Kamis, 14 September 2006

Gelas Kosong

Kemarin temanku cerita tentang bahwa kita bisa berguru kepada Allah dengan cara nyambung dulu ke Allah, lalu memposisikan diri sebagai botol kosong. Dan kemudian biarkan Allah mengisinya dengan ilmu-ilmu yang sangat banyak. Benar-benar berguru pada Allah. Tidak melalui buku-buku literatur. Ilmu ladunni. Langsung dari Allah!

Guruku di Banyuwangi yang sangat tawadlu' (yang pertama kali mengajarkan cara nyambung jke Allah) juga mengatakan, bahwa jika ingin mendapat ilmu dari Allah, maka caranya : masukkan semua buku-buku ke dalam lemari. Lalu dikunci. Kuncinya buang ke laut. Sehingga di hadapan Allah, kita ngga membawa ilmu apapun. Benar-benar nol. Seperti kertas kosong, yang siap ditulisi olehNya. Ekstrem banget ya? Banyak orang yang tidak setuju dengan hal ini. Tapi aku ingin membuktikannya sendiri.

Malam ini di tengah acara pengajian umum, aku coba. Di acara majlis ilmu seperti inilah, energi ruhani begitu kuat, sehingga sangat mudah nyambung ke Allah. Meski aku tidak tahu caranya, aku ngawur saja, aku coba memposisikan diri sebagai gelas kosong. Entah kenapa aku menyebut gelas kosong, bukan botol kosong. Mungkin karena ada buku bagus judulnya ‘Setengah Isi Setengah Kosong”.

Selama ini entah darimana datangnya aku punya pikiran begini, bahwa alangkah lebih baiknya jika gelas itu kosong. Sehingga ketika diisi dengan air, maka akan banyak air yang masuk. Tapi jika ada isinya, maka air itu akan tumpah.

Maka aku posisikan diriku, nol. Kosong. Gelas kosong, siap diisi ilmuNya. Sementara aku terus menjaga kesadaranku tetap ‘nyambung’ ke Allah. Hasilnya? Luar biasa, aku diberiNya banyak pemahaman malam itu. Derr..! Derr...! Ada sekitar 5 atau 6 pemahaman tanpa melalui buku literatur, tanpa melalui ceramah ustad. Paham begitu saja.

Pertama tentang kearifan. Bahwa begitu banyak jalan menuju Tuhan sehingga tidak seharusnya kita sesama muslim saling menyalahkan.

Kedua tentang Allah menurunkan Rahman RahimNya melalui kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

Ketiga tentang Allahlah yang menggenggam segala urusan mahklukNya. Dia mengurus mereka, per individu, setiap saat, tanpa berhenti.

Keempat tentang Allahlah sumber penggerak. Bahwa ada banyak gerak, tapi satu sumber yang menggerakkan. Allah.

Kelima tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim yang baik, yang mengemban amanah sebagai khalifah di bumi. Bukan hanya sibuk ibadah ritual, tapi meninggalkan kewajibannya di dunia. Begitupun sebaliknya. Proposional seperti apa yang diharapkan Allah.

Keenam tentang syahadat. Bahwa kita bersyahadat minimal 9 kali setiap hari, melalui bacaan ketika duduk tasyahud sewaktu shalat. Itu cara Allah memurnikan kembali syahadat kita, setelah berulangkali kita langgar.

Tidak ada komentar: