Temanku masih penasaran kenapa sampai saat ini belum bisa nyambung. Akhirnya aku ajak shalat Isya’ berjamaah. Sama seperti waktu shalat berjamaah dengan Iin tadi siang, aku pun memposisikan diri menghadap pada-Nya. Kukatakan bahwa temanku ini sangat ingin nyambung pada-Nya.
Rakaat kedua Dia menyambut shalatku.
Lalu ada kata-kata yang sangat jelas dari dalam hatiku, tapi bukan dari aku. Bagiku itu adalah Bahasa Tuhan. Bukan suara, bukan kata-kata, tapi aku paham. Tapi kata salah satu trainer yang kutemui, itu adalah kata hatiku. Hati-hati, jangan-jangan itu dari nafs atau mungkin dari setan.
Ntahlah aku tidak tahu. Aku tidak mengerti. Aku benar-benar orang awam.
Aku hanya tahu bahwa Allah tidak bisu.
Tapi akhirnya tetap kuberitahukan pada temanku, apa yang kudapat saat shalat tadi. Benar atau tidak biarlah itu urusan Allah. Toh aku tidak menyesatkan dia. Kalau keterjemahkan apa yang kudapat tadi dengan memakai bahasaku begini :
“ Bilang sama dia, dia punya salah apa sama AKU. Suruh minta maaf dulu.”
Ketika aku katakan padanya, dia diam berpikir. Lalu evaluasi diri apa saja salah dia selama ini.
Aku shalat ba’da Isya. Tiba-tiba aku terbayang ayah temanku itu. Lalu kutanyakan padanya : “ Kamu punya salah apa pada ayahmu?”
Dzig!! Temanku kaget setengah mati. “Lho, kamu kok tahu?”
Ternyata hari itu temanku sedang bertengkar dengan ayahnya. Tapi dia tidak merasa itu salah, karena ayahnya yang telah menduakan ibunya. Jadi wajar kalau dia membela ibunya. Tapi dia jadi tahu bahwa itu tidak disukai Allah. Akhirnya dia bilang bahwa besok pagi dia akan minta maaf pada ayahnya.
Setelah itu kami lanjutkan lagi olah spiritual. Dan akhirnya temanku bisa nyambung.
Sabtu, 08 Juli 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar