Aku bingung kenapa sejak rajin menghadap ke Allah, aku dituntun Allah jadi rajin melakukan ibadah ritual. Hampir seluruh waktuku untuk ibadah. Aku hanya mikir akhirat doang. Hanya satu yang ada di benakku. Allah saja. Aku lebih suka uzlah, menyendiri bersama Allah atau mengkaji Al Qur’an di kamar. Aneh. Mau dibawa kemana aku? Aku kan bukan malaikat? Kalau semua manusia disuruh ibadah ritual doang, lalu siapa yang bertugas membangun peradaban?
Ternyata sekarang berubah. Beberapa minggu terakhir aku mulai dituntun untuk mulai senang berinteraksi dengan orang. Lalu aku mulai senang menebar manfaat buat orang lain. Aku mulai senang melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dunia. Aku mulai senang dengan dunia lagi, tapi dengan cara yang berbeda. Menyukai dunia, tapi dengan tujuan akhirat. Berinteraksi dengan dunia, tapi Allah selalu menyertai.
Konkretnya begini, kalau dulu ingin kaya versiku, yaitu untuk kesenangan pribadi. Maka sejak patrap, keinginan untuk kaya itu dicabut. Lalu setelah itu diberi lagi keinginan untuk kaya, tapi dengan versi Allah. Keinginan itu sebagai pendorong untuk bekerja, berkarya. Sehingga kita bisa menjadi jalan rejeki bagi sebanyak mungkin orang. Kita menjadi orang yang paling banyak manfaatnya.
Sekarang aku mulai menyadari. Ternyata cara Allah menuntunku begini :
Mula-mula aku dituntun untuk ibadah ritual, dalam rangka menguatkan hablum minallah. Untuk menguatkan silatun dengan Allah. Agar energi ruhaniku terisi penuh. Lalu aku dibikin tidak tertarik dengan dunia, tujuannya untuk meng-nol kan aku agar tidak ‘kedunyan’ (duniawi).
Setelah hablum minallah ku dirasa cukup, maka berikutnya aku dituntun untuk hablum minannas. Untuk menguatkan silatun dengan sesama manusia (silaturrahim). Agar aku bisa menjalankan tugasku sebagai manusia.
Karena aku diciptakan bukan sebagai malaikat.
Tugasku sebagai manusia adalah mengemban amanah menjadi khalifah fil ardl, wakil Allah di bumi. Untuk menjadi media-Nya dalam memakmurkan bumi, membangun peradaban.
Saat ini tugas kekhalifan dipegang oleh orang Amerika, Eropa, dan sekitarnya. Sehingga di tangan mereka lah ditemukan pesawat terbang, internet, dan segala macam kemajuan teknologi untuk kemudahan manusia. Merekalah yang sedang membangun peradaban. Di negara merekalah ditegakkan peraturan yang sesuai dengan aturan dalam Islam. Sehingga disana teratur, bersih, disiplin, kerja keras, dan seterusnya.
Tetapi karena umat Islam tidak bersedia memberikan otaknya, pikirannya, tubuhnya, hatinya untuk dialiri oleh-Nya, kita tidak mampu mengemban amanah tugas kekhalifahan. Karena bukan umat Islam yang mengemban amanah tersebut, maka kita bisa lihat ketidakadilan terjadi dimana-mana.
Rabu, 01 Maret 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar