“Ya Allah, kalau lailatul qodar terlalu mulia buat kami yang hina ini, maka beri kami apa saja yang membuatMU ridlo. Beri kami apa saka asal Engkau ridlo pada kami.”
Itu doa Aa Gym semalam. Sangat berkesan bagiku. Begini ceritanya.
Aku sedang mengejar ingin dapat lailatul qadar. Jadi 10 hari terakhir aku berusaha itikaf di masjid dan memperbanyak ibadah. Terus terang aku juga tidak tahu tanda-tanda lailatul qadar itu bagaimana. Hanya saja sejak sore kemarin aku merasakan suasananya lain. Energi ruhaninya begitu kuat. Ketika kutanyakan pada temanku, dia juga merasakan hal yang sama. Begitu mudah nyambung. Lalu beberapa teman ku sms dan mengiyakan, bahwa malam itu berbeda. Jadi mungkin saja malam itu adalah malam lailatul qadar.
Dengan semangat pergi ke masjid itikaf dengan sungguh-sungguh. Tapi aku kok ngga nyambung-nyambung ya? Padahal dari sore nyambung terus. Ini kenapa ya? Lalu saat muhasabah Aa Gym aku masih juga belum bisa nyambung. Ketika sudah sekian lama muhasabah, aku masih juga merasa garing.
Tapi ketika beliau mengucapkan doa tersebut di atas, tiba-tiba aku merasakan sambutanNYA. Dan banyak peserta itikaf yang akhirnya menangis tersedu-sedu. Dahsyat sekali doa itu. Ada kepasrahan di situ.
Tidak memaksakan kehendak.
Diakui atau tidak, aku pengen banget dapat lailatul qadar. Sebab aku ingin ada perubahan, ingin mendapatkan lompatan spiritual dalam hidupku. Jadi ketika di 10 hari terakhir Ramadhan dikasih garing, bisa nyambung sedikit tapi ngga dalem dan sebentar, maka pengennya diganti harus dapat lailatul qadar. Agar setahun ke depan aku dituntun oleh Allah dalam beribadah dan menjalani kehidupan ini dalam ketaatan padaNYA. Aku gusar kenapa tidak diberi khusyu’. Bersungguh-sungguh itu bagus, tapi ini sudah kebablasan. Aku memaksakan kehendak. Justru ketika kita ngotot, memaksakan kehendak, Allah tidak suka.
Tapi alhamdulillah,.. akhirnya aku menyadari kesalahanku. Dan ketika diberi nyambung saat ini, rasanya luar biasa dahsyat. Terima kasih Aa Gym yang telah menjadi media Allah untuk memilih kata-kata yang begitu tepat, hingga bisa membuatku menyadari kesalahanku dan akhirnya bisa nyambung ke Allah lagi. Terima kasih, Allah.
Jumat, 20 Oktober 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar