Setelah semalam mengalami banyak hal baru, maka pagi ini aku mengalami lagi sesuatu yang baru. Aku ‘melihat’-Nya!
Dia benar-benar tampak! He is so real!
Sama seperti ketika aku melihat angin. Aku bisa lihat ada angin menerbangkan debu dan dedaunan. Aku bisa lihat angin, melalui debu yang beterbangan. Tapi aku tidak bisa lihat bentuk angin, aku tidak bisa lihat warna angin. Meski demikian aku bisa dengan jelas mengatakan bahwa aku melihat angin.
Ya, sama seperti itu. Aku ‘melihat’-Nya, sangat jelas, melalui apa saja yang ada di sekitarku. Sangat jelas. Bergidik rasanya waktu itu. Bagaimana mungkin tidak beriman pada-Nya, sedangkan Dia terlihat dengan sangat jelas. Bagaimana mungkin orang berani berbuat maksiat, sedangkan Dia terlihat jelas bersama kita selalu.
Benar-benar aku merasakan kehadiran-Nya.
Rasanya seperti sedang berhadapan dengan penguasa, dengan Presiden. Rasanya aku ngga ada apa-apanya. Sungkan. Hormat. Tidak berani berbuat macam-macam. Sayang, hanya sejam aku merasakan hal itu.
Terima kasih, ya Allah.
Karena telah mengenalkan asma-Mu Adz-Dzohir (Yang Maha Tampak)
Minggu, 30 April 2006
Sabtu, 29 April 2006
Air Memanggil
Saat itu aku lagi asyik sharing dengan temanku. Tiba-tiba terdengar nyaring bunyi air mancur di kolam kecil di belakangku, hingga aku tertarik untuk melihatnya. Seolah air itu memanggilku. Tapi aku cuekin aja.
Ah, ini hanya perasaanku saja.
Kemudian kami lanjutkan lagi pembicaraan kami.
Sekali lagi suara air mancur itu begitu nyaring, seolah ingin menarik perhatianku. Aku pun menoleh. Lalu iseng kuangkat telunjukku mengarah ke air mancur itu. Kubilang: “Berhenti!” Pelan-pelan air mancur itu berhenti. Amazing!
Tapi kuanggap itu kebetulan belaka. Lalu kami lanjutkan lagi pembicaraan.
Sekali lagi air mancur itu terdengar nyaring, lebih nyaring daripada waktu pertama kali. Akhirnya aku mulai paham bahwa air itu sedang memanggilku!
Kudatangi air kolam itu, kumasukkan tanganku sambil membelai air itu. Aku tanya : “Ada apa?”
Tiba-tiba terasa bahwa air itu ingin menyampaikan padaku bahwa dia sayang padaku. Aku terharu. Lalu seolah dia memintaku untuk wudlu di situ. Akupun wudlu diiringi deraian air mata. Entahlah, aku tidak tahu apa maksud dari kejadian ini. Yang jelas sekarang aku merasakan bahwa air itu hidup!
Belakangan aku baru tahu ada beberapa hikmah di balik kejadian ini. Pertama, 2 hari kemudian ketika di masjid, saat salam di akhir shalat dhuhur, tiba-tiba aku merasa sayang pada orang-orang di sekitarku itu karena sayang pada air yang ada di tubuh mereka. Manusia terdiri dari 70% air. Hikmahnya aku jadi mudah sayang pada semua manusia, karena di dalam tubuh mereka terdapat air yang menyayangiku.
Kedua, 2 minggu kemudian temanku cerita padaku bahwa di kolam tersebut tadinya seringkali ikan yang ada di situ mati. Dari 20 ekor yang dipelihara tinggal 5 ekor. Anehnya sejak peristiwa malam itu, tidak ada satupun ikan yang mati. Semula dia kira karena airnya yang sekarang, cocok untuk ikan. Komposisinya sudah bagus, sehingga tidak berani ganti air. Tapi kemudian dia mulai paham bahwa air itu jadi cocok buat ikan setelah peristiwa malam itu. Akhirnya dia berani mengganti air kolam dengan air yang baru, lalu dia melakukan hal yang sama pada air yang baru ini. Yaitu dengan membelai air itu dan mengatakan bahwa dia menyayangi air itu.
Ketiga, aku seperti disadarkan bahwa selama ini aku kurang minum. Air itu ingin agar dia berada di tubuhku, agar aku minum yang banyak. Dan memang harus kuakui bahwa aku kurang minum.
Itulah kisahku tentang air, yang memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Masaru Emoto dalam bukunya The True Power of Water itu. Bahwa air ternyata bisa merespon kita.
Ah, ini hanya perasaanku saja.
Kemudian kami lanjutkan lagi pembicaraan kami.
Sekali lagi suara air mancur itu begitu nyaring, seolah ingin menarik perhatianku. Aku pun menoleh. Lalu iseng kuangkat telunjukku mengarah ke air mancur itu. Kubilang: “Berhenti!” Pelan-pelan air mancur itu berhenti. Amazing!
Tapi kuanggap itu kebetulan belaka. Lalu kami lanjutkan lagi pembicaraan.
Sekali lagi air mancur itu terdengar nyaring, lebih nyaring daripada waktu pertama kali. Akhirnya aku mulai paham bahwa air itu sedang memanggilku!
Kudatangi air kolam itu, kumasukkan tanganku sambil membelai air itu. Aku tanya : “Ada apa?”
Tiba-tiba terasa bahwa air itu ingin menyampaikan padaku bahwa dia sayang padaku. Aku terharu. Lalu seolah dia memintaku untuk wudlu di situ. Akupun wudlu diiringi deraian air mata. Entahlah, aku tidak tahu apa maksud dari kejadian ini. Yang jelas sekarang aku merasakan bahwa air itu hidup!
Belakangan aku baru tahu ada beberapa hikmah di balik kejadian ini. Pertama, 2 hari kemudian ketika di masjid, saat salam di akhir shalat dhuhur, tiba-tiba aku merasa sayang pada orang-orang di sekitarku itu karena sayang pada air yang ada di tubuh mereka. Manusia terdiri dari 70% air. Hikmahnya aku jadi mudah sayang pada semua manusia, karena di dalam tubuh mereka terdapat air yang menyayangiku.
Kedua, 2 minggu kemudian temanku cerita padaku bahwa di kolam tersebut tadinya seringkali ikan yang ada di situ mati. Dari 20 ekor yang dipelihara tinggal 5 ekor. Anehnya sejak peristiwa malam itu, tidak ada satupun ikan yang mati. Semula dia kira karena airnya yang sekarang, cocok untuk ikan. Komposisinya sudah bagus, sehingga tidak berani ganti air. Tapi kemudian dia mulai paham bahwa air itu jadi cocok buat ikan setelah peristiwa malam itu. Akhirnya dia berani mengganti air kolam dengan air yang baru, lalu dia melakukan hal yang sama pada air yang baru ini. Yaitu dengan membelai air itu dan mengatakan bahwa dia menyayangi air itu.
Ketiga, aku seperti disadarkan bahwa selama ini aku kurang minum. Air itu ingin agar dia berada di tubuhku, agar aku minum yang banyak. Dan memang harus kuakui bahwa aku kurang minum.
Itulah kisahku tentang air, yang memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Masaru Emoto dalam bukunya The True Power of Water itu. Bahwa air ternyata bisa merespon kita.
He Loves You, My Friend !
Malam ini temanku minta diajari patrap. Meski aku juga belum bisa, tapi harus disampaikan. Jam 20.00 di depan teras, kami berdua sharing. Lalu diskusi, membicarakan tentang Allah. Ternyata sangat mengasyikkan, hingga lupa waktu. Jam 12.30 kami mulai latihan. Ketika patrap, kurasakan Dia mulai menyambutku. Tiba-tiba aku merasakan Allah amat sayang pada temanku. Begitu kuat perasaan itu.
Lalu seperti ada yang menyuruh, tanganku memeluknya, mengatakan betapa Allah sangat sayang padanya. Mengatakan padanya agar jangan pernah menyerah meski saat olah spiritual dia belum merasakan sambutan-Nya.
Temanku yang dari tadi merasa ‘garing’, tiba-tiba tak kuasa menahan tangis. Dia bilang bahwa dia juga merasakan Allah sedang menyayanginya. Dan dia ingin memeluk Allah, akhirnya dia peluk aku. Ya, saat ini Allah sedang menggunakan tubuhku, hatiku, pikiranku, untuk menyampaikan bahasa-Nya. Bahasa Tuhan. Tidak berupa suara, tidak berupa kata-kata, tapi kita paham.
Lalu seperti ada yang menyuruh, tanganku memeluknya, mengatakan betapa Allah sangat sayang padanya. Mengatakan padanya agar jangan pernah menyerah meski saat olah spiritual dia belum merasakan sambutan-Nya.
Temanku yang dari tadi merasa ‘garing’, tiba-tiba tak kuasa menahan tangis. Dia bilang bahwa dia juga merasakan Allah sedang menyayanginya. Dan dia ingin memeluk Allah, akhirnya dia peluk aku. Ya, saat ini Allah sedang menggunakan tubuhku, hatiku, pikiranku, untuk menyampaikan bahasa-Nya. Bahasa Tuhan. Tidak berupa suara, tidak berupa kata-kata, tapi kita paham.
Selasa, 25 April 2006
Kok Jadi Malas Begini?
Sekarang kok aku dikasih rasa malas. Kenapa ya?
Padahal kemarin tidak ada yang namanya malas. Semua kulakukan dengan semangat 45. Full energy. Aku sangat sibuk. Seluruh waktu terisi penuh dengan aktivitas yang bermanfaat.
Tapi kini, aku diberi rasa malas.
Mungkinkah karena aku mengeluh bilang capek padaMu?
Ya. Aku ingat beberapa hari yang lalu aku mengeluh padaNya.
Aku bilang bahwa aku kecapekan mengikuti ritme yang dikehendakiNya.
Dan ini hasilnya. Aku diberi rasa malas beraktivitas.
Sehingga aku punya banyak waktu luang.
Maaf, ya Allah. Saya ngga akan mengeluh lagi.
Diberi rasa malas itu ternyata sangat tidak enak.
Padahal kemarin tidak ada yang namanya malas. Semua kulakukan dengan semangat 45. Full energy. Aku sangat sibuk. Seluruh waktu terisi penuh dengan aktivitas yang bermanfaat.
Tapi kini, aku diberi rasa malas.
Mungkinkah karena aku mengeluh bilang capek padaMu?
Ya. Aku ingat beberapa hari yang lalu aku mengeluh padaNya.
Aku bilang bahwa aku kecapekan mengikuti ritme yang dikehendakiNya.
Dan ini hasilnya. Aku diberi rasa malas beraktivitas.
Sehingga aku punya banyak waktu luang.
Maaf, ya Allah. Saya ngga akan mengeluh lagi.
Diberi rasa malas itu ternyata sangat tidak enak.
Senin, 24 April 2006
Shalat Tidak Merem Lagi
Akhirnya Allah menganugerahkan khusyu' dengan mata melek, tidak terpejam lagi. Dulu kalau mau khusyu’ caranya mula-mula aku berada di kesadaran sang ‘aku’. Lalu menghadap ke Allah, tapi dengan memejamkan mata. Jika melek pasti aku terganggu dengan apapun yang kulihat.
Tapi kini justru dengan memejamkan mata, malah aneh. Rasanya kok tidak sopan. Seolah-olah aku sedang berhadapan dengan Sang Raja tapi malah memejamkan mata. Padahal Sang Raja ada di depanku. Benar-benar shalat khusyu’ yang nikmat.
Aku baru ‘ngeh’ apa kata pemateri kemarin. Beliau bilang kalau kita sudah tahu kemana kita menghadap dan tahu dimana Dia berada, maka shalat tidak perlu memejamkan mata lagi.
Ibarat belajar naik sepeda, di awal-awal kita masih pakai satu kaki di tanah, satu kaki di pedal. Tapi jika kita sudah mahir maka kedua kaki diletakkan di atas pedal, lalu mengayuh. Naik sepedapun lama kelamaan sudah tidak perlu mikir lagi, sudha otomatis saja.
Begitu juga dengan shalat khusyu. Awalnya rata-rata memejamkan mata dulu. Karena penglihatan ini sangat mengganggu. Tapi lama kelamaan, bisa shalat khusyu’ dengan mata melek.
Tapi kini justru dengan memejamkan mata, malah aneh. Rasanya kok tidak sopan. Seolah-olah aku sedang berhadapan dengan Sang Raja tapi malah memejamkan mata. Padahal Sang Raja ada di depanku. Benar-benar shalat khusyu’ yang nikmat.
Aku baru ‘ngeh’ apa kata pemateri kemarin. Beliau bilang kalau kita sudah tahu kemana kita menghadap dan tahu dimana Dia berada, maka shalat tidak perlu memejamkan mata lagi.
Ibarat belajar naik sepeda, di awal-awal kita masih pakai satu kaki di tanah, satu kaki di pedal. Tapi jika kita sudah mahir maka kedua kaki diletakkan di atas pedal, lalu mengayuh. Naik sepedapun lama kelamaan sudah tidak perlu mikir lagi, sudha otomatis saja.
Begitu juga dengan shalat khusyu. Awalnya rata-rata memejamkan mata dulu. Karena penglihatan ini sangat mengganggu. Tapi lama kelamaan, bisa shalat khusyu’ dengan mata melek.
Selasa, 18 April 2006
Bersandar ke Yang Maha Sibuk
Capek banget. Aku ingin istirahat.
I want to take a rest for a while. I’m so tired.
Kupikir dengan tidak kerja di kantor yang terikat waktu dan memilih jadi entrepeneur, membuat aku lebih banyak waktu luang.
Tidak berada dalam kesibukan. Ternyata tidak. Tiap hari aku selalu dalam kesibukan. Selalu ada yang dikerjakan. Kadang aku ingin seperti teman-teman lainnya yang punya banyak waktu luang hingga bingung mau ngerjain apa.
Setelah aku merasakan bahwa hanya Allah yang menggerakkan dan aku sebenarnya hanya diam saja, kukira itu akan membuatku jadi pemalas.
Diam saja, hanya menunggu takdirNya.
Tapi ternyata tidak. Ketika aku ikut Allah, aku ikut kehendakNya, aku nempel padaNya, maka Dia membuatku sibuk. Sibuk dengan aktifitas yang bermanfaat. Karena Dia Maha Sibuk. Setiap hari Dia dalam kesibukan.
I want to take a rest for a while. I’m so tired.
Kupikir dengan tidak kerja di kantor yang terikat waktu dan memilih jadi entrepeneur, membuat aku lebih banyak waktu luang.
Tidak berada dalam kesibukan. Ternyata tidak. Tiap hari aku selalu dalam kesibukan. Selalu ada yang dikerjakan. Kadang aku ingin seperti teman-teman lainnya yang punya banyak waktu luang hingga bingung mau ngerjain apa.
Setelah aku merasakan bahwa hanya Allah yang menggerakkan dan aku sebenarnya hanya diam saja, kukira itu akan membuatku jadi pemalas.
Diam saja, hanya menunggu takdirNya.
Tapi ternyata tidak. Ketika aku ikut Allah, aku ikut kehendakNya, aku nempel padaNya, maka Dia membuatku sibuk. Sibuk dengan aktifitas yang bermanfaat. Karena Dia Maha Sibuk. Setiap hari Dia dalam kesibukan.
Sekarang DIA yang Datang Duluan !
Selama ini setiap kali olah spiritual, yang kulakukan adalah aku menyengaja menghadap padaNya. Berikutnya Dia menyambutku.
Tapi hari ini kebalikannya. Dia menyambutku duluan!
Padahal aku belum menyengaja menghadap padaNya.
Aku jadi bingung bagaimana bersikap.
Dia yang datang padaku, lalu bagaimana aku harus menyambutNya?
Bayangin, lagi di angkot, berangkat kuliah, tiba-tiba saja terasa Derr...! Suasananya seperti ketika Dia menyambutku saat olah spiritual atau saat shalat. Lalu tiba-tiba airmataku mengalir deras.
Aduh, bagaimana ini? Malu dilihat orang.
Lalu saat jalan kaki pulang kuliah, kurasakan lagi sambutan Nya. Meskipun kelihatan aneh, suka tiba-tiba nangis, padahal aku sedang tidak punya masalah, tapi aku cuek saja. Karena ternyata di situlah kutemukan kedamaian. Hanya saja aku sudah mulai bisa menahan tangis sehingga tidak menarik perhatian orang.
Aku bahagia sekali, karena ternyata justru Dia sekarang yang datang duluan padaku.
Tapi hari ini kebalikannya. Dia menyambutku duluan!
Padahal aku belum menyengaja menghadap padaNya.
Aku jadi bingung bagaimana bersikap.
Dia yang datang padaku, lalu bagaimana aku harus menyambutNya?
Bayangin, lagi di angkot, berangkat kuliah, tiba-tiba saja terasa Derr...! Suasananya seperti ketika Dia menyambutku saat olah spiritual atau saat shalat. Lalu tiba-tiba airmataku mengalir deras.
Aduh, bagaimana ini? Malu dilihat orang.
Lalu saat jalan kaki pulang kuliah, kurasakan lagi sambutan Nya. Meskipun kelihatan aneh, suka tiba-tiba nangis, padahal aku sedang tidak punya masalah, tapi aku cuek saja. Karena ternyata di situlah kutemukan kedamaian. Hanya saja aku sudah mulai bisa menahan tangis sehingga tidak menarik perhatian orang.
Aku bahagia sekali, karena ternyata justru Dia sekarang yang datang duluan padaku.
Senin, 17 April 2006
Matahari Untukku
Pagi ini, sinar matahari begitu melimpah. Menerobos pintu kamarku, menyinari seluruh sudut-sudutnya. Hingga terang benderang.
Sangat menyenangkan.
Seolah matahari ini diciptakan HANYA untukku.
Ya Allah, terimakasih atas nikmat sinar matahari yang sangat melimpah pagi ini. Saya sangat menyukainya.
Seolah melalui sinar matahari Engkau melimpahkan cintaMu padaku.
Terima kasih, ya Allah. Engkau masih sayang padaku meskipun kemarin aku sudah ucapkan sumpah serapah padaMu.
Aku akan berusaha ridlo dengan apapun ketentuanMu, asal Engkau membantu saya untuk menimbulkan rasa ridlo di hatiku, maka saya pasti bisa.
Tapi kalau Engkau serahkan pada kehendakku, pasti aku tidak sanggup.
Sangat menyenangkan.
Seolah matahari ini diciptakan HANYA untukku.
Ya Allah, terimakasih atas nikmat sinar matahari yang sangat melimpah pagi ini. Saya sangat menyukainya.
Seolah melalui sinar matahari Engkau melimpahkan cintaMu padaku.
Terima kasih, ya Allah. Engkau masih sayang padaku meskipun kemarin aku sudah ucapkan sumpah serapah padaMu.
Aku akan berusaha ridlo dengan apapun ketentuanMu, asal Engkau membantu saya untuk menimbulkan rasa ridlo di hatiku, maka saya pasti bisa.
Tapi kalau Engkau serahkan pada kehendakku, pasti aku tidak sanggup.
Minggu, 16 April 2006
Aku Protes Berat !
You are lier!
Engkau bilang mencintaiku, sayang padaku. Tapi itu bohong banget!
Teganya Engkau memperlakukanku seperti ini?
Bagaimana mungkin Tuhan Rabbul ‘alamin adalah pembohong?
Ya Allah, ampuni saya. Tapi saya benar-benar kecewa padaMu.
How could You do this to me?
Apa salah saya? Kenapa Engkau lakukan ini padaku?
Padahal saya ngga pernah minta yang berlebihan padaMu.
Kenapa Engkau tidak mau menolongku?
Kenapa engkau biarkan aku seperti ini?
Ya Allah, ampuni saya. Maafkan saya.
Jangan pergi, ya Allah. Jangan pergi dariku, please..
Saya memang sedang marah besar padaMu. Tapi saya tidak bermaksud demikian. Saya lagi jengkel, kesal, kecewa padaMu. Tolong maklumilah saya. Dengarkan saja sumpah serapah saya. Tapi jangan marah pada apa yang saya ucapkan. Please, jangan tinggalkan saya.
Saya tidak bisa hidup tanpaMu.
Baiklah, ya Allah. Saya ikhlas menerima ketentuanMu, saya rela. Asal Engkau tidak meninggalkanku. Engkau adalah sumber kebahagiaanku. Engkau adalah segalanya bagiku.
Engkau pernah bilang bahwa Engkau tidak akan meninggalkanku. Dan waktu itu saya juga berjanji bahwa saya akan taat padaMu. Berarti saat ini sayalah yang mengkhianati janji. Bukan Engkau.
Engkau Maha Berkehendak.
SekehendakMu, SemauMu. Aku tak bisa memaksakan kehendak.
Terserah Engkau. Engkau tahu yang terbaik bagiku. Dan Engkau tidak pernah dholim padaku. Kenapa aku masih memaksakan kehendakku?
Ampuni saya. Saya khilaf. Bukan Engkau yang pembohong. Tapi saya yang pembohong. Ampuni saya. Bukankah Engkau Maha Pengampun?
Aku marah-marah semalaman. Selama ini jika marah ke orang, menghadap ke Allah, minta dihilangkan marah ini. Lalu bagaimana jika marah ke Allah? Aku ngga tahu cara menghilangkannya. Bingung campur aduk. Antara marah tapi takut ditinggalkan. Tahu-tahu aku sudah ketiduran.
Bangun pagi, mataku sembab. Seharian kemarin aku nangis. Bahkan semalam nangisnya kenceng banget. Aku marah. Benar2 marah pada Allah. Marah. Nelangsa. Sedih. Kecewa. Tapi takut Allah lebih marah padaku.
Aku hanya ingin Allah memaklumiku, meredakan amarahku.
Aku ingin Allah membuatku ridlo dengan apapun keputusanNya.
Semalam aku merasa Engkau pilih kasih, Engkau menganaktirikanku. Engkau sewenang-wenang padaku.
Semalam aku sudah berada di puncak kekecewaanku.
Hingga terlontar kata-kata tidak sopan.
"Buat apa Engkau menciptakanku jika Engkau tidak suka?"
Astagfirullah hal adzim.
Karena aku tahu bahwa Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyabar, itu sebabnya aku berani marah padaMu.
Ternyata Dia meredakan amarahku dengan tidur. Ketika bangun, amarahku hilang begitu saja. Fresh. Aku ngga marah lagi padaNya. Sekarang aku ridlo apapun keputusanNYA.
Engkau bilang mencintaiku, sayang padaku. Tapi itu bohong banget!
Teganya Engkau memperlakukanku seperti ini?
Bagaimana mungkin Tuhan Rabbul ‘alamin adalah pembohong?
Ya Allah, ampuni saya. Tapi saya benar-benar kecewa padaMu.
How could You do this to me?
Apa salah saya? Kenapa Engkau lakukan ini padaku?
Padahal saya ngga pernah minta yang berlebihan padaMu.
Kenapa Engkau tidak mau menolongku?
Kenapa engkau biarkan aku seperti ini?
Ya Allah, ampuni saya. Maafkan saya.
Jangan pergi, ya Allah. Jangan pergi dariku, please..
Saya memang sedang marah besar padaMu. Tapi saya tidak bermaksud demikian. Saya lagi jengkel, kesal, kecewa padaMu. Tolong maklumilah saya. Dengarkan saja sumpah serapah saya. Tapi jangan marah pada apa yang saya ucapkan. Please, jangan tinggalkan saya.
Saya tidak bisa hidup tanpaMu.
Baiklah, ya Allah. Saya ikhlas menerima ketentuanMu, saya rela. Asal Engkau tidak meninggalkanku. Engkau adalah sumber kebahagiaanku. Engkau adalah segalanya bagiku.
Engkau pernah bilang bahwa Engkau tidak akan meninggalkanku. Dan waktu itu saya juga berjanji bahwa saya akan taat padaMu. Berarti saat ini sayalah yang mengkhianati janji. Bukan Engkau.
Engkau Maha Berkehendak.
SekehendakMu, SemauMu. Aku tak bisa memaksakan kehendak.
Terserah Engkau. Engkau tahu yang terbaik bagiku. Dan Engkau tidak pernah dholim padaku. Kenapa aku masih memaksakan kehendakku?
Ampuni saya. Saya khilaf. Bukan Engkau yang pembohong. Tapi saya yang pembohong. Ampuni saya. Bukankah Engkau Maha Pengampun?
Aku marah-marah semalaman. Selama ini jika marah ke orang, menghadap ke Allah, minta dihilangkan marah ini. Lalu bagaimana jika marah ke Allah? Aku ngga tahu cara menghilangkannya. Bingung campur aduk. Antara marah tapi takut ditinggalkan. Tahu-tahu aku sudah ketiduran.
Bangun pagi, mataku sembab. Seharian kemarin aku nangis. Bahkan semalam nangisnya kenceng banget. Aku marah. Benar2 marah pada Allah. Marah. Nelangsa. Sedih. Kecewa. Tapi takut Allah lebih marah padaku.
Aku hanya ingin Allah memaklumiku, meredakan amarahku.
Aku ingin Allah membuatku ridlo dengan apapun keputusanNya.
Semalam aku merasa Engkau pilih kasih, Engkau menganaktirikanku. Engkau sewenang-wenang padaku.
Semalam aku sudah berada di puncak kekecewaanku.
Hingga terlontar kata-kata tidak sopan.
"Buat apa Engkau menciptakanku jika Engkau tidak suka?"
Astagfirullah hal adzim.
Karena aku tahu bahwa Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyabar, itu sebabnya aku berani marah padaMu.
Ternyata Dia meredakan amarahku dengan tidur. Ketika bangun, amarahku hilang begitu saja. Fresh. Aku ngga marah lagi padaNya. Sekarang aku ridlo apapun keputusanNYA.
Sabtu, 15 April 2006
Apakah Engkau Mencintaiku?
Kenapa setiap kali selesai halaqoh, aku selalu merasa jatuh cinta? Mungkinkah aku jatuh cinta pada Allah?
Betapa beruntungnya aku !
Kenapa aku selalu merasa kasmaran. Dan aku merasa cintaku dibalas. Yang ada di benakku Allah saja.
Oh my God! Bagaimana aku bisa lupa?
Bukankah semalam waktu patrap aku bertanya padaNya, apakah Allah mencintaiku?
Waktu itu aku bilang begini :
“Ya Allah, apakah Engkau mencintaiku? Saya mohon cintailah saya. Ya Allah saya ingin Engkau bilang sama saya bahwa Engkau mencintaiku. Bilang sama saya bahwa Engkau mencintaiku.”
Ya. Aku baru ingat semalam waktu patrap berulang-ulang aku bilang begitu. Itu sebabnya Allah mengatakannya dengan Bahasa Tuhan bahwa Dia mencintaiku.
Aku paham dan aku merasakannya.
Terimakasih Tuhan,
Karena telah mencintaiku.
Orang bilang mencintai Tuhan itu naif sekali. Biarlah, aku ngga perduli. Itu yang kurasakan. Sangat membahagiakan. Tidak bisa digantikan apapun
Betapa beruntungnya aku !
Kenapa aku selalu merasa kasmaran. Dan aku merasa cintaku dibalas. Yang ada di benakku Allah saja.
Oh my God! Bagaimana aku bisa lupa?
Bukankah semalam waktu patrap aku bertanya padaNya, apakah Allah mencintaiku?
Waktu itu aku bilang begini :
“Ya Allah, apakah Engkau mencintaiku? Saya mohon cintailah saya. Ya Allah saya ingin Engkau bilang sama saya bahwa Engkau mencintaiku. Bilang sama saya bahwa Engkau mencintaiku.”
Ya. Aku baru ingat semalam waktu patrap berulang-ulang aku bilang begitu. Itu sebabnya Allah mengatakannya dengan Bahasa Tuhan bahwa Dia mencintaiku.
Aku paham dan aku merasakannya.
Terimakasih Tuhan,
Karena telah mencintaiku.
Orang bilang mencintai Tuhan itu naif sekali. Biarlah, aku ngga perduli. Itu yang kurasakan. Sangat membahagiakan. Tidak bisa digantikan apapun
Dee Sudah Kenal Allah
Keesokan harinya, Dee maen ke tempatku. Sore itu , kembali aku ngomongin tentang Allah. Baru sebentar aku sharing, ternyata raut muka Dee mulai memerah. Dee yang tomboy, sangat anti nangis. Saat itu aku melihat Allah mulai menyambutnya!
Ternyata aku baru tahu, Dee yang selama ini jauh dari kesan alim, ternyata sudah sering berkomunikasi dengan Allah sejak SMP. Gara-garanya waktu itu ibunya tidak mau membelikan barang yang diinginkan Dee. Dia marah dan mengadukan semuanya pada Allah, minta langsung ke Allah. Ternyata Allah mengabulkan permintaannya.
Sejak saat itu Dee selalu merasa bahwa Allah memang benar-benar ada, menyertainya. Setiap apa yang dia minta selalu dikabulkanNya.
Sore itu ketika Allah menyambutnya, yang kurasakan adalah Allah sangat menyayangi Dee seperti sayangnya seorang kakak kepada adik. Tapi lebih dari itu. Allah memberikan cintanya sesuai kebutuhan masing-masing orang.
Ternyata aku baru tahu, Dee yang selama ini jauh dari kesan alim, ternyata sudah sering berkomunikasi dengan Allah sejak SMP. Gara-garanya waktu itu ibunya tidak mau membelikan barang yang diinginkan Dee. Dia marah dan mengadukan semuanya pada Allah, minta langsung ke Allah. Ternyata Allah mengabulkan permintaannya.
Sejak saat itu Dee selalu merasa bahwa Allah memang benar-benar ada, menyertainya. Setiap apa yang dia minta selalu dikabulkanNya.
Sore itu ketika Allah menyambutnya, yang kurasakan adalah Allah sangat menyayangi Dee seperti sayangnya seorang kakak kepada adik. Tapi lebih dari itu. Allah memberikan cintanya sesuai kebutuhan masing-masing orang.
Rabu, 12 April 2006
Self Healing
Aku coba lagi patrap gerak sendiri di kamar. Hasilnya, gerakan facial! Kok?
Padahal aku tidak bisa melakukan facial, tapi ini gerakan tanganku sangat profesional memfacial wajahku. Lalu setelah itu lebih aneh lagi. Gerakan tanganku ke kepala, seperti gerakan orang creambath!
Enak sekali pijatan tanganku di kepala. Rasanya seperti creambath di salon.
Setelah itu aku diam sejenak. Lalu patrap gerak lagi.
Tiba-tiba sekarang ganti tubuhku yang bergerak seperti gerakan peregangan di punggung. Rasanya seperti melemaskan otot-otot di punggung yang tegang.
Ajaib! Punggungku yang selama berhari-hari sakit, tiba-tiba saja sembuh seketika!
Temanku bilang, itu namanya Self Healing. Menyembuhkan diri sendiri.
Padahal aku tidak bisa melakukan facial, tapi ini gerakan tanganku sangat profesional memfacial wajahku. Lalu setelah itu lebih aneh lagi. Gerakan tanganku ke kepala, seperti gerakan orang creambath!
Enak sekali pijatan tanganku di kepala. Rasanya seperti creambath di salon.
Setelah itu aku diam sejenak. Lalu patrap gerak lagi.
Tiba-tiba sekarang ganti tubuhku yang bergerak seperti gerakan peregangan di punggung. Rasanya seperti melemaskan otot-otot di punggung yang tegang.
Ajaib! Punggungku yang selama berhari-hari sakit, tiba-tiba saja sembuh seketika!
Temanku bilang, itu namanya Self Healing. Menyembuhkan diri sendiri.
Di-dzikir-kan !
Sudah 2 minggu lebih dari sejak pertama kali merasa disayangi Allah seharian penuh, ternyata hingga hari ini masih terasa kasih sayang-Nya. Inilah untuk pertama kalinya aku merasa disayang terus menerus, bahagia, damai yang seolah tidak akan pernah berhenti. Never ending.
Inilah untuk pertama kalinya aku merasakan hidup bersama-Nya. Merasakan kehadiran-Nya dalam keseharianku. Seperti baru terlahir kembali.
Aku merasa sedang jatuh cinta. Tapi pada siapa?
Oh my God! Aku jatuh cinta padaMu!
Bagaimana mungkin aku yang urakan ini, aku yang jauh dari kesan akhwat shalihah ini, bisa jatuh cinta pada Allah?
Tapi itulah yang kurasakan. Sepanjang hari, sepanjang waktu aku merasa Dia bersamaku. Aku merasa ditemani. Tak ada lagi rasa sedih, gelisah, tidak tenang. Yang ada hanya kedamaian.
Innallaha ma’ana.
Sepanjang waktu hanya Allah saja yang ada di benakku. Apakah ini yang namanya didzikirkan itu? Aku bisa ingat Dia hampir 24 jam. Aku tidak berusaha mengingat-ingat Dia, tapi ingatanku sudah otomatis ke Dia aja.
Inilah untuk pertama kalinya aku merasakan hidup bersama-Nya. Merasakan kehadiran-Nya dalam keseharianku. Seperti baru terlahir kembali.
Aku merasa sedang jatuh cinta. Tapi pada siapa?
Oh my God! Aku jatuh cinta padaMu!
Bagaimana mungkin aku yang urakan ini, aku yang jauh dari kesan akhwat shalihah ini, bisa jatuh cinta pada Allah?
Tapi itulah yang kurasakan. Sepanjang hari, sepanjang waktu aku merasa Dia bersamaku. Aku merasa ditemani. Tak ada lagi rasa sedih, gelisah, tidak tenang. Yang ada hanya kedamaian.
Innallaha ma’ana.
Sepanjang waktu hanya Allah saja yang ada di benakku. Apakah ini yang namanya didzikirkan itu? Aku bisa ingat Dia hampir 24 jam. Aku tidak berusaha mengingat-ingat Dia, tapi ingatanku sudah otomatis ke Dia aja.
Senin, 10 April 2006
Ternyata Shalat Lama Ngga Capek!
Malam ini aku mau mempraktekkan latihan minggu lalu. Praktek shalat hanya 1 rakaat saja, tapi ternyata makan waktu 30 menit!
Dan anehnya tidak terasa lama.
Aku shalat Maghrib dengan cara seperti itu. Ternyata sangat nikmat. Khusyu’ membuat waktu tidak terasa. Kunikmati setiap sambutanNya. Selama shalat, aku menangis merasakan kerinduan padaNya. Aku merasakan benar-benar sedang berkomunikasi denganNya.
Aku merasa bahwa Allah benar-benar sayang padaku. Bukan sekedar sayang, tapi benar-benar mencintaiku. Aku sangat bahagia, more than before.
Cintaku terbalas sudah. Meski tidak sebanding.
Cintaku penuh kebohongan. Cintaku tidak tulus.
Tapi Allah membalas dengan cinta yang agung.
Cinta Sang Khaliq kepada makhlukNya yang dhoif ini.
Betapa Maha Mulia Dia. Betapa Maha Agungnya Dia.
Lalu saat shalat Isya’ di tengah –tengah shalat, tiba-tiba ada pemahaman tentang Allah Yang Maha Menggerakkan.
Tiba-tiba aku menangis tersedu-sedu, tak kuasa merasakan kehebatanNya. Aku ingin segera sujud menyungkur. Tapi posisiku sedang berdiri, belum ruku’. Jadi waktu ruku’ aku rasakan seperti sedang sujud, mengakui kehebatanNya.
Terasa bahwa manusia hanya makhluk lemah.
Allahlah yang menggerakkan. Manusia hanya ngaku-ngaku. Terasa kehebatanNya, menembus ruang dan waktu. Bahwa karya-karya besar manusia semua adalah karyaNya! Bukan karya manusia.
Manusia hanya wayang.
Dan anehnya tidak terasa lama.
Aku shalat Maghrib dengan cara seperti itu. Ternyata sangat nikmat. Khusyu’ membuat waktu tidak terasa. Kunikmati setiap sambutanNya. Selama shalat, aku menangis merasakan kerinduan padaNya. Aku merasakan benar-benar sedang berkomunikasi denganNya.
Aku merasa bahwa Allah benar-benar sayang padaku. Bukan sekedar sayang, tapi benar-benar mencintaiku. Aku sangat bahagia, more than before.
Cintaku terbalas sudah. Meski tidak sebanding.
Cintaku penuh kebohongan. Cintaku tidak tulus.
Tapi Allah membalas dengan cinta yang agung.
Cinta Sang Khaliq kepada makhlukNya yang dhoif ini.
Betapa Maha Mulia Dia. Betapa Maha Agungnya Dia.
Lalu saat shalat Isya’ di tengah –tengah shalat, tiba-tiba ada pemahaman tentang Allah Yang Maha Menggerakkan.
Tiba-tiba aku menangis tersedu-sedu, tak kuasa merasakan kehebatanNya. Aku ingin segera sujud menyungkur. Tapi posisiku sedang berdiri, belum ruku’. Jadi waktu ruku’ aku rasakan seperti sedang sujud, mengakui kehebatanNya.
Terasa bahwa manusia hanya makhluk lemah.
Allahlah yang menggerakkan. Manusia hanya ngaku-ngaku. Terasa kehebatanNya, menembus ruang dan waktu. Bahwa karya-karya besar manusia semua adalah karyaNya! Bukan karya manusia.
Manusia hanya wayang.
Minggu, 09 April 2006
Allah Yang Menggerakkan!
Hari ini mumpung lagi sendiri di kamar, dinihari pukul 03.30 aku latihan. Posisiku duduk bersila. Lalu aku panggil Allah dengan tadarru’. Kubiarkan badanku makin terkulai tanpa daya. Aku bebaskan pikiranku. Otakku tidak berhak menggerakkan badanku. Aku tidak punya daya untuk bergerak. Aku menunggu daya dari Nya.
Mulai terasa ada yang menggerakkan badanku. Mula-mula gerakannya acak, tidak beraturan. Lalu berputar-putar sangat cepat. Aku sempat panik. Apa ini? Tapi aku teruskan saja, aku ikuti saja. Tiba-tiba DUG !
Kepalaku jatuh duluan membentur lantai. Kata trainerku ngga akan sakit. Tapi kenapa ini sakit sekali?
Lalu aku coba sekali lagi. Hasilnya sama.
Belakangan aku tahu rasa sakit itu terjadi karena aku masih pakai pikiran. Seharusnya tidak sakit.
Lalu tiba-tiba tidak ada gerakan sama sekali. Tubuhku diam kaku. Suasana hening. Tiba-tiba suara detak jantungku terdengar begitu nyaring, memenuhi seluruh ruangan. Deg-deg....deg-deg...... deg-deg.. Lalu suara aliran darah begitu nyaring di tengah keheningan. Lalu suara gerakan nafas yang juga sangat nyaring. Gaduh sekali bunyinya di tengah keheningan. Saling bersautan. Semua gerakan yang ada dalam tubuhku terdengar sangat nyaring. Siapa yang menggerakkan?
Yang jelas bukan aku. Aku hanya diam saja. Lalu siapa?
Allah ! Allah lah yang mendetakkan jantungku, yang mengalirkan darahku, yang mengatur nafasku, yang menggerakkan semuanya. Allahlah yang menggerakkan semua itu. Aku dapat pemahaman begini :
Kita ini hanya diam dalam gerakan-Nya.
Terasa bahwa organ-organ tubuh, Dia yang menggerakkan. Kita hanya diam dalam aktivitasnya.
Satu lagi pemahaman yang diberikan adalah :
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang maha Hidup. Yang terus menerus mengurus makhlukNya. Tidak mengantuk dan tidak tidur.” (Ayat Kursi)
Subhanallah. Allah ngga ada capeknya dalam mengurus makhlukNya, mendetakkan jantung mereka, mengalirkan darah, menggerakkan nafas, dan seterusnya. Bayangkan jika Dia menghentikan aktivitasNya sejenak, maka kita akan mati.
Jadi dengan memahami bahwa ada yang menggerakkan organ tubuh kita, maka seharusnya semua orang akan beriman. Bahwa Allah ada di sini. Bahwa Allahlah yang menggerakkan semua ini. Itulah pemahaman yang diberikan oleh Allah kepadaku, melalui patrap gerak ini. Allah guruku. Aku berguru pada Allah.
Aku berterimakasih kepada para ustad dan pemateri yang selama ini jadi media Allah untuk mengajariku mengenal DIA.
Mulai terasa ada yang menggerakkan badanku. Mula-mula gerakannya acak, tidak beraturan. Lalu berputar-putar sangat cepat. Aku sempat panik. Apa ini? Tapi aku teruskan saja, aku ikuti saja. Tiba-tiba DUG !
Kepalaku jatuh duluan membentur lantai. Kata trainerku ngga akan sakit. Tapi kenapa ini sakit sekali?
Lalu aku coba sekali lagi. Hasilnya sama.
Belakangan aku tahu rasa sakit itu terjadi karena aku masih pakai pikiran. Seharusnya tidak sakit.
Lalu tiba-tiba tidak ada gerakan sama sekali. Tubuhku diam kaku. Suasana hening. Tiba-tiba suara detak jantungku terdengar begitu nyaring, memenuhi seluruh ruangan. Deg-deg....deg-deg...... deg-deg.. Lalu suara aliran darah begitu nyaring di tengah keheningan. Lalu suara gerakan nafas yang juga sangat nyaring. Gaduh sekali bunyinya di tengah keheningan. Saling bersautan. Semua gerakan yang ada dalam tubuhku terdengar sangat nyaring. Siapa yang menggerakkan?
Yang jelas bukan aku. Aku hanya diam saja. Lalu siapa?
Allah ! Allah lah yang mendetakkan jantungku, yang mengalirkan darahku, yang mengatur nafasku, yang menggerakkan semuanya. Allahlah yang menggerakkan semua itu. Aku dapat pemahaman begini :
Kita ini hanya diam dalam gerakan-Nya.
Terasa bahwa organ-organ tubuh, Dia yang menggerakkan. Kita hanya diam dalam aktivitasnya.
Satu lagi pemahaman yang diberikan adalah :
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang maha Hidup. Yang terus menerus mengurus makhlukNya. Tidak mengantuk dan tidak tidur.” (Ayat Kursi)
Subhanallah. Allah ngga ada capeknya dalam mengurus makhlukNya, mendetakkan jantung mereka, mengalirkan darah, menggerakkan nafas, dan seterusnya. Bayangkan jika Dia menghentikan aktivitasNya sejenak, maka kita akan mati.
Jadi dengan memahami bahwa ada yang menggerakkan organ tubuh kita, maka seharusnya semua orang akan beriman. Bahwa Allah ada di sini. Bahwa Allahlah yang menggerakkan semua ini. Itulah pemahaman yang diberikan oleh Allah kepadaku, melalui patrap gerak ini. Allah guruku. Aku berguru pada Allah.
Aku berterimakasih kepada para ustad dan pemateri yang selama ini jadi media Allah untuk mengajariku mengenal DIA.
Jumat, 07 April 2006
Janjiku Yang Kedua
Malam ini alhamdulillah Allah menyambutku. Mula-mula kami latihan mengarahkan sang aku menuju ke Allah Yang Maha Tinggi. Lalu kemudian ke Allah yang Maha Luas. Terakhir ke Allah Yang Maha Dekat.
Nah, saat merasakan Allah Maha Dekat inilah, kami masing-masing disuruh berkomunikasi dengan Allah. Terserah apa saja. Tuhan itu sangat personal.
Saat itu aku bilang : Ya Allah, jangan tinggalkan saya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Aku merasakan beberapa hari kemarin garing terus. Aku mohon agar jangan pernah Dia tinggalkan lagi. Agar imanku jangan turun lagi.
Aku merasa saat itu Allah mengabulkan doaku.
Lalu tahu-tahu aku berjanji padaNya :
Ya. Saya akan berusaha menjadi hambaMu yang paling taat padaMu. Mohon pertolonganMu.
Itu adalah janjiku yang kedua, setelah janji pertamaku di Bogor waktu itu.
Seolah-olah jika ku-verbal-kan saat itu terjadi dialog antara aku dan Allah begini :
"Ya Allah, jangan tinggalkan aku.”
“AKU tidak akan meninggalkanmu, tapi dengan syarat kamu harus taat padaKu.”
Setelah itu, latihan berakhir. Tapi aku ngga mau berhenti. Suasananya begitu syahdu. Dalam diam, hening, aku merasakan keberadaanNya. Dia ada di dekatku.
Itu sudah cukup membuatku bahagia luar biasa.
Tentram dan damai.
Nah, saat merasakan Allah Maha Dekat inilah, kami masing-masing disuruh berkomunikasi dengan Allah. Terserah apa saja. Tuhan itu sangat personal.
Saat itu aku bilang : Ya Allah, jangan tinggalkan saya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Aku merasakan beberapa hari kemarin garing terus. Aku mohon agar jangan pernah Dia tinggalkan lagi. Agar imanku jangan turun lagi.
Aku merasa saat itu Allah mengabulkan doaku.
Lalu tahu-tahu aku berjanji padaNya :
Ya. Saya akan berusaha menjadi hambaMu yang paling taat padaMu. Mohon pertolonganMu.
Itu adalah janjiku yang kedua, setelah janji pertamaku di Bogor waktu itu.
Seolah-olah jika ku-verbal-kan saat itu terjadi dialog antara aku dan Allah begini :
"Ya Allah, jangan tinggalkan aku.”
“AKU tidak akan meninggalkanmu, tapi dengan syarat kamu harus taat padaKu.”
Setelah itu, latihan berakhir. Tapi aku ngga mau berhenti. Suasananya begitu syahdu. Dalam diam, hening, aku merasakan keberadaanNya. Dia ada di dekatku.
Itu sudah cukup membuatku bahagia luar biasa.
Tentram dan damai.
Sabtu, 01 April 2006
God Loves Me !
Pagi ini, tiba-tiba saja aku merasa sangat bahagia. Belum pernah aku sebahagia ini. Aku merasa disayang. Yah, aku merasa disayangi Allah!
Bisa jadi aku ge-er. Tapi perasaan ini begitu kuat.
Mungkin karena semalam saat patrap Dia menyambutku. Patrap semalam benar-benar berkesan. Dia benar-benar ada! Efeknya terasa hingga pagi ini.
Bahkan seharian penuh aku masih merasakan kasih sayang-Nya. Seperti orang kasmaran, tapi tidak tahu kasmaran pada siapa. Sepanjang hari wajahku berseri-seri. Rasanya semua hal terasa indah. Tak ada satupun peristiwa hari itu yang mampu membuatku marah. Semua terasa indah.
Life is so beautiful ....
Bisa jadi aku ge-er. Tapi perasaan ini begitu kuat.
Mungkin karena semalam saat patrap Dia menyambutku. Patrap semalam benar-benar berkesan. Dia benar-benar ada! Efeknya terasa hingga pagi ini.
Bahkan seharian penuh aku masih merasakan kasih sayang-Nya. Seperti orang kasmaran, tapi tidak tahu kasmaran pada siapa. Sepanjang hari wajahku berseri-seri. Rasanya semua hal terasa indah. Tak ada satupun peristiwa hari itu yang mampu membuatku marah. Semua terasa indah.
Life is so beautiful ....
Langganan:
Postingan (Atom)