Sabtu, 26 Agustus 2006

Hakekat Ikhtiar

Melalui teman, aku dapat pemahaman tentang hakekat ikhtiar dengan sangat gamblang. Temanku cerita, dia sebagai event organizer untuk acara. Pada acara sebelumny, dia pasang iklan di radio, di koran. Sebar brosur, pasang spanduk. Instansi-instansi didatangi. Semua orang potensial yang ditelpon. Ternyata dari semua yang ditelpon dan yang didatangi, tidak ada satupun yang ikut. Tapi Allah mengirimkan banyak peserta, yang langsung daftar.

Berdasar pengalaman di atas, bahwa semua yang ditelpon dan didatangi ternyata tidak ada yang ikut, maka dia memutuskan untuk tidak melakukan itu lagi. Percuma, toh ntar Allah juga yang akan kirim peserta. Apa yang terjadi? Ternyata Allah tidak mengirimkan peserta! Kenapa ini? Ternyata Allah sedang mengajarkan tentang hakekat ikhtiar.
“Ikhtiarlah kamu semaksimal mungkin. Meski ikhtiarmu itu tidak akan ada hasilnya. Tapi justru karena kamu berikhtiar, maka Aku kasihan padamu. Kuberikan hasil seperti apa yang engkau inginkan.”

Akhirnya teman-teman melakukan lagi ikhtiar itu. Dan hasilnya? Seperti sudah diduga, dari usaha itu hanya sedikit yang ikut. Tapi ternyata berikutnya Allah mengirimkan peserta hingga mencapai target yang diharapkan.

Aku sekarang mengerti hakekat ikhtiar. Allah mengajarkan bahwa kita harus tetap ikhtiar, tapi jangan sampai kita mengira bahwa ikhtiar itulah yang menyebabkan kita berhasil. Tetap Allah saja yang memberi keberhasilan itu.

Maka ketika temanku selepas wisuda, bingung mencari pekerjaan, aku bilang begini :
“Kirim lamaran sebanyak mungkin. Bikin sebagus mungkin. Meski dari sekian banyak lamaran itu tidak akan kau dapatkan pekerjaan. Bisa jadi hanya sampai wawancara doang. Tapi dari usahamu kirim lamaran itulah Allah kasihan padamu. Hingga akhirnya dari arah yang tidak disangka-sangka, ada teman atau kenalan yang tiba-tiba nawarin kerja.
Tapi kalau kamu tidak mau kirim lamaran kerja, maka bisa dipastikan kamu benar-benar tidak dapat pekerjaan.”

Begitupun ketika teman resah taaruf berkali-kali gagal, aku bilang begini :
“Lakukan saja taaruf sebanyak mungkin. Meski terkadang dari taaruf itu tidak ada satu pun yang berhasil. Tapi justru karena kamu mau ikhtiar ta’aruf itulah, maka Allah berkenan mempertemukanmu dengan jodohmu. Bisa melalui taaruf itu, atau melalui arah yang tidak kau sangka-sangka.”

Jumat, 25 Agustus 2006

Energi Ruhani Rasulullah

Ketika shalat Subuh tadi terasa sekali energi ruhani Rasulullah yang sangat kuat. Begitu dekatnya beliau pada Allah, Sang Khaliq, dan begitu intensifnya pertemuan dengan-Nya, membuat energi ruhani beliau sangat kuat. Beliau adalah makhluk yang sangat dicintai Allah. Namanya disandingkan dengan nama Allah. Bahkan Dia mengatakan sesuatu yang membuat kita menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya dibanding beliau, yaitu:
“Jika bukan karena engkau Muhammad, tak akan AKU ciptakan dunia ini.”

Betapa tingginya kedudukan beliau di sisi Allah. Barang siapa mau mendekat kepada Rosulullah, maka dengan kekuatan energi ruhani beliau, akan ditarik untuk mencapai wilayah spiritual Rasulullah. Maka tidak mengherankan ketika para sahabat dalam waktu yang relatif singkat mampu mencapai pengalaman spiritual yang sangat menakjubkan.

Abu Bakar, sahabat yang selalu setia tanpa reserve, dan percaya penuh pada beliau, menjadi salah satu manusia yang sangat mulia. Bahkan Rasulullah memujinya:
“Jika iman seluruh umat manusia di dunia ditimbang, maka masih tetap lebih berat timbangan iman Abu bakar.”

Umar bin Khattab, dari yang sangat jahiliyyah dan sangat kejam, tiba-tiba saja berubah menjadi manusia yang sangat mulia. Syariatnya karena mendengar ayat-ayat Qur’an yang dibacakan oleh adiknya. Hakikatnya karena doa Rasulullah, dikabulkan oleh-Nya. Apa sih yang tidak Dia berikan kepada kekasih-Nya?
“Ya, Allah, masukkanlah ke dalam Islam di antara 2 orang Umar.” Dan Allah memilih Umar bin Khattab.

Usman bin Affan, orang dekat Rasulullah, menjadi orang yang sangat baik hati, yang tidak bisa bilang “tidak” jika orang meminta pertolongannya, yang justru karena kebaikan hatinya, membuat banyak orang salah paham, bahkan mencelakainya.

Ali bin Abi Thalib, orang yang paling dekat silsilahnya dengan Rasulullah, yang masuk Islam di usia yang sangat belia, mencapai tingkat ma’rifatullah yang sangat tinggi. Rasulullah sangat mencintainya, hingga berkeinginan menikahkannya dengan putri tercinta Fatimah Azzahra.

Dan masih banyak lagi para sahabat yang dengan berbagai karakter masing-masing, mampu mencapai wilayah ruhani yang sangat tinggi karena ditarik oleh energi ruhani Rasulullah. Dahsyat sekali pengaruhnya. Hanya dalam waktu 23 tahun mampu membangun dasar-dasar peradaban manusia yang tidak dapat dipungkiri kehebatannya hingga saat ini.

Sekarang aku mengerti kenapa ketika olah spiritual dimulai dengan membaca shalawat kepada Rasulullah. Sebab diharapkan dengan membaca shalawat, yang merupakan doa kepada Allah agar disambungkan dengan Rasulullah, diharapkan sama dengan mendekati energi ruhani beliau. Dengan mendekati energi ruhani yang sangat kuat ini akan mempercepat perjalanan ruhani kita menuju Tuhan. Bahkan ketika shalat wajib membaca shalawat ketika duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir. Karena shalat adalah cara yang paling cepat untuk ‘nyambung’ dengan Allah.

Kamis, 03 Agustus 2006

Perkembangan Spiritual Manusia

Melalui temanku, Allah memberiku pemahaman tentang perkembangan manusia. Bahwa perkembangan manusia itu tidak hanya pada peradabannya, tetapi manusia juga mengalami perkembangan spiritual.

Perdaban manusia berkembang pesat. Dulu untuk bepergian jauh harus menempuh berhari-hari lamanya. Sekarang bisa ditempuh hanya dalam hitungan jam dengan menggunakan pesawat. Kemajuan teknologi membuat peristiwa di belahan bumi yang satu bisa dilihat saat itu juga di belahan bumi yang lain. Bayi tabung, hingga kloning pun sudah dilakukan. Peradaban manusia berkembang di seluruh bidang. Pendidikan, kesehatan, seni, olahraga, teknologi, komunikasi, psikologi, pertanian, kelautan, astronomi, dst.

Tapi ternyata tidak hanya itu. Perkembangan spiritual manusia pun berkembang dengan sangat cepat. Lompatan spiritual. Pengalaman ruhani yang dulu dialami oleh kaum salsfus shaleh, para sufi, para wali, ternyata bisa juga kita alami. Dulu untuk mencapai tingkat spiritual seperti itu dibutuhkan waktu puluhan tahun, dengan ibadah ritual yang sangat melelahkan dan harus kontinyu. Kini hanya dalam waktu yang relatif singkat, cukup beberapa tahun saja manusia bisa mencapainya.

Ibaratnya begini, untuk mendapatkan teori relativitas
E = mc2 , Einstein membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sekarang hanya dengan kuliah beberapa jam saja, kita bisa langsung paham. Jadi tinggal melanjutkan penemuan berikutnya.

Demikian halnya dengan berspiritual.
Kita tidak perlu mulai dari tangga 1, tapi kita langsung ke tangga 4, tinggal melanjutkan saja. Sejatinya, Allahlah yang memberi kepahaman kepada manusia, Allahlah yang mengajarkan kepada manusia, lompatan spiritual itu.

Walaupun kita tidak hidup di jaman Rasulullah, namun Allah memberi fasilitas shalawat. Dengan bershalawat, maka kita bisa berada di ruangan ruhani Rasulullah. Nah, di ruangan ruhani Rasulullah inilah, kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh para sahabat Nabi.

Itulah kasih sayang Allah. Allah sangat adil, walaupun kita dilahirkan jauh dari jaman Rasulullah, tapi Allah memberi jalan agar kita juga merasakan berada di dekat Rasulullah, kekasihNya, melalui shalawat. Sehingga kitapun bisa mengalami lompatan spiritual seperti yang dialami oleh para sahabat Nabi.

Dulu untuk bisa merasakan nyambung atau khusyu diperlukan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun untuk melakukan riyadhoh yang beratnya luar biasa. Namun sekarang ternyata banyak cara, asal satu hal syarat yang harus dipenuhi yaitu 'bersungguh-sungguh'. Jangan asal-asalan, prioritaskan. Jangan seenaknya ke Allah. Harus menundukkan hati, jangan sombong, harus bisa mengakui kelemahan kita. Memohon, memuja Dia.

Selanjutnya jika kita sudah nyambung maka kita bisa merasakan dekat dengan Allah. Jika dekat dengan Allah, apa saja mungkin. Kisah-kisah ulama terdahulu yang jalan dinaungi awanpun, bisa dialami. Yang setiap permintaan kita langsung dikabulkan, itu juga biasa. Pokoknya hal-hal menakjubkan yang dialami oleh para sahabat Nabi, bisa dialami manusia di jaman ini.

Namun jangan terlena, karena bukan fenomena itu yang kita cari. Kita hanya ingin lebih mengenal Sang Pencipta kita, ma’rifatullah. Sehingga kita bisa selalu berada dalam bimbinganNya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hidup terasa ringan karena ada Dia yang selalu siap menolong. Kita bisa menjalankan amanah mengemban tugas mulia sebagai kahlaifah fil ardl, yang memakmurkan bumi. Mengenai fenomena yang terjadi, itu hanya bonus.

Rabu, 02 Agustus 2006

God Bless You !

Aku lagi dibikin senang duduk di shaf paling belakang. Shalat Maghribku kali ini garing. Tapi pas shalat ba’diyah Maghrib, tiba-tiba aku merasa Allah menyambutku. Aku merasakan kehadiranNya. Allah menyayangi semua orang yang ada di masjid saat itu. Aku berada di keluasan. Tubuhku bergetar. Allah meliputi orang-orang itu !

Allah sayang pada mereka semua. Kasih sayangNya meliputi seluruh jamaah yang ada di masjid saat itu. Air mataku menetes pelan. Kurasakan setiap orang yang ada di situ disayang Allah dengan sangat personal. Satu persatu. Dia sangat mengenal mereka.

Lalu aku amati tiap orang. Terasa betapa Allah memberi mereka nafas, makan, minum, dst. Tidak perduli mereka kenal Engkau atau tidak. Tidak perduli mereka dekat denganMu atau tidak. Kasih sayangMu terus mengalir. Kau gerakkan mereka menuju rumahMu untuk beribadah menyembahMu. Engkau tetap menyayangi manusia, tidak perduli mereka taat padaMu atau tidak. Terasa sekali Rahman RahimNya Allah.

Aku bertanya dalam hati, kenapa aku tidak pernah merasakan bahwa Allah itu Maha Menyiksa? Aku tidak pernah merasa takut padaNya. Aku hanya mencintaiNya, dan karena itu aku takut ditinggalkanNya. Dia begitu baik. Teramat sangat baik!

Selasa, 01 Agustus 2006

Allah ‘Menyapa’ !

Pagi ini di masjid, menjelang shalat Subuh, saat itu aku merasakan kehadiran-Nya. Lalu tiba-tiba Dia menyapaku ! Tentu saja la shoutun wa la kharfun.

Tapi kalau kuterjemahkan begini :
‘Selamat pagi...!’
Singkat, tapi ceria.
Allah menyapaku !
Bahagianya......

Sapaan itu masih terasa sepanjang hari. Aku senyum-senyum terus.
Temanku heran melihatku. Nih anak lagi error ‘kali.
He. He. He.

Senangnya.... disapa Tuhan.