Sehabis Shalat Maghrib berjamaah yang sangat nikmat, aku duduk menikmati rasa sambung yang masih tersisa.
Lalu kulihat di sebelahku ada orang yang shalat Maghrib sendiri. Shalatnya begitu cepat, seolah dikejar waktu.
Kok shalatnya seperti itu sih? Pasti ngga khusyu tuh.
Shalat itu harus rileks, tuma’nina. Dinikmati rasa menyembah Tuhan.
Mulailah timbul kesombongan dalam hatiku. Aku merasa bahwa shalatku sudah khusyu dan lebih baik dari orang lain.
Lalu ketika aku shalat ba’diyah Maghrib, dengan cara seperti biasa, menyengaja, menghadirkan hati, berada di kesadaran ‘aku’ lalu menyembah Allah. Apa yang terjadi?
Shalatku garing jiddan! Garing banget!
Allah tidak meyambutku. Aku berusaha lebih sungguh-sungguh lagi. Tapi tetap saja Allah tidak memberikan rasa khusyu itu. Oh, my God! Kenapa ini?
Akhirnya aku diberi paham, bahwa ini terjadi karena kesombonganku. Aku merasa shalatku lebih baik, lebih khusyu’ dari orang lain. Astagfirullaha adzim.
Akhirnya waktu i’tidal, ketika baca “Rabbana lakal hamd “,
saat itu kuserahkan seluruh kesombonganku padaNya.
Ya Allah,ini sombongku. Kuserahkan padaMu.
Hanya Engkau yang berhak sombong.
Tiba-tiba, rasa sombong itu sirna. Aku merasa nol. Tidak punya apa-apa. Saat itulah kubaca Allahu Akbar. Terasa betapa kecilnya aku. Betapa hinanya aku.
Lalu aku sujud, tak tahan kutumpahkan airmata penyesalan.
Ampunilah hamba, Ya Allah.
Please, jangan biarkan saya sombong. Cukup sekali ini saja.
Senin, 20 Maret 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar