sejak rakaat pertama Dia sudah menyambutku. Saat itu aku dapat pemahaman yang kuterjemahkan begini : “Anak ini sedang ada masalah. Bilang sama dia untuk minta tolong hanya pada-Ku saja. “
Ada diberi pemahaman bahwa masalah yang dia hadapi begitu berat, jika dia tidak kuat maka dia akan melepaskan jilbabnya. Aku ngga tahu masalahnya apa. Mungkin berhubungan dengan pekerjaan atau orang tuanya.
Ntahlah aku tidak tahu, itu tadi apa. Apa itu dari setan, atau itu kata hatiku. Aku tidak tahu.
Pada saat sujud terakhir, tiba-tiba jilbabnya lepas. Aneh sekali, padahal sudah pakai peniti. Lalu setelah selesai shalat dia minta peniti padaku. Kemudian dirapikannya jilbabnya. Aku bilang padanya : “ Mbak, lagi punya masalah ya? “ “Ngga tuh.”
“Tadi disuruh Allah kalau ada masalah minta tolong ke Allah saja.”
Dengan wajah heran, mengira-ngira aku ini orang gila atau tidak, dia berkata “Thanks”
Setelah dia pergi, akupun terpingkal-pingkal dengan perilakuku tadi. Kok aku jadi paranormal begini? Apa aku ini sudah gila?
Kata temanku, lain kali kalau menyampaikan suatu pemahaman dari Allah, harus dengan cara yang cantik agar tidak dikira aneh. Dan agar tidak dikira mengaku-ngaku wali yang bisa mendengar suara Tuhan. Padahal sudah jelas sekali bahwa aku ini orang biasa, yang agamanya biasa saja, jauh dari sholeh dan sangat banyak kekurangannya.
Nebak Skor
Kami sharing hingga menjelang pagi. Sayup-sayup di luar ada yang menyalakan televisi. Aku baru ingat kalau pagi ini adalah saat Final Piala Dunia antara Prancis vs Italia. Aku ingat kata teman-temanku, biasanya kalau lagi olah spiritual, kita bisa nebak skor.
Iseng-iseng aku coba. Tampak banyak pemain bola yang berkaos biru. Lalu sekelebat muncul Zidane. Terus terang aku ngga ngikutin berita Piala Dunia selama ini. Jadi aku sama sekali ngga tahu kekuatan masing-masing team.
Tapi pemahaman yang kudapat adalah begini :
Yang menang adalah yang pakai kaos biru. Aku ngga tahu team mana yang pakai kaos biru.
Skornya 2:1 atau 5:3 I’m not sure.
Trus ngga tahu apa peran Zidane di situ.
Setelah itu kami shalat Subuh.
Pagi nganter teman ke Depok. Sore baru lihat pertandingan dari siaran ulang di televisi. Aku baru tahu kalau yang pakai kaos biru itu Itali, dan ternyata Itali yang menang. Lalu skor yang benar adalah 2:0. (Ya, bener dikit kan gak papa 5:3 kan sama dengan 2:0 he.he.) Lalu ternyata di final tersebut terjadi insiden Zidane kena kartu merah karena menanduk salah seorang pemain Itali (lupa namanya).
Ternyata tebakanku benar.
Ha..ha..ha... Aku ketawa ngakak. Antara percaya dan tidak percaya.
Aku mentertawakan keisenganku ini.
Iseng-iseng aku coba. Tampak banyak pemain bola yang berkaos biru. Lalu sekelebat muncul Zidane. Terus terang aku ngga ngikutin berita Piala Dunia selama ini. Jadi aku sama sekali ngga tahu kekuatan masing-masing team.
Tapi pemahaman yang kudapat adalah begini :
Yang menang adalah yang pakai kaos biru. Aku ngga tahu team mana yang pakai kaos biru.
Skornya 2:1 atau 5:3 I’m not sure.
Trus ngga tahu apa peran Zidane di situ.
Setelah itu kami shalat Subuh.
Pagi nganter teman ke Depok. Sore baru lihat pertandingan dari siaran ulang di televisi. Aku baru tahu kalau yang pakai kaos biru itu Itali, dan ternyata Itali yang menang. Lalu skor yang benar adalah 2:0. (Ya, bener dikit kan gak papa 5:3 kan sama dengan 2:0 he.he.) Lalu ternyata di final tersebut terjadi insiden Zidane kena kartu merah karena menanduk salah seorang pemain Itali (lupa namanya).
Ternyata tebakanku benar.
Ha..ha..ha... Aku ketawa ngakak. Antara percaya dan tidak percaya.
Aku mentertawakan keisenganku ini.
Sabtu, 08 Juli 2006
Ask Her !
Temanku masih penasaran kenapa sampai saat ini belum bisa nyambung. Akhirnya aku ajak shalat Isya’ berjamaah. Sama seperti waktu shalat berjamaah dengan Iin tadi siang, aku pun memposisikan diri menghadap pada-Nya. Kukatakan bahwa temanku ini sangat ingin nyambung pada-Nya.
Rakaat kedua Dia menyambut shalatku.
Lalu ada kata-kata yang sangat jelas dari dalam hatiku, tapi bukan dari aku. Bagiku itu adalah Bahasa Tuhan. Bukan suara, bukan kata-kata, tapi aku paham. Tapi kata salah satu trainer yang kutemui, itu adalah kata hatiku. Hati-hati, jangan-jangan itu dari nafs atau mungkin dari setan.
Ntahlah aku tidak tahu. Aku tidak mengerti. Aku benar-benar orang awam.
Aku hanya tahu bahwa Allah tidak bisu.
Tapi akhirnya tetap kuberitahukan pada temanku, apa yang kudapat saat shalat tadi. Benar atau tidak biarlah itu urusan Allah. Toh aku tidak menyesatkan dia. Kalau keterjemahkan apa yang kudapat tadi dengan memakai bahasaku begini :
“ Bilang sama dia, dia punya salah apa sama AKU. Suruh minta maaf dulu.”
Ketika aku katakan padanya, dia diam berpikir. Lalu evaluasi diri apa saja salah dia selama ini.
Aku shalat ba’da Isya. Tiba-tiba aku terbayang ayah temanku itu. Lalu kutanyakan padanya : “ Kamu punya salah apa pada ayahmu?”
Dzig!! Temanku kaget setengah mati. “Lho, kamu kok tahu?”
Ternyata hari itu temanku sedang bertengkar dengan ayahnya. Tapi dia tidak merasa itu salah, karena ayahnya yang telah menduakan ibunya. Jadi wajar kalau dia membela ibunya. Tapi dia jadi tahu bahwa itu tidak disukai Allah. Akhirnya dia bilang bahwa besok pagi dia akan minta maaf pada ayahnya.
Setelah itu kami lanjutkan lagi olah spiritual. Dan akhirnya temanku bisa nyambung.
Rakaat kedua Dia menyambut shalatku.
Lalu ada kata-kata yang sangat jelas dari dalam hatiku, tapi bukan dari aku. Bagiku itu adalah Bahasa Tuhan. Bukan suara, bukan kata-kata, tapi aku paham. Tapi kata salah satu trainer yang kutemui, itu adalah kata hatiku. Hati-hati, jangan-jangan itu dari nafs atau mungkin dari setan.
Ntahlah aku tidak tahu. Aku tidak mengerti. Aku benar-benar orang awam.
Aku hanya tahu bahwa Allah tidak bisu.
Tapi akhirnya tetap kuberitahukan pada temanku, apa yang kudapat saat shalat tadi. Benar atau tidak biarlah itu urusan Allah. Toh aku tidak menyesatkan dia. Kalau keterjemahkan apa yang kudapat tadi dengan memakai bahasaku begini :
“ Bilang sama dia, dia punya salah apa sama AKU. Suruh minta maaf dulu.”
Ketika aku katakan padanya, dia diam berpikir. Lalu evaluasi diri apa saja salah dia selama ini.
Aku shalat ba’da Isya. Tiba-tiba aku terbayang ayah temanku itu. Lalu kutanyakan padanya : “ Kamu punya salah apa pada ayahmu?”
Dzig!! Temanku kaget setengah mati. “Lho, kamu kok tahu?”
Ternyata hari itu temanku sedang bertengkar dengan ayahnya. Tapi dia tidak merasa itu salah, karena ayahnya yang telah menduakan ibunya. Jadi wajar kalau dia membela ibunya. Tapi dia jadi tahu bahwa itu tidak disukai Allah. Akhirnya dia bilang bahwa besok pagi dia akan minta maaf pada ayahnya.
Setelah itu kami lanjutkan lagi olah spiritual. Dan akhirnya temanku bisa nyambung.
Langganan:
Postingan (Atom)