Sudah 4 bulan ini aku coba jadi entrepreneur. Ternyata tidak mudah. Dulu waktu kerja di perusahaan, aku begitu mudah dalam mengambil keputusan. Tapi ketika aku coba berbisnis sendiri, mulai dari nol, ternyata berbeda. Di perusahaan lebih mudah karena aku hanya pegawai, konsentrasiku hanya melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Sementara yang menanggung resiko adalah bos. Di perusahaan, sistem sudah jalan. Itu sebabnya lebih mudah untuk memanagenya.
Tapi sebagai pemilik usaha yang menanggung segala resiko, ternyata sangat berat menjalaninya. Meskipun usahaku masih kecil dan sama sekali tidak bisa dibanggakan, tapi ternyata aku ngga bisa menanganinya. Rupanya Allah ingin mengikis kesombonganku selama ini. Merasa sudah bisa melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, tanpa bantuan Allah.
Tapi sejak ikut pelatihan shalat khsuyu’, aku serahkan semua bisnisku pada Allah. Hasilnya? Allah mengajariku banyak hal tentang bisnis.
Mula-mula dibikinnya aku bertekuk lutut, mengakui bahwa aku tak bisa apa-apa tanpa bantuanNya. Bulan pertama, aku rugi besar. Pengalaman berbisnis di perusahaan dulu, ternyata ketika kupraktekkan di sini, memberi hasil yang berbeda. Aku hampir putus asa. Hingga akhirnya aku memohon pertolonganNya.
Dia menjawab doaku. Sedikit demi sedikit Dia mengajarkan padaku. Mula-mula diajarkan bahwa untuk berbisnis harus berani memberikan kepercayaan pada orang lain. Bisnis tidak dijalankan sendiri melainkan didelegasikan. Siapa tahu orang lain jauh lebih jago dari kita.
Akupun tergerak untuk mencari tenaga marketing. Meski dia juga belum berpengalaman, tapi akhlaknya bagus. Tugasku adalah memotivasi dia. Meyakinkan dirinya bahwa dia mampu melakukan itu semua. Bahwa dia jago marketing. Dan ternyata berhasil!
Lalu aku digerakkan Allah untuk mengikuti seminar tentang entrepreneur di DT dengan pembicara dari Shafira, Bakmi Tebet, dan bos Primagama Purdi Candra. Dia pengarang buku “Cara Gila Jadi Pengusaha”. Hebat. Dia banyak memberiku inspirasi dan membuatku berani melangkah. Tidak takut rugi. Hadapi saja. Bahwa berbisnis itu mudah.
Berbisnis itu sebaiknya pakai otak kanan. Ibarat berenang, tidak perlu pakai teori (otak kiri). Nyebur saja. Mengenai nanti tenggelam, biarkan saja. Lama kelamaan pasti bisa. Demikan juga bisnis. Lakukan saja. Rugi itu biasa. Lama kelamaan kita akan semakin mahir dalam berbisnis.
Tapi ada satu hal yang kutangkap, di akhir sesi secara singkat dia jelaskan bahwa kekuatan dia adalah pada shodaqoh. Dia juga sejak remaja, selalu membaca asmaul husna, sebagai amalan wiridnya. Minta pertolongan pada Allah.
Apapun yang terjadi, masalah dalam bisnis seberat apapun, tutupi dengan sedekah. Jika lagi sepi, dagangan yang tidak laris, maka sedekah saja. Karyawan bikin kesel, malas-malasan, korupsi, maka sedekah saja. Allah akan menggantinya. Tiba-tiba saja dagangan jadi laris lagi. Tiba-tiba saja kita diberi ide, bahwa ada yang harus diperbaiki dari produk kita sehingga bisa laris lagi. Tiba-tiba karyawan jadi loyal dan semangat dalam bekerja. Dan seterusnya. Kok jadi seperti Yusuf Mansur ya?
Tapi yang jelas aku sudah membuktikan sendiri kekuatan sedekah ini dalam membantu kelancaran bisnis. Memang dibutuhkan ketawakkalan yang sangat kuat. Kesannya sedekah tidak ikhlas. Tapi biarin saja. Biasanya mula-mula tidak ikhlas. Tapi kalau sudah jadi kebiasaan, lama-lama Allah juga yang mengubah hati kita menjadi ikhlas.
Lalu aku juga diajari untuk merapikan adminitrasi keuangan yang masih kacau. Melalui temanku aku dapat ilmu itu. Lalu Allah juga mengajariku kapan saatnya harus cepat, kapan saatnya slow dulu. Allah mengajariku bahwa berbisnis itu yang penting adalah bagaimana bisa memberi manfaat bagi sebanyak mungkin orang. Bukan hanya untuk keuntungan diri sendiri.
Ternyata enak sekali berbisnis dengan dituntun Allah. Aku tidak perlu 24 jam penuh diperbudak oleh bisnis. Tapi bisnis tetap on the track.
Senin, 19 Juni 2006
Selasa, 06 Juni 2006
The Way He Is
Allah mencintaiku dengan cara-Nya sendiri.
Bukan dengan caraku.
Itu sebabnya kadang aku tidak mengerti.
Kadang aku kecewa, ngambek, dan seterusnya.
Semua karena aku belum tahu bahwa ternyata
Dia punya cara sendiri dalam mencintaiku.
Selama ini kukira jika Dia mencintai hambaNya,
mestinya Dia melakukan hal begini dan begitu.
Mengabulkan semua permohonan.
Menuruti semua keinginan hambaNya.
Membuatnya hidup dalam kelapangan.
Ternyata tidak.
Dia tahu apa yang terbaik bagi hambaNya.
Bukan dengan caraku.
Itu sebabnya kadang aku tidak mengerti.
Kadang aku kecewa, ngambek, dan seterusnya.
Semua karena aku belum tahu bahwa ternyata
Dia punya cara sendiri dalam mencintaiku.
Selama ini kukira jika Dia mencintai hambaNya,
mestinya Dia melakukan hal begini dan begitu.
Mengabulkan semua permohonan.
Menuruti semua keinginan hambaNya.
Membuatnya hidup dalam kelapangan.
Ternyata tidak.
Dia tahu apa yang terbaik bagi hambaNya.
Langganan:
Postingan (Atom)