Senin, 25 September 2006

Jalan Menuju Tuhan

Selama ini aku merenung, berpikir mengenai jalan menuju Tuhan. Mengapa jalan yang kutempuh bersama teman-teman begitu mudah dan cepat sampai ke Tuhan. Sementara beberapa orang harus berputar-putar dulu, melewati jalan yang sulit dan berliku , hingga akhirnya sampai juga ke Tuhan. Dari sebuah artikel dari orang yang sangat kuhormati, yang ruang spiritualnya sangat tinggi, aku memahami sesuatu.

Jalan menuju Tuhan sangat banyak, sejumlah nafas itu sendiri. Namun secara garis besar, ada 2 jalan yang ditempuh oleh para spiritualis. Pertama, adalah jalan yang berdasarkan dalil “Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” Jalan ini banyak ditempuh oleh sebagian ahli sufi, yang diadopsi dari para filosof Yunani. Cara ini banyak dipakai oleh para pencari murni, yang belum panduan sama sekali tentang Tuhan.

Tahapan yang dilalui mencari Tuhan adalah melalui tahapan mengenal diri dari segi wilayah-wilayah alam pada dirinya. Misalnya mengenali hatinya dan suasananya, pikiran, dan perasaannya, dan lain-lain sehingga dia bisa membedakan dari mana intuisi ini muncul. Apakah dari pikirannya, dari perasaannya, atau dari luar dirinya.

Namun cara ini terlalu lama, berputar-putar dulu untuk akhirnya ketemu Tuhan. Bahkan tak jarang ketika dalam perjalanan menuju Tuhan dia terlena ketika menemui alam-alam yang menakjubkan, dimana dia bisa melihat hal-hal yang kasyaf, hal-hal kesaktian, hingga dia lupa tujuan semula. Tapi jika dia kuat kepada Tuhannya, pastilah selamat sampai tujuan.

Jalan yang kedua adalah berdasar dalil : “Barang siapa yang mengenal Tuhannya maka ia akan mengenal dirinya”.
Jalan ini yang ditempuh oleh aku dan teman-teman dalam berspiritual. Yaitu dengan mengenal Tuhan langsung melalui apa yang dikatakan Allah sendiri dalam al Qur’an.
“Sesungguhnya Aku ini dekat, lebih dekat daripada urat leher.” “Sesungguhnya Aku meliputi alam semesta.”
“Akulah yang menurunkan hujan, Akulah yang menumbuhkan pohon, dst...”

Kita diperintahkan untuk memulai dengan dzikir (mengingat Allah), kemudian kita diperintahkan untuk mendekati-Nya. Allah sudah sangat dekat, sehingga kita tidak perlu mencarinya jauh-jauh melalui berbagai macam tingkatan alam-alam di luar sana. Tidak perlu memikirkannya, cukuplah jiwa ini mendekat secara langsung kepada Allah. Karena orang yang telah berjumpa alam-alam belum tentu tunduk kepada Allah, karena alam di sana tidak ada bedanya dengan alam dunia ini, semua adalah ciptaan-Nya.

Islam mengajarkan dalam mencari Tuhan, telah diberi jalan yang termudah. Hal ini telah ditunjukkan oleh-Nya bahwa Dia sangat dekat. Dan bahwa “Barangsiapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.” (QS Al Ankabut 69).
Ayat-ayat ini membuktikan dalam mendekatkan diri pada Allah tidak perlu melalui proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang ditemukan oleh kaum filsafat atau ahli spiritual di luar Islam, karena mereka dalam perjalanannya harus melalui tahapan-tahapan alam-alam. Islam dalam menemui Tuhannya haruslah memfanakan, maniadakan alam-alam selain Allah dengan konsep Laa ilaaha illallah. Tidak ada illah selain Allah. Laa haula wala quwwata illa billah. Tidak ada daya dan kekuatan selain Allah..

Tidak ada komentar: