Sekian lama aku dilanda kegalauan. Kenapa aku mulai merasa paling benar sendiri dengan adanya olah spiritual ini. Kupikir ini adalah jalan yang paling mudah dan paling cepat menuju Tuhan. Sehingga ini adalah jalan yang paling benar. Aku tidak suka punya pikiran seperti ini. Mana kearifan itu? Bukankah puncak orang berspiritual adalah kearifan?
Karena Allah Maha Arif, maka seharusnya sifat itu juga diturunkan. Maka akupun berdoa, meminta padaNya agar diberi kearifan itu.
Allah menjawab doaku. Malam ini di tengah pengajian yang membludak, kudapatkan itu. Sewaktu aku memposisikan diri sebagai gelas kosong. Allah memberiku pemahaman tentang kearifan.
Allah mengajarkan padaku bahwa banyak jalan menuju Tuhan. Masing-masing jalan spesifik, cocok dengan beberapa orang tertentu. Tiap orang berbeda. Ada yang cocok dengan Aa Gym, Arifin Ilham, UJ, Ary Ginanjar, NU, Muhammadiyah, Persis, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, MMI, FPI, dst. Masing-masing punya spesifikasi. Cara Allah mengenalkan diriNya berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan watak seseorang. Karena tiap manusia diciptakan unik. Tidak ada yang sama.
Ada yang melalui aliran garis keras dulu, baru kemudian Allah menuntunnya ke arah yang lebih bijak. Ada yang muter-muter dulu, baru ketemu Allah. Macam-macam jalan. Sah-sah saja selama menuju ke Tuhan.
Jalan menuju Tuhan melalui cara olah spiritual atau latihan sambung rasa dengan Tuhan, bagiku memang cara yang sangat mudah dan sangat cepat. Hampir tak ada rintangan berarti. Seperti jalan tol.
Tapi cara ini tidak semua orang cocok. Bagi sebagian orang cara ini belum bisa diterima, justru karena saking mudahnya. Kebanyakan orang berpendapat bahwa makin sulit jalannya, maka hasilnya makin luar biasa. Kalau caranya mudah, pasti hasilnya instan, ngga dalem. Ecek-ecek. Padahal berdasarkan pengalamanku, itu tidak benar. Tapi ya itu tadi, Allah mengajarkan padaku bahwa tiap manusia berbeda. Sehingga aku tidak boleh memaksakan kehendak.
Aku tidak boleh merasa paling benar, agar aku tidak gampang menyalahkan orang lain. Tapi aku harus merasa jalanku benar, agar aku mantap dalam melangkah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar