Kamis, 29 September 2005

Olah Spiritual

Jiwa raga. Ada jiwa, ada raga. Dengan olah raga kita bisa memaksimalkan kemampuan raga sehingga bisa mencapai potensi optimalnya. Tapi kita belum terbiasa mendengar olah jiwa atau olah ruhani atau olah spiritual. Di sini yang diolah adalah ruhaninya.

Olah spiritual yang dilakukan orang sejak jaman dulu adalah dengan meditasi atau semedi. Tujuannya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam berspiritual atau untuk mencari ketenangan jiwa. Ada juga untuk mencari kesaktian atau six sense, dll.

Selain meditasi, ada juga yang dengan menjalani hidup prihatin sehingga terasah kepekaan mata batinnya, atau dengan puasa mutih atau puasa 40 hari. Sedangkan di pesantren antara lain dengan membaca wirid sekian ribu kali, mendawamkan istighfar, asmaul husna atau dzikir-dzikir lainnya. Dan sekarang yang lagi tren di kota adalah untuk mencapai ketenangan jiwa misalnya yoga, meditasi, dst.

Sedangkan di kalangan muslim modern untuk menghindari bid'ah, mereka melakukan hanya yang dicontohkan Rosululloh. Misalnya dengan cara mengistiqomahkan amalan tertentu (tahajud, puasa senin-kamis, puasa Daud, dst). Yang ini memang lebih aman, tidak ada hujatan sana sini. Tapi berat, terutama bagi orang-orang pemalas macam aku ini. Aku sangat salut pada orang-orang yang mampu melakukan hal itu.

Nah, kali ini ada cara olah ruhani yang bagiku tidak begitu berat. Hanya dengan memanggil Allah, tapi dengan sungguh-sungguh, dengan tadharru'. Menghadirkan seluruh hati kita. Berada di kesadaran 'aku', ruh yang ditiupkan Allah ke dalam raga ini. Lalu panggil Allah dengan penuh kesungguhan. "Barangsiapa yang memanggilKU, maka AKU akan menjawab panggilannya."

Nah, itu saja yang dilakukan dalam olah ruhani ini. Tidak ada yang aneh. Dan kupikir ini tidak termasuk bid'ah. Ini sama saja dengan dzikir, hanya saja dengan penuh kesadaran, dari hati yang terdalam. Lebih menekankan kualitas bukan kuantitas.

Itulah yang kumaksud dengan olah ruhani atau olah spiritual di catatan harianku ini. Olah spiritual apapun yang dilakukan, asal tujuannya agar bisa merasakan interaksi dengan Tuhan, menurutku itu sah-sah saja. Banyak jalan menuju Tuhan. Karena Tuhan sangat ingin dikenal oleh makhluk-Nya.

Jadi mau pakai wirid, mau pakai amalan ibadah tertentu, atau bahkan meditasi, yoga, olah napas, dan seterusnya, asal untuk menuju Tuhan, bagiku itu sah-sah saja. Ini bukan hal yang perlu diperdebatkan. Lakukan saja. Jika tidak cocok atau tidak sreg, jangan dilakukan.

Spiritual itu tidak perlu diperdebatkan, tapi lakukan saja. Karena makin diperdebatkan tidak akan ketemu ujungnya. Yang ada hanya pertikaian yang tidak berkesudahan. Padahal kita semua fitrahnya ingin 'berjumpa' Tuhan, merasakan kedekatan dengan-Nya, merasakan rahman-rahimNya, menyebarkan cinta kasih sesama manusia. Bukan bermusuhan atas perbedaan pemahaman.

Minggu, 25 September 2005

Kedua Kali

Akhirnya aku mantap untuk ikut kajian lagi. Aku sudah tidak perdulikan apapun lagi. Hanya satu tujuanku, ingin bertemu Allah. Ingin mengenal Allah lebih dekat. Itu saja. Yang lainnya, aku tidak perduli.

Pada saat kajian, kembali deraian air mata terus mengalir sejak pertama kali datang. Padahal latihan olah spiritual belum juga dimulai. Tapi aku sangat bahagia. Aku merasakan lagi kedekatan dengan-Nya. Seperti yang pernah kurasakan dulu waktu pertama kali Allah membuka hidayah pada saat aku ikut berbagai jamaah dakwah di masjid kampus.

Aku merasakan lagi kedekatan dengan Allah, seperti yang kurasakan ketika aku ikut kajian rutin di sebuah pesantren di kampungku dulu. Aku merasakan kedekatan itu lagi, seperti saat aku sedang ditimpa musibah, atau ketika aku sedang sangat butuh sesuatu. Aku merasakan lagi kedekatan dengan Allah, seperti ketika Allah membuka hidayahnya padaku dulu melalui ceramah seorang dai yang sangat menyentuh hati.

Rasanya sudah lama aku jauh dari-Nya. Terima kasih ya Allah, karena telah membuka hidayah-Mu lagi....

Kamis, 22 September 2005

Penasaran

Sudah hampir 1 bulan aku tidak ikut halaqoh itu. Keinginan untuk ikut halaqoh masih kuat, hanya saja pikiranku menolak. Selama sebulan ini aku terus saja mencari informasi tentang halaqoh ini, terutama tentang “tubuh yang bergerak sendiri” yang sangat menggangguku. Aku buka salah satu situs di internet. Aku download semua artikel yang ada di situ. Artikel-artikel itu sepertinya ditulis dengan hati, sehingga bisa langsung mengena. Si penulis bisa menjelaskan hal-hal yang sepertinya tidak masuk akal menjadi sangat logis.

Mengenai tubuh bergerak, di Psychology Barat telah ditemukan bahwa ketika orang sedang berspiritual, terjadi aliran listrik 4000 watt di otaknya. Itu yang menyebabkan orang bisa terguling-guling, bergerak tak beraturan dan seterusnya.

Belakangan aku baru paham bahwa dalam Islam diterangkan bahwa Allahlah yang menggerakkan. Selama ini kita merasa bahwa kitalah yang menggerakkan tubuh ini. Maka ketika melihat tubuh bergerak sendiri langsung merasa aneh. Kenapa waktu melihat jantung, nafas bergerak sendiri kita merasa biasa saja?

Lalu tentang orang-orang yang tersujud menyungkur dan menangis juga ada ayatnya di Al Qur’an. Al Anfal 8 : 2, Maryam 19 : 58-59, Az Zumar 39 : 23