Ketika shalat Maghrib barusan, setelah sejak siang bergulat dengan tawar menawar kehendak dengan-Nya, betapa ngototnya aku minta agar teman-temanku dikasih rasa nyambung, akhirnya aku diberi pemahaman tentang syarat yang harus dipenuhi agar bisa ‘nyambung’ dengan Allah setiap saat.
Adapun syarat itu adalah sebagai berikut :
1. Dia haruslah seorang pencari Tuhan
Jika dia ikut hanya karena diajak teman, atau sekedar ingin tahu, maka dia tidak akan bisa nyambung dengan Allah. Boleh jadi dia sudah kenal Allah. Dalam kehidupan sehari-hari dia sudah merasakan kehadiran-Nya, tapi belum tahu bagaimana cara menghadap. Biasanya orang seperti ini lebih mudah ‘nyambung’.
Atau dia sudah sangat istiqamah dalam melakukan ritual ibadah, tapi dia belum bisa merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari kecuali ketika ditimpa musibah saja. Jika dia benar-benar pencari Tuhan, maka orang seperti ini pun akan mudah ‘nyambung’. Dia akan memperkenalkan Diri-Nya. Dan akan Dia buka hijab-Nya, sehingga para pencari Tuhan ini mampu ‘melihat-Nya’ dan merasakan kehadiran-Nya setiap saat.
2. Sungguh-sungguh.
Jika kita menunjukkan kesungguhan dan kegigihan kita, maka Allah akan memberikan rasa ‘nyambung’ itu. Kesungguhan itu ditunjukkan dengan memprioritaskan Allah di atas segalanya. Menomorsatukan pertemuan dengan-Nya dibandingkan dengan hal lainnya. “Barangsiapa mendekat padaku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya sedepa. Barangsiapa mendekat pada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekat padanya dengan berlari.”
3. Ikut maunya Allah
Samakan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Ikut maunya Allah, tanpa protes sedikitpun. Mau dikasih berapapun alhamdulillah. Dibikin sakit atau sehat, kaya atau miskin, naik atau turun, diangkat atau dijatuhkan, diberi musibah atau karunia, tidak masalah. Sama saja, semua adalah kehendak-Nya. Yakinlah bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Ikuti apapun kehendak-Nya.
Jika kita merasa kecewa, maka itu tanda bahwa kita belum mengikuti kehendak-Nya.Kecewa muncul ketika apa yang kita harapkan (kehendak kita) tidak sesuai dengan kenyataan (kehendak-Nya). Cara yang dianjurkan oleh banyak ulama adalah dengan mencari hikmah di balik semua kejadian, mencari 1001 alasan untuk menemukan hikmah dari kejadian yang menimpa kita. Atau memakai istilah orang Barat positif thinking.
4. Merasa nothing di hadapan-Nya.
Jika kita sudah sungguh-sungguh, tapi masih juga sulit nyambung, maka evaluasi diri lagi. Mungkin masih ada sedikit rasa ‘aku bisa’ di hadapan-Nya. Aku bisa, aku mampu, dengan usahaku sendiri. Sedikit saja kesombongan, walau hanya sebesar dzarrah pun mempunyai efek susah nyambung.
Dia minta kita membuktikan bahwa “La haula wa la quwwata illa bil laahil ‘aliyyil ‘adziim.” Bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan kekuatan dan dayaMu , ya Allah. Bahwa jika tanpa pertolonganMu, aku tidak bisa nyambung, aku tidak bisa khusyu’. Kita datang pada-Nya dengan kondisi nol. Tidak punya apa-apa. Semua adalah milik-Nya. Kembalikan pada-Nya. Kita hina di hadapan-Nya. We are nothing.
Makin menghinakan diri, makin menunjukkan kelemahan kita di hadapan Allah, maka makin diberi kemudahan untuk ‘nyambung’ pada-Nya. Sangat wajar bahkan merupakan keharusan untuk menghinakan diri kita di hadapan Sang Khaliq, Sang Pencipta kita. Tapi lain hal nya ketika berhadapan dengan makhluk, yang notabene sama-sama hina di hadapan Allah. Karena hanya Allahlah tempat segala kemuliaan itu.
Di antara ke empat syarat di atas, maka syarat paling utama adalah yang pertama yaitu: dia haruslah seorang pencari Tuhan. Karena dengan modal inilah, dia tidak akan bosan datang pada-Nya. Walaupun tidak dikasih nyambung, dia akan terus datang. Dia akan terus berusaha menemukan-Nya. Tidak perduli bagaimana Allah memperlakukan dia, apakah Allah mau menemui-Nya atau tidak, dia akan terus datang menghadap. Terus menerus mengetuk pintu-Nya, meski Dia belum berkenan membukakan pintu-Nya. Dia begitu rindu ingin bertemu dengan-Nya.
Biasanya orang seperti inilah yang diberi nyambung oleh-Nya, terus menerus. Mungkin di awal-awal Dia kan menguji kesungguhannya. Adakalanya Dia tidak membukakan pintu-Nya dengan mudah, Dia sengaja mempersulitnya. Dia ingin meng-nol-kan orang ini. Seolah Dia berkata :
‘Aku ingin melihat seberapa sungguh-sungguhnya engkau ingin menemuiku. Aku ingin engkau menyadari bahwa bukan karena usahamu, kamu bisa menemukan-Ku. Tapi karena rahmat-Ku lah, engkau bisa menemuiKu. Karena Aku kasihan padamu, Aku sayang padamu, dan karena Au berkehendak untuk memperkenalkan Diri-Ku padamu.”
Minggu, 24 September 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar